Media Sekuler Lunak Pada Pelaku Kekerasan Seksual


author photo

14 Sep 2021 - 12.48 WIB


Oleh : Cut Zhiya Kelana, S. Kom  
(Aktivis Muslimah Peradaban Aceh) 
 
Miris, begitulah gambaran negeri saat ini, dimana kita melihat ladang subur kriminalitas menjamur tanpa ada solusi. Kabar terbaru datang dari KPI dimana harusnya peran besar mereka dalam dunia pertelivisian untuk menyaring semua informasi yang boleh dan tidak boleh di siarkan. Namun, itu semua hanyalah sebuah lembaga yang dibuat negeri ini untuk memantau saja, selebihnya mereka juga pelaku dari kekerasan seksual dan perudungan yang selama ini ditutupi dengan baik.  
 
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat menegaskan pihaknya mendukung kepolisian mengusut kasus pelecehan seksual dan perundungan yang diduga dilakukan oleh tujuh pegawainya terhadap seorang pegawai KPI Pusat. Dukungan untuk penyelidikan lebih lanjut itu disampaikan oleh Ketua KPI Pusat Agung Suprio sebagaimana dikutip dari keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Rabu. Seorang pria yang mengaku sebagai pegawai KPI Pusat mengaku sebagai korban perundungan dan pelecehan seksual yang dilakukan oleh tujuh pegawai di Kantor KPI Pusat selama periode 2011-2020. (Republika.co.id) 
 
Kekerasan seksual dilakukan beramai-ramai oleh pegawai KPI baru diproses setelah desakan kuat muncul dari publik. Mungkin jika tidak ada desakan dari public, maka selamanya KPI akan mencoba menutupinya. Jika dilihat dari kasusnya yang sudah berlangsung lama sejak 8 tahun lalu, baru saat ini menyeruak. Itu pun dari pihak yang bersangkutan merasa selama ini sudah mencoba untuk menaikkan laporan namun sering kali diabaikan. Sehingga korban merasa perlu public untuk mengetahui hal ini, agar kemudian kasus ini bisa diproses dan dikawal dengan baik.  
 
Saipul Jamil dikabarkan bebas hari ini. Mantan suami Dewi Perssik itu telah menyelesaikan hukuman penjara selama 5 tahun usai tersandung kasus pelecehan seksual. Sebelumnya, santer dikabarkan sudah banyak job yang menanti penyanyi dangdut tersebut. Kabarnya, ia juga akan kembali ke panggung hiburan Tanah Air. Namun di samping itu, banyak pula pihak yang tak setuju bila pria yang akrab disapa Bang Ipul itu kembali ke dunia entertain. Seruan boikot pun ramai ditujukan untuk Saipul Jamil. (Riau24.com) 
 
Muncul pro dan kontra lantaran kembalinya Saipul Jamil di industri pertelevisian. Akibat dari pro kontra tersebut, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) sebagai pengatur penyelenggaraan penyiaran di Tanah Air mendapat kritikan pedas dari berbagai kalangan. Mereka mempertanyakan kinerja dari KPI atas munculnya mantan narapidana kasus kekerasan seksual terhadap remaja dan menyuap panitera tersebut. Kritikan pedas juga datang dari Ernest Prakasa. 
 
"Mantan narapidana pelecehan seksual di bawah umur disambut bagai pahlawan di televisi. Kemana KPI?" katanya di Instagram, Minggu (5/9/2021). (Id.Investing.com)

Belum selesai masalah, malah KPI kemudian mengizinkan pelaku kekerasan seksual untuk muncul di TV seolah sebagai hero dengan banyak job manggung padahal baru saja keluar dari sel tahanan. Sikap toleran KPI rasanya tidak pantas di tunjukan kepada para pelaku tersebut, karena tidak akan membuat pelaku merasakan efek jera. Malah sebaliknya sikap lunak KPI sebgai sebuah lembaga sangat mengecewakan banyak pihak. 
 
Ini sangat berkebalikan dengan kampanye nasional anti kekerasan seksual yang dilakukan pemerintah. Yang katanya akan melindungi tapi kenyataannya sangat berbeda, sebenarnya apa yang mereka lakukan saat ini hanya demi kepentingan pihak-pihak tertentu yang punya kontribusi besar untuk merusak bangsa ini termasuk para generasi melenial. Yaitu system kapitalis yang lahir dari peradaban barat yang punya visi misi untuk menghancurkan generasi kaum muslim. Maka tak heran jika kemudian Negara ini pun tunduk dan patuh kepada mereka sebagai Negara adidaya. 
 
Kekerasan seksual tetap menjadi wabah yang sangat menjijikkan di negeri mayoritas muslim bila nilai dan system sekuler yang selalu dipraktikkan. Mungkin ini bukan kasus pertama yang terjadi sebelumnya ada kasus serupa yang kemudian hanya dengan minta maaf mereka pun kembali bermunculan di TV. Seperti kasus ariel noah, luna maya dan cut tari, dan yang belum lama ini juga kasus gisel dan nobu. Tanpa ada rasa malu mereka tetap bermunculan di TV, mengapa hal ini terus berulang terjadi? 
 
Apa yang salah dari negeri ini yang mayoritas muslim namun tak mampu berbuat apapun, sekali lagi kita hidup di dunia yang masih menganut system kapitalis. Mereka yang mengagungkan HAM selalu menjadikan itu sebagai sebuah alasan untuk bebas melakukan sesuatu sekalipun hal itu melanggar norma agama. Kemaksiatan yang membanjiri negeri ini sudah amat sangat mengkhawatirkan dan terlalu mengerikan membayangkannya. Mereka bisa melakukan dimana saja dan kapan saja tanpa takut apapun yang terjadi. Bahkan tak segan melapor balik orang yang menyebarkan hal tersebut, akhirnya membungkam kemaksiatan agar bisa dimaklumi di negeri ini. 
 
Jika pun mereka tertangkap kemudian di penjara, sedangkan malu adalah hal yang biasa nanti juga manusia akan melupakan kasus itu. Tak ada rasa bersalah dan mencoba untuk bertobat, Negara bingung apa yang harus dilakukan kepada mereka yang melakukan hal ini, karena system kapitalis tak punya sebuah badan hokum yang bisa membuat pelakunya jera hanya dengan penjara, keluar dari tahanan bisa kembali melakukan aksinya.  
 
Sungguh hal ini sangat berbeda dengan Islam yang selalu punya efek jera bagi pelaku kemaksiatan, bahkan secara sadar mereka akan menyerahkan dirinya untuk dihukum jika berbuat salah. Semata karena mereka sangat takut kepada siksa Allah kelak di akhirat, ini bisa kita lihat bagaimana dahulu kasus seperti ini pernah terjadi pada masa Rasulullah. Seorang wanita bernama Ghomidiah datang kepada Rasul untuk meminta dihukum didunia karena sudah melakukan tindak perzinahan. Yang kemudian Rasul bersabda “andai ditimbang dosa manusia dengan taubatnya al ghomidiah sungguh tidak ada apa-apanya”

Dihukum bunuh, baik yang jadi subjek maupun yang jadi objek 
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Siapa menjumpai orang yang melakukan perbuatan homo seperti kelakuan kaum Luth maka bunuhlah pelaku dan objeknya!” (HR. Ahmad 2784, Abu Daud 4462, dan disahihkan al-Albani) 
 
Ibnul Qoyim menyebutkan riwayat dari Khalid bin Walid Radhiyallahu ‘anhu. Ketika beliau diberi tugas oleh Khalifah Abu Bakr Radhiyallahu ‘anhu untuk memberangus pengikut nabi-nabi palsu, di pelosok jazirah arab, Khalid menjumpai ada lelaki yang menikah dengan lelaki. Kemudian beliau mengirim surat kepada Khalifah Abu Bakar. 
 
 “Abu Bakr as-Shiddiq bermusyawarah dengan para sahabat. Ali bin Abi Thalib yang paling keras pendapatnya. Beliau mengatakan, ‘Kejadian ini hanya pernah dilakukan oleh satu umat, dan kalian telah mengetahui apa yang Allah lakukan untuk mereka. Saya mengusulkan agar mereka dibakar.’ Selanjutnya Abu Bakr mengirim surat kepada Khalid, lalu beliau membakar pelaku pernikahan homo itu.” 
 
Ibnul Qoyim melanjutkan pendapat Ibnu Abbas: 
 “Sementara Ibnu Abbas mengatakan, ‘Lihat tempat yang paling tinggi di kampung itu. Lalu pelaku homo dileparkan dalam kondisi terjungkir. Kemudian langsung disusul dengan dilempari batu.’ Ibnu Abbas berpendapat demikian, karena inilah hukuman yang Allah berikan untuk pelaku homo dari kaumnya Luth.” (al-Jawab al-Kafi, hlm. 120). 
 
Begitu pula jika hukuman yang bisa menjerakan pelaku kekerasan seksual lainnya ada banyak macamnya pernah dicontohkan para sahabat, namun hal ini hanya mampu dilakukan apabila kita mengambil Islam sebagai sebuah system kehidupan yang akan menata kembali kehidupan muslim sesuai jalurnya yaitu dengan hokum syara. Karna hukuman yang dilaksanakan saat ini pun tidak maksimal seperti membuat para pelakunya tetap terus ingin mengulang kesalahan yang sama lagi, namun jika menggunakan hokum syara mereka akan di hokum di depan khalayak umum yang menjadi saksi perbuatan mereka. Sehingga bukan hanya malu namun mereka juga akan benar-benar bertobat dan orang lain akan berhenti melakukan hal seperti itu juga. 
 
Jika kita masih berharap pada system saat ini sungguh amat salah, karena sudah terbukti bahwa mereka gagal  melindungi kita. Sudah saatnya umat sadar bahwa hanya system Islam yang datang dari Allah mampu menyelamatkan manusia dari segala kehancuran sebelum azab Allah benar-benar datang kepada kita. Untuk itu tobat sesungguhnya adalah dengan meninggalkan hokum sekuler ini dan mengembalikan Islam menjadi satu-satunya solusi atas semua permasalahan umat. Wallahu a’lam
Bagikan:
KOMENTAR