PERANGKAP MODERASI BERAGAMA DALAM MEMBAJAK POTENSI PEMUDA


author photo

31 Jan 2023 - 16.05 WIB


Oleh Jamaiyah S.Pi (pemerhati sosial dan kepemudaan)

Di awal tahun ini dalam rangka Hari Kerukunan Nasional Tahun 2023 Perlita (Perempuan Lintas Agama) Kaltim, Kementrian agama, FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Kaltim dan HKN Kaltim menyelenggarakan parade baju adat dan lomba fashion show kebaya nasional di Aula Siskohat Lt. 2 Kanwil Kemenag Kaltim. Acara ini sejalan dengan peringatan Hari Amal Bhakti (HAB) Ke-77 Kementerian Agama Republik Indonesia yang jatuh pada tanggal 3 januari 2023. UINSI Samarinda turut andil dan berhasil meraih Juara Harapan II dalam lomba tersebut. sudah banyak modifikasi kebaya yang indah-indah dengan warna dan model yang lebih modern, namun perempuan Indonesia akan selalu mengenal baju tersebut sebagai kebaya dan bentuk kearifan lokal pakaian Indonesia.” Ujar Rumainur, M.Pd.I (uinsi.ac.id 12/01/2023)
Saat ini, moderasi beragama menjadi program nasional dan berbagai upaya terus ditempuh demi memuluskan program tersebut. Semua kementerian terutama yang terkait dengan pendidikan dan keagamaan telah sangat masif mengaruskan ide ini. Moderasi dianggap berasal dari Islam dengan menyamakannya dengan istilah “wasathiyyah” dalam Islam. Namun, ini merupakan kekeliruan yang bisa menjadi bahaya laten yang membuat seorang muslim mungkin tidak berpindah agama, tetapi antara cangkang dan isi sudah berbeda. Bahkan, keyakinan akidahnya sedikit demi sedikit dikikis hingga akhirnya bisa terjerumus mencampuradukkan ajaran agama Islam dengan ajaran agama lain. 

Sasaran utama moderasi tentunya kalangan pemuda. Adalah fakta yang tidak terbantahkan bahwa pemuda memiliki peran sentral dalam mengubah kondisi dunia, sosok ideal dengan segudang mimpi dan punya semangat berkobar. Pemuda adalah agent of change, ideologis, idealis, visioner, powerful, inovatif, dan kreatif. Pemuda tengah menjadi sorotan lantaran jumlah mereka yang mendominasi. Namun sayang, jumlah besar tersebut malah menjadi petaka bagi umat manusia sebab mereka dibesarkan oleh kehidupan sekuler kapitalisme. Pada akhirnya, atas nama kearifan lokal pemuda yang serius mengejar mimpi dan cita-cita potensinya dibajak oleh kepentingan sekuler kapitalisme barat agar dapat terus menerus menjajah negeri-negeri kaum muslimin dan menjauhkan ideologi Islam dari mereka. Kapitalisme telah menghilangkan jati diri pemuda sebagai agent of change dan menggerus potensinya sebagai pejuang kebenaran yang hakiki.

Sistem pendidikan tinggi di kampus hari ini pun berkontribusi besar pada proses pembajakan potensi pemuda itu. Kooptasi sumber daya manusia muslim terbaik menjadi demikian mudah dilakukan karena hilangnya visi politik negara-negara di dunia Islam dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menanamkan ideologi sekuler dan hal-hal yang seolah identik dengan kedamaian, kemajuan dan kesejahteraan.

Kebaya atau baju adat yang merupakan lambang kearifan lokal sudah tidak bisa menjadi tradisi karena tidak sesuai dengan syariat islam. Allah mengisyaratkan akidah dan syariat Islam wajib dijadikan sebagai tradisi keseharian mereka; menyatu dalam kehidupan mereka. Allah Swt. berfirman, “Kecuali mereka yang beriman dan beramal shalih serta saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran “(QS. Al-Ashr:3). Bahkan dalam ayat ini, Allah Swt pun secara khusus menjadikan dakwah, saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran, menjadi tradisi manusia dalam kehidupan publik
Dulu Rasulullah saw dan setiap orang yang masuk Islam distigma “qad shoba” akibat dituduh menyimpang dari tradisi nenek moyang (kesyirikan, fanatisme kesukuan, dsb). Hari ini umat Islam yang memperjuangkan syariat Islam secara kafah meniti sunah Rasulullah saw. distigma “intoleran”. Padahal, itu semua tidak lebih dari fanatisme buta (‘ashabiyyah) yang mengelabui. Allah SWT berfirman “Jika dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang diturunkan allah” Mereka menjawab (Tidak!). Kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati pada (perbuatan) nenek moyang kami. Padahal nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apapun, dan tidak mendapat petunjuk. (QS. Al-Baqarah: 170). Ayat ini turun berhubungan dengan ajakan Rasulullah saw. kepada kaum Yahudi untuk masuk Islam. Beliau memberi mereka kabar gembira dan memperingatkan mereka akan siksaan Allah dan azab-Nya. Namun, Rafi’ bin Huraimallah dan Malik bin ‘auf dari kaum Yahudi menjawab ajakan ini dengan berkata: “Hai Muhammad! Kami akan mengikuti jejak nenek moyang kami, karena mereka lebih pintar dan lebih baik dari pada kami”.
Disisi lain, Allah menerangkan di dalam Al-Quran, kisah pemuda yang sungguh menginspirasi dalam perjuangan menjaga ketauhidan. “Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka yang sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mreka, dan kami tambahkan petunjuk kepada mereka” (QS Al Kahfi :13). Para pemuda juga mengubah kemungkaran/tradisi kafir jahiliah Quraisy menjadi tradisi rabani. Sudah mahsyur didalam sejarah para sahabat Rasulullah yang lebih dikenal assabiqunal awwalun (10 orang yang pertama masuk islam) beberapa diantaranya adalah dari golongan pemuda, umar bin khattab (27 tahun), ali bin abi thalib (10 tahun), thalhah bin ubaidillah (14 tahun), Zubair bin awwam (16 tahun), saad bin abi Waqqash (17 tahun), Said bin Zaid (15 tahun), Abu Ubaidah bin Jarrah (27 tahun) dan Abdurrahman bin Auf (30 tahun).
Islam melalui sistem pendidikannya akan membentuk Profil Pemuda Muslim yaitu Berkepribadian islam, visioner, pemimpin peradaban dan penebar rahmat bagi seluruh alam dengan sepuluh karakteristik, yaitu ;
Pertama, bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa (haqqa tuqatih). Kedua, selalu berusaha untuk masuk ke dalam Islam secara kaffah, menyeluruh, atau total. Ketiga, matinul khuluq (kokoh akhlaknya). Keempat, qowiyyul jismi (kuat jasmaninya). Kelima, mutsaqaful fikri (intelek dalam berpikir). Keenam, mujahadatun li nafsi (kuat melawan hawa nafsu). Ketujuh, haritsun ‘ala waqti (menjaga waktu). Kedelapan, manazhzhamun fi syu’nihi (teratur dalam semua masalah). Kesembilan, qodirun ‘ala kasbi (mampu berusaha sendiri), dan kesepuluh, naafi’un lighoiri (bermanfaat bagi orang lain).

Pembentukan kepribadian islam dimulai sejak sekolah dasar dengan mengutamakan pemberian akidah islam dan hukum islam. Maka, ketika mereka baligh mereka dapat menjalankan syariat Islam dengan baik. Selain itu lingkungan masyarakat pun harus senantiasa tersuasanakan dengan syiar islam. Negara juga menjamin kebutuhan kesehatan, pendidikan yang murah bahkan gratis. Generasi jadi benar-benar terdidik dalam lingkungan yang terjaga dan generasi kepribadian Islam pun bisa terwujud.
Oleh karenanya, jalan satu-satunya untuk membenahi pemuda saat ini adalah dengan mewujudkan seluruh sistem islam dalam kehidupan. Dengan sistem yang lengkap dan pemuda yang menjadikan islam sebagai satu-satunya tradisi maka akan terbentuk pemuda pembangun peradaban dan masa depan bangsa akan menjadi cerah.
Bagikan:
KOMENTAR