Derita Muslim Palestina Tak Kunjung Usai, Umat Butuh Perisai


author photo

9 Feb 2024 - 23.06 WIB


Oleh : Agus Fitriani, S.P

Kondisi muslim Palestina kian memperihatinkan. Lebih seratus hari sejak Oktober 2023 penyerangan Zionis Yahudi ke tanah Palestina semakin brutal dan membabi buta. Tempat berkumpulnya rakyat sipil mereka bombardir, bahkan rumah sakit, rombongan ambulans, sekolah yang menampung warga Palestina pun tak luput dari serangan hingga banyak jatuh korban. (CNN Indonesia, 4/11/2023)

Genosida terus berlanjut. Tercatat sudah 23.843 warga Palestina tewas dan lebih dari 60.317 luka-luka. PBB menyebut Perang Gaza telah menodai kemanusiaan. “Kematian besar-besaran, kehancuran, pengungsian, kelaparan, kehilangan, dan kesedihan dalam 100 hari terakhir telah menodai kemanusiaan kita bersama. Seluruh generasi di Gaza mengalami trauma, penyakit menyebar, dan waktu terus berdetak cepat menuju kelaparan,” ucap Kepala Badan PBB untuk Pengungsi Palestina Philippe Lazzarini (Tribun News, 14-1-2024).

Sebelumnya, Reporters Sans Frontieres (RSF) telah mengajukan pengaduan kejahatan perang ke Mahkamah Pidana Internasional (ICC) terkait kematian 106 jurnalis Palestina selama agresi entitas Yahudi di Jalur Gaza. Komisaris Tinggi PBB untuk HAM pun menyatakan keprihatinan mendalam mengenai tingginya jumlah jurnalis Palestina yang terbunuh. (Republika, 10/1/2024).

Serangan entitas Yahudi yang semakin membabi buta dan memakan banyak korban telah mengundang simpati dunia. Berbagai usulan solusi diajukan untuk masalah ini. Diantaranya usulan two-state solution. Usul ini sama saja dengan mengakui penjajah ini sebagai negara. Sama sekali tak menyelesaikan masalah.

Ada juga yang mengusulkan gencatan senjata, menyeret PM Zionis Yahudi ke Mahkamah Internasional sebagai penjahat perang, serta mengirimkan berbagai bantuan ke Gaza. Faktanya, gencatan senjata sudah dilakukan selama empat hari pada 24—28 November 2023 lalu, kemudian diperpanjang dua hari berikutnya dan berakhir 30-11-2023. Apakah masalahnya selesai? Ternyata tidak. Gaza kembali dibombardir bahkan serangan kian membabi-buta.

Ada pula usulan perdamaian antara Palestina dan negara penjajah ini, lebih luas lagi antara Islam dan Yahudi. Ini mustahil, sebab bangsa Yahudi meyakini tanah Palestina adalah bumi yang dijanjikan untuk mereka. Sementara bagi umat muslim, Palestina adalah tanah kaum muslimin yang ditaklukkan semasa pemerintahan Umar Bin Khattab. Palestina juga menjadi kiblat pertama umat Islam dan tempat dimana rasulullah melakukan Isra Mikraj. Jadi sangat tidak mungkin bisa berdamai. Apalagi sejarah membuktikan bangsa Yahudi kerapkali melakukan pengkhianatan dan melanggar perjanjian.

Jika kita cermati, sesungguhnya usulan-usulan ini hanyalah solusi pragmatis yang tidak menyentuh akar masalah sehingga tidak akan mampu memecahkan persoalan, bahkan malah menjadikannya masalah yang berlarut-larut tanpa ada solusi. 
Jika kita telusuri, hal itu terjadi karena banyak di antara kaum muslim yang tidak paham tentang fakta atau sejarah tanah Palestina yang sesungguhnya. Karena itu penting untuk memahamkan umat akan fakta sejarah negeri-negeri muslim agar tidak salah mengambil solusi. Palestina sesungguhnya adalah tanah yang dirampas. Ketiadaan Junnah (Perisai) membuat Palestina Menderita di dalam penjara terbuka, terperangkap di antara Mesir, Israel, dan Laut Mediterania. 

Analis Palestina dari International Crisis Group, Tahani Mustafa, mengatakan bahwa Jalur Gaza diblokade entitas Yahudi sejak kelompok Hamas memenangkan pemilu pada 2006 dan mengendalikan kawasan tersebut. Mereka melakukan segala cara untuk memastikan Gaza dan Tepi Barat menjadi daerah terkucilkan. Tahani menambahkan bahwa Gaza sebenarnya memiliki cadangan minyak serta gas. Namun entitas Yahudi mencegah penduduk Gaza untuk mengaksesnya. Entitas Yahudi memegang kendali penuh. Menurut PBB, hampir setengah dari populasi Gaza menganggur atau tidak bisa bekerja. Lebih dari 80% masyarakatnya pun hidup dalam kemiskinan. (CNN Indonesia, 12/12/2023).

Mirisnya, para pemimpin negara muslim hanya bisa mengecam, mengutuk, serta menunjukkan rasa keprihatinan. Padahal bisa saja mereka mengirimkan tentara-tentara untuk membalas dan menghentikan serangan yang dilakukan oleh entitas penjajah.

Sudah seharusnya para pemimpin muslim dunia tidak lagi menutup mata atas genosida yang terjadi di Palestina. Menghentikan agresi entitas Yahudi tidak bisa dengan bantuan uang dan obat-obatan saja, apalagi hanya retorika. Satu-satunya solusi adalah dengan mengerahkan tentara kaum muslim. Firman Allah Taala, “Perangilah mereka di mana saja kalian menjumpai mereka dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian.” (QS Al-Baqarah: 191).

Hingga kini, para pemimpin negeri muslim tidak banyak membantu untuk melenyapkan penjajahan itu. Kalaupun ada yang berupaya membantu, mereka mengalami keterbatasan akibat adanya hukum-hukum internasional dan sekat-sekat nasionalisme.

Tidakkah para pemimpin muslim mau merealisasikan firman Allah Taala berikut? “Jika datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami mendatangkan kepada kalian hamba-hamba Kami yang perkasa. Lalu mereka merajalela di kampung-kampung. Itulah ketetapan yang pasti terlaksana.” (QS Al-Isra’: 5).

Sungguh, Palestina butuh pergerakan dunia Islam berupa pengiriman tentara, bukan sekadar mengambil suara di sidang PBB dalam rangka membela Palestina

Sesungguhnya ketiadaan pelindung dan junnah (perisai) bagi umat, membuat umat Islam di Palestina terus menderita, Tidak ada yang menolong umat, bahkan membelanya sekalipun, padahal membela sesama muslim yang teraniaya adalah wajib sebagaimana Firman-Nya, “(Tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan, kecuali terhadap kaum yang telah terikat perjanjian antara kamu dan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Anfal: 72).

Rasulullah saw. menegaskan dalam hadis, “Bebaskan orang yang sedang tertawan, berikanlah makan kepada orang yang sedang kelaparan, dan jenguklah orang sedang sakit.” (HR Bukhari). 
Dalam hadis lainnya, “Barang siapa melapangkan seorang mukmin dari satu kesusahan dunia, Allah akan melapangkannya dari salah satu kesusahan di hari kiamat. Barang siapa meringankan penderitaan seseorang, Allah akan meringankan penderitaannya di dunia dan akhirat. Barang siapa menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan menutupi (aib)nya di dunia dan akhirat. Allah akan menolong seorang hamba selama ia mau menolong saudaranya.” (HR Muslim).

Penyelesaian masalah Palestina tidak cukup hanya dengan donasi, boikot, dan doa. Tetapi diperlukan usaha yang lebih keras lagi dari umat Islam, yaitu dengan mewujudkan persatuan hakiki yang akan menghilangkan batas-batas wilayah negeri satu dan negeri lainnya. Wallahu a'lam bishshawab.
Bagikan:
KOMENTAR