Peran Ibu Terusik, Siapa yang Salah?


author photo

12 Feb 2024 - 10.20 WIB


Oleh : Milda, S.Pd
(Aktivis Muslimah) 

Rohwana alias Wana (38 tahun), seorang ibu di Kabupaten Belitung, Bangka Belitung, ditangkap polisi karena terlibat pembunuhan. Perempuan yang kesehariannya bekerja sebagai buruh itu membunuh bayinya sendiri dengan cara menenggelamkan ke ember berisi air setelah dilahirkan. 

Bayi itu kemudian dibuang ke semak-semak dalam kebun milik warga sekitar. "Pelaku bunuh anaknya sendiri lalu membuangnya ke kebun warga," kata Kasat Reskrim Polres Belitung, AKP Deki Marizaldi, kepada kumparan, Rabu (24/1). https://m.kumparan.com/kumparannews/tak-sanggup-membiayai-ibu-di-belitung-bunuh-bayinya-ditenggelamkan-di-ember-221oFWvCRxL 

Kasus pembunuhan yang dilakukan seorang ibu terhadap anaknya sendiri menggambarkan kehidupan ibu yang penuh beban. Bagaimana tidak, kasus ini bukan kali pertama namun sering terjadi di berbagai daerah padahal seorang ibu mampu melahirkan generasi pencetak peradaban tetapi justru kelahiran anak menjadi menjadi bumerang bagi keluarga. Ada beberapa faktor yang mendorong seorang ibu tega menghabisi nyawa anaknya yakni, kurangnya keimanan seorang ibu hingga tanpa pikir panjang menghabisi nyawa anaknya padahal  anak merupakan anugerah dari sang Khaliq  yang mesti dirawat dan dijaga untuk menjadi manusia yang beriman dan bertakwa sehingga suatu saat orang tua akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat atas pengasuhan anak-anaknya kelak. 

Namun tidak hanya itu, tetapi juga dikarenakan faktor keluarga yang andil dalam pencegahan masalah ibu membunuh anaknya. Keluarga seharusnya menjadi garda terdepan dalam memenuhi kebutuhan dan fungsi seorang perempuan. Namun hal itu karena sistem kapitalisme menempatkan perempuan dalam hal ini ibu memikul beban berat dalam kehidupan keluarganya seperti harus menanggung beban berat untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga sehingga ibu merasa sulit menjalankan kehidupan ini hingga merasa tidak sanggup dan menganggap anak menambah beban keluarga. 

Selain itu juga lingkungan masyarakat belum sepenuhnya berjalan sebagaimana mestinya saling menguatkan satu sama yang lain, sebab sistem kapitalisme telah mengubah masyarakat menjadi hedonisme dan bersikap individualis tanpa peduli terhadap nasib sesama masyarakat lainnya. Pentingnya sebuah sistem yang mangajak pada kepedulian bersama khususnya ibu. 

Sistem kapitalisme membuat negara terkesan abai sehingga kesejahteraan ibu telah dirampas oleh sistem kapitalisme. Terlebih saat adanya kasus pembunuhan sekedar memberi sanksi namun tidak mampu membuat jera para pelaku pembunuhan termasuk ibu yang membunuh bayinya sendiri. Pada dasarnya negara menjadi garda terdepan memiliki kuasa dalam melindungi para ibu agar dapat menumbuhkan rasa iman  yang kuat agar ibu mampu menjalani kehidupan dan mampu menyelesaikan ujian yang Allah berikan. Dengan ketiadaan sistem shohih peran ibu, keluarga, lingkungan masyarakat, dan negara tidak berfungsi. Sistem kapitalisme telah merampas kesejahteraan ibu yang pada akhirnya kasus ibu membunuh anaknya terulang kembali. 

Lain halnya dengan sistem pengaturan Islam. Islam memuliakan ibu sebab ibu memiliki andil besar dalam mencetak generasi peradaban mulia maka tidak heran jika dalam Islam ibu sangat terhormat sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata'ala : 
“Dan kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tua. Ibunya telah mengandung dalam keadaan lemah dan bertambah-tambah dan menyapihnya dalam usi dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada aku kembalimu." (QS. Luqman : 14). 

Negara dalam Islam menjamin segala kebutuhan ibu melalui peran ayah sebagai kepala rumah tangga yang wajib bekerja mencari nafkah dan tentu peran negara adalah membuka lapangan pekerjaan bagi siapapun khususnya ayah dan anak laki-laki yang telah baligh. Ketika pencari nafkah tidak mampu dengan alasan syar'i maka negara Islam akan memberikan santunan bagi si ibu untuk dapat mengurus anak-anak mereka hingga dewasa sehingga sejahtera. Lingkungan masyarakat juga akan terjaga dari masalah pelik yang dialami dalam sistem kapitalisme. Seperti perempuan yang suatu saat menjadi ummu warabbatul'bait secara maksimal tanpa terbebani dalam menaggung beban ekonomi keluarga sehingga hidup harmonis. Islam juga mengajarkam untuk peduli terhadap sesama manusia sebagai bentuk keimanan terlebih jika mereka hidup berdampingan sesama muslim sebab sabda Rasulullah. 

"Seorang muslim itu adalah saudara muslim yang lain. Oleh sebab itu, jangan menzalimi dan meremehkannya dan jangan pula menykitinya." (HR. Ahmad, Bukhori, Muslim). 

Maka wajib hukumnya membantu saudara jika mereka meminta pertolongan pada muslim lainnya termasuk dalam bertetangga. Dan negara akan memenuhi kebutuhan pokok setiap warganya santunan maupun uang tunai sebagai bentuk tanggungjawab penguasa. Sehingga tidak ada lagi seorang ibu yang tega menghabisi darah dagingnya sendiri. 

Wallahu Alam Bishowab.
Bagikan:
KOMENTAR