Pentingnya Kolaborasi Interprofesional dalam Pelayanan Kesehatan di Daerah Terpencil


author photo

5 Mei 2024 - 19.28 WIB


Penulis: Ns. Soma Aria, S.Kep

Selama sepuluh tahun bekerja sebagai perawat di daerah terpencil di pedalaman Kalimantan, saya menyaksikan langsung tantangan dan juga keajaiban yang bisa tercipta melalui kolaborasi interprofesional dalam kondisi yang sangat terbatas. Di daerah dimana tidak ada internet, jaringan seluler, bahkan listrik, kerja sama antarprofesi bukan hanya pilihan, tetapi kebutuhan mutlak.
Setiap hari adalah tantangan, dari mengatasi masalah logistik hingga menyediakan pelayanan medis yang memadai. Tanpa adanya fasilitas modern, komunikasi dan koordinasi menjadi sangat penting. Kami, tim terdiri dari dokter, perawat, bidan, dan tenaga kesehatan masyarakat, sering mengadakan pertemuan rutin untuk membahas kasus-kasus yang ada, strategi pencegahan penyakit, dan juga pelaksanaan program kesehatan yang efektif.

Salah satu contoh nyata dari kolaborasi interprofesional ini adalah dalam penanganan wabah malaria yang sempat melanda. Tanpa ada laboratorium atau peralatan medis canggih, kami bergantung pada pengetahuan lokal dan pengamatan klinis. Dokter memberikan arahan medis, perawat melaksanakan perawatan dan pengamatan pasien, sementara tenaga kesehatan masyarakat melakukan sosialisasi dan pencegahan penyebaran nyamuk penyebab malaria. Melalui kerja sama ini, kami berhasil menurunkan angka kejadian wabah tersebut secara signifikan dan bahkan Puskesmas kami mendapatkan penghargaan dari pemerintah pusat karena telah berhasil mengeliminasi malaria. 

Dan dengan interprofessional collaboration kami juga berhasil mendapatkan penghargaan dari pemerintah daerah karena telah berhasil menjadi Desa 100% ODF (Open Defecation Free) atau Bebas Buang Air Besar Sembarangan (BABS) Dimana sebelumnya sangat sulit saya capai Ketika saya bergerak sendiri, sampai akhirnya saya melibatkan teman-teman dari displin ilmu lain seperti sanitarian, dokter dan bahkan pemerintah desa untuk membantu terwujudnya ODF yang diharapkan bisa menurunkan angka stunting.
Kami juga memanfaatkan sumber daya yang ada dengan maksimal. Misalnya, menggunakan radio dua arah untuk komunikasi antar tim yang berada di lokasi berbeda. Meski terdengar primitif, cara ini terbukti efektif untuk koordinasi dan mendapatkan dukungan cepat saat dibutuhkan.

Pengalaman di Kalimantan mengajarkan saya bahwa dalam kondisi yang paling terbatas sekalipun, kolaborasi interprofesional dapat berjalan dengan baik dan membawa dampak besar. Keberhasilan tidak hanya terletak pada sumber daya yang kita miliki, tetapi bagaimana kita menggunakan sumber daya dan keahlian yang ada dengan cara yang paling efektif.

Dengan berkolaborasi, kami tidak hanya mengatasi keterbatasan, tetapi juga membangun fondasi untuk sistem kesehatan yang lebih kuat dan masyarakat yang lebih sehat. Kolaborasi ini menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun yang bisa bekerja sendiri, terutama dalam kondisi yang menantang seperti di pedalaman Kalimantan. Bersama, kami mampu menciptakan solusi yang membawa perubahan nyata bagi masyarakat yang kami layani.

Pandemi COVID-19 yang melanda dunia beberapa tahun lalu membuka mata kita terhadap banyak kekurangan dalam sistem pelayanan kesehatan global, terutama di daerah terpencil. Salah satu pelajaran penting yang harus kita ambil adalah pentingnya kolaborasi interprofesional dalam pelayanan kesehatan, sebuah strategi yang tidak hanya meningkatkan efisiensi tapi juga meningkatkan hasil kesehatan pasien.
Kolaborasi interprofesional dalam konteks kesehatan merujuk pada kerja sama tim yang terdiri dari multi disiplin profesional kesehatan—mulai dari dokter, perawat, apoteker, hingga tenaga kesehatan masyarakat—yang bekerja bersama dengan tujuan yang sama yaitu menyediakan perawatan terbaik bagi pasien. Dalam situasi krisis kesehatan publik seperti pandemi, kolaborasi ini menjadi krusial.

Daerah terpencil sering kali mengalami kesenjangan dalam akses terhadap sumber daya kesehatan, infrastruktur yang tidak memadai, dan keterbatasan dalam tenaga kesehatan yang terlatih. Kolaborasi antarprofesional di daerah-daerah ini tidak hanya memperkuat sistem kesehatan tetapi juga memastikan bahwa pengalaman dan keahlian dari berbagai disiplin ilmu dapat dimanfaatkan secara maksimal.

Selama pandemi, kita melihat contoh-contoh di mana kolaborasi interprofesional membuahkan hasil positif. Misalnya, di beberapa daerah terpencil, tim-tim kesehatan berhasil mengintegrasikan layanan telemedisin yang dikelola bersama oleh dokter dan perawat, dengan dukungan logistik dari apoteker dan tenaga kesehatan masyarakat untuk mengatasi masalah distribusi obat. Kerja sama model ini tidak hanya mempercepat proses diagnosa dan pengobatan tapi juga membantu dalam pelacakan kontak dan penanganan kasus COVID-19 secara lebih efektif.

Namun, agar kolaborasi interprofesional ini berhasil, beberapa langkah harus diambil. Pertama, perlu ada peningkatan dalam pelatihan bersama antarprofesional kesehatan yang menekankan pada kerja tim dan komunikasi efektif. Kedua, harus ada sistem insentif yang mendukung kolaborasi antar disiplin, baik dalam bentuk kebijakan maupun dalam praktik kerja sehari-hari. Ketiga, teknologi informasi harus dikembangkan untuk mendukung pertukaran informasi yang efisien antara berbagai disiplin kesehatan.

Implementasi kolaborasi interprofesional dalam pelayanan kesehatan di daerah terpencil tidak hanya strategis tetapi juga mendesak. Dengan berfokus pada kerja sama tim yang efektif, kita dapat menghadapi tidak hanya pandemi atau wabah penyakit, tapi juga meningkatkan standar pelayanan kesehatan secara umum, memberikan setiap individu, tidak peduli di mana mereka berada, akses ke perawatan kesehatan yang komprehensif dan bermutu.

Kolaborasi adalah kunci dalam menghadapi tantangan kesehatan masa depan, terutama di daerah yang terisolasi. Melalui pendekatan yang integratif dan kolaboratif, kita tidak hanya memperkuat sistem kesehatan, tapi juga membangun masyarakat yang lebih sehat dan resilien. Saatnya kita memprioritaskan dan mengimplementasikan kolaborasi interprofesional sebagai fondasi dari pelayanan kesehatan kita, agar tidak ada lagi yang tertinggal dalam mencapai akses kesehatan yang merata dan adil.
Bagikan:
KOMENTAR