Tantangan Penerapan KOLABORASI INTERPROFESIONAL (IPC) Di Daerah Terpencil


author photo

5 Mei 2024 - 13.57 WIB



(Oleh : Ns. Rizkia Funna, S.Kep. Mahasiswa Magister Keperawatan Universitas Syiah Kuala, Purna Nusantara Sehat Team Based Batch X)

Daerah terpencil merupakan suatu wilayah yang sulit dijangkau, dan sarana atau infrastruktur serta transportasi terbatas. Keterbatasan sumber daya manusia yang berkualitas merupakan tantangan utama di Dearah terpencil. Sulit untuk menarik dan mempertahankan tenaga medis yang berkualitas, seperti dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya, yang diperlukan untuk menjalankan Kolaborasi Interprofesional (IPC) dengan efektif.
 
Kondisi geografis yang sulit juga menjadi tantangan serius, mengingat aksesibilitas yang terbatas ke tempat-tempat terpencil. transportasi yang tidak dapat diandalkan, jaringan yang tidak adekuat serta  infrastruktur minim dapat menghambat mobilitas tenaga medis. Akibatnya, koordinasi antar profesi dan interaksi tim kesehatan menjadi terbatas, serta mempengaruhi kemampuan untuk memberikan layanan Kesehatan. 

Selain hambatan tersebut, keberhasilan Kolaborasi Interprofesional di daerah terpencil juga sangat bergantung pada kesadaran dan komitmen dari semua tenaga medis. Hambatan ini tidak hanya di dearah terpencil saja, namun di daerah perkotaan juga masih termasuk hambatan yang sulit dihilangkan. Perbedaan latar belakang Pendidikan, nilai dan norma-norma dalam praktik kesehatan dapat menghambat kerjasama antar profesi. Komunikasi tidak yang efektif juga akan memberikan dampak terhadap perbedaan persepsi yang diterima oleh tiap profesi. Oleh karena itu, penting untuk membangun kesadaran dan pemahaman yang kuat tentang pentingnya Kolaborasi Interprofesional (IPC) antara tenaga kesehatan.

Di daerah terpencil, penerapan Kolaborasi Interprofesional (IPC) dalam konteks layanan kesehatan memerlukan strategi yang dapat menyesuaikan dengan kondisi yang unik. Salah satu konsep yang dapat diterapkan adalah membangun tim kesehatan yang multidisiplin, terdiri dari dokter, perawat, bidan, dan petugas kesehatan lainnya, yang bekerja bersama untuk menyediakan layanan kesehatan secara holistik dan berkelanjutan bagi masyarakat. 
Pentingnya kolaborasi antar anggota tim, baik dalam komunikasi maupun pembagian peran, menjadi kunci dalam mengatasi keterbatasan sumber daya manusia dan infrastruktur yang sering terjadi di daerah terpencil. Selain itu, pendekatan kolaboratif yang melibatkan komunitas lokal dalam perencanaan dan pengambilan keputusan juga penting untuk memastikan relevansi dan keberlanjutan layanan kesehatan yang disediakan.

Selain itu, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) juga dapat menjadi alat yang sangat berguna dalam mendukung IPC di daerah terpencil. Meskipun infrastruktur teknologi mungkin terbatas, pemanfaatan aplikasi kesehatan mobile, sistem rekam medis elektronik, serta konsultasi jarak jauh dapat membantu meningkatkan komunikasi dan kolaborasi antar anggota tim, serta meningkatkan efisiensi dalam pengiriman layanan kesehatan. Dengan menerapkan konsep-konsep Kolaborasi Interprofesional (IPC) ini secara terintegrasi akan menciptakan layanan kesehatan di daerah terpencil yang lebih efektif, efisien, dan berkelanjutan, serta lebih mampu memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat yang dilayani.

Program Nusantara Sehat merupakan inisiatif yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat di seluruh Nusantara, termasuk di daerah terpencil. Program ini didasarkan pada konsep-konsep Kolaborasi Interprofesional (IPC) yang melibatkan kerjasama antar profesi kesehatan dan antar pihak tekait, termasuk pemerintah daerah, lembaga non-pemerintah, dan masyarakat setempat.

Kemenkes meluncurkan Program Nusantara Sehat (NS) pada tanggl 3 Februari 2015. Program NS adalah program penguatan pelayanan kesehatan primer yang fokus pada upaya promotif, preventif, dengan berbasis pada tim. Tim NS akan di tempatkan di Daerah Tertinggal Perbatasan dan Kepulauan (DTPK). Tujuan utama program NS ialah mewujudkan layanan kesehatan primer yang dapat dijangkau oleh setiap anggota masyarakat, terutama oleh mereka yang berada di wilayah-wilayah terpencil di berbagai pelosok Nusantara. 

Tim NS terdiri dari para tenaga profesional kesehatan dengan latar belakang medis seperti dokter, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, ahli teknologi laboratorium medik, tenaga gizi, dan tenaga kefarmasian. Selain itu, Tim NS juga terdiri dari berbagai wilayah yang berbeda, mulai dari Aceh sampai Papua. Sebelum ditempatkan ke wilayah kerja masing masing, terlebih dulu Tim NS diberikan pembekalan meliputi keahlian medis dan non-medis termasuk pelatihan kepemimpinan, manajerial, dan komunikasi, serta pemahaman terhadap budaya-budaya lokal di BBPK.

Dalam menjalankan tugasnya, Tim Nusantara Sehat melakukan kolaborasi interprofesional (IPC) tercermin melalui kerja sama erat antara berbagai pihak dan disiplin. Tim NS bekerja sama untuk menyediakan layanan kesehatan secara holistik dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Komunikasi terbuka dan kolaboratif dilakukan oleh tim NS secara rutin pada saat diskusi untuk membahas kasus-kasus Kesehatan yang bervariasi, bertukar informasi, dan merencanakan tindakan yang tepat serta dalam melakukan evalusi kegiatan yang sudah dijalankan sebelumnya.

Secara keseluruhan, penerapan kolaborasi interprofesional di daerah terpencil menghadapi tantangan yang kompleks, seperti akses terbatas (kondisi geografis), keterbatasan sumber daya manusia dan finansial, serta hambatan dalam penggunaan teknologi. Meskipun demikian, dengan pendekatan yang terkoordinasi, penguatan kapasitas tenaga kesehatan, keterlibatan aktif masyarakat, dan kerjasama dengan berbagai pihak terkait, dapat menjadi solusi penerapan kolaborasi interprofessional di daerah terpencil. Salah satu contoh yang dapat kita ambil ialah bentuk kolaboratif yang diterapkan oleh Tim Nusantara Sehat. Semoga fasilitas Kesehatan, baik di daerah terpencil maupun diperkotaan dapat menjadikan hal tersebut sebagai salah satu acuan dalam menerapkan IPC di wilayah kerja masing-masing.
Bagikan:
KOMENTAR