Oleh: Ninis (Aktivis Muslimah Balikpapan)
Tiket pesawat menuju Balikpapan mendadak langka. Hal tersebut banyak dikeluhkan para penumpang dari berbagai daerah yang ingin terbang menuju Balikpapan. Mereka tidak hanya terkendala habisnya tiket pesawat, tapi juga harga tiket pesawat yang tergolong sangat "fantastis".
Setidaknya, terdapat tujuh kota besar yang tiket penerbangannya ludes untuk tujuan ke Kota Balikpapan. Tujuh kota itu adalah Jakarta, Surabaya, Medan, Makassar, Padang, hingga Palembang. Penerbangan baru tersedia pada 3 Mei dengan kisaran harga Rp 1,7 juta hingga Rp 2 juta.
Diantaranya "terjebak" di Jakarta dikarenakan sulit mendapatkan tiket, tak ayal berimbas pada sejumlah agenda yang terpaksa mereka batalkan. Seperti yang dialami Sekretaris Umum Asosiasi Pengusaha Batubara (APBS) Samarinda Umar Vaturusi dan seorang karyawan swasta asal Jakarta bernama Aneia Nilam.
Pengalaman tidak menyenangkan ini bukan kali ini saja terjadi, bahkan sudah dirasakan sejak lima tahun terakhir. Terutama setiap liburan pasca Idul fitri. Kalaupun ada penerbangan, harga tiket yang dipatok terlalu tinggi. Belum lagi diantaranya harus transit lebih dulu ke kota lain. Bahkan ada yang sampai harus memutar ke Batam.
Lantas, apa yang menyebabkan sulitnya mendapatkan tiket pesawat pasca lebaran? Kenapa jelang dan pasca hari raya harga tiket pesawat selalu melonjak naik?
*Negara Gagal*
Masifnya pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang melibatkan puluhan ribu pekerja disinyalir menjadi salah satu penyebab seat penerbangan ke Balikpapan, Kalimantan Timur, susah didapat. Hal ini dialami staf Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) yang sedianya menghadiri rangkaian acara Bedah Desain Kreatif (Bedakan) dan Nemuin Komunitas (Netas) di Balikpapan secara offline, terpaksa melalui pertemuan virtual. (Kompas.com).
Mirisnya, kondisi langkanya tiket dan mahal kerap berulang terjadi jelang atau pasca lebaran, ditambah lagi semakin meningkatnya kunjungan ke Kaltim efek IKN. Seharusnya persoalan ini tidak terjadi, pemerintah harus bisa mengantisipasi pada momen tahunan itu. Nyatanya tidak, rakyat semakin sulit mendapatkan tiket dan mahal.
Mahalnya harga tiket di negeri ini tak lepas dari paradigma ekonomi kapitalis. Ketika penyediaan layanan jasa diserahkan pada swasta dan setiap harga ditentukan juga oleh pasar. Prinsip ekonomi kapitalis harga akan naik jika permintaan naik, padahal penawaran tidak bisa mengimbangi permintaan.
Meskipun pihak maskapai sudah menyediakan kursi tambahan, tetapi permintaan juga makin bertambah. Alhasil menjadi dalih bagi pihak maskapai untuk selalu menaikkan harga tiket. Wajar akhirnya jika masyarakat menuding pihak maskapai "sengaja" memanfaatkan momen hari raya untuk menaikkan harga tiket pesawat.
Inilah jadinya jika transportasi diserahkan kepada pihak swasta. Negara seolah tak berdaya jika swasta menaikkan harga tiket pesawat. Peran negara sebatas regulator dan fasilitator yakni mengatur regulasi dan mengeluarkan aturan tarif batas atas (TBA) bagi maskapai.
Negara sejatinya gagal mewujudkan transportasi murah bagi rakyat. Dengan naiknya harga tiket pesawat ini, membuat masyarakat mengeluarkan biaya lebih disaat semua harga kebutuhan sedang naik.
Terlebih transportasi jika dikelola swasta, tujuannya jelas untuk mencari untung. Tidak akan peduli apakah masyarakat sulit membeli tiket atau tidak. Bagi mereka, siapa pun yang bisa membayar, ialah yang akan dilayani.
*Transportasi Aman dan Terjangkau*
Transportasi merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat. Islam sangat memperhatikan masalah ini. Islam memandang bahwa tugas seorang pemimpin adalah mengurusi kebutuhan rakyat. Pada prinsipnya negara wajib menyediakan transportasi yang murah, mudah, cepat, dan aman.
Negara wajib mengatur dan menyediakan layanan tersebut. Segala pembiayaan transportasi akan diambil dari kas negara (baitulmal). Negara akan mendapatkan kas dari pengelolaan SDA dan beberapa pemasukan lain, seperti jizyah, fai, kharaj, ganimah, dan lainnya. Semua itu dapat dipakai oleh negara untuk memberikan layanan yang terbaik bagi rakyatnya.
Sejatinya, tujuan utama negara dalam pengadaan transportasi adalah melayani masyarakat, bukan sekadar mencari keuntungan. Kalaupun harus membayar dengan harga yang terjangkau dan tetap diperhatikan keamanannya.
Selain itu, bentuk kepedulian negara dengan warganya yang melakukan perjalanan jauh (safar) dengan menyediakan rumah-rumah singgah untuk beristirahat dan menyediakan makan gratis untuk musafir.
Dengan demikian, hanya sistem Islam yang dapat menyediakan transportasi yang dibutuhkan masyarakat. Menerapkan sistem Islam sebagai bentuk panggilan keimanan dan satu-satunya sistem yang bisa mewujudkan transportasi yang ideal bagi masyarakat. Wallahu A'lam.