"

Pendidikan Sekuler VS Pendidikan Islami


author photo

9 Okt 2023 - 12.59 WIB


Oleh: Sayidah Aisyah, S. KM.

Pada 5 September lalu, SDN 11 Kayuagung Ogan Komering Ilir (OKI) hanya memiliki 33 siswa dari kelas 1 sampai kelas 6, kejadian ini bukan yang pertama kali. Pada awal tahun ajaran 2023-2024 lalu, SDN 11 Kayuagung OKI hanya ada dua siswa baru yang mendaftar padahal sekolah ini terletak di pusat kota. Salah satu penyebab yaitu adanya tren sekolah swasta khususnya sekolah Islam Terpadu (IT) yang tentunya menjadi pesaing bagi sekolah-sekolah negeri. 

Di kota Jambi juga terdapat peningkatan peminat sekolah swasta berbasis Islam. Peningkatan ini bisa mencapai 20% per tahun. Diantara alasan orang tua lebih memilih sekolah swasta berbasis Islam yaitu 1) kualitas pendidikan yang mengedepankan agama, 2) fasilitas sekolah yang cukup modern, hingga 3) menu makan siang yang sehat.

Ditengah maraknya kriminalitas yang dilakukan oleh para pelajar akhir-akhir ini, menimbulkan kekhawatiran umat khususnya para orang tua yang resah akan masa depan anak-anaknya. Mulai dari maraknya kasus bullying, tawuran, pergualan bebas hingga merosotnya adab. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh arus sekularisasi yang deras dari berbagai arah yang menimpa anak-anak dan remaja muslim. Sekulerisasi adalah arus pemahaman yang memisahkan agama dari kehidupan sehingga Islam “dipakai” hanya ketika melakukan ibadah ritual saja. Efeknya anak-anak terbiasa dengan lingkungan yang jauh dari Islam, tontonan yang bebas tanpa filter diiringi dengan fasilitas gadget dari orang tua yang tidak dikontrol, sistem pergaulan yang menjadikan budaya barat sebagai role model kehidupan, serta minimnya kontrol sosial dari lingkungan dan negara.

Problematika ini merupakan bukti bahwa pendidikan tanpa diiringi dengan tsaqofah Islam akan menghasilkan generasi yang tidak Islami pula. Inilah yang menjadi perhatian khusus para orang tua sehingga lebih memilih lembaga pendidikan swasta yang menerapkan asas akidah Islam dalam kurikulumnya.

Idealnya, Pendidikan wajib dilandasi oleh akidah Islam. Dalam Pendidikan Islam, pendidikan adab lebih utama diajarkan sebelum mempelajari ilmu. Pelajar tidak hanya diajarkan teori semata tapi juga diajarkan cara mengaplikasikan ilmu dalam kehidupan sehingga akan mewujudkan kemaslahatan di tengah umat bukan sekedar dicetak sebagai buruh-buruh pengusaha dan industri. 

Ada 3 pihak yang sangat berperan untuk mengobati kerusakan generasi akibat arus sekulerisasi saat ini, yaitu: keluarga, lingkungan dan negara. Peran keluarga sebagai madrosah ula’ (sekolah pertama) anak sangat dibutuhkan di era sekuler saat ini. Lingkungan yang berperan sebagai kontrol sosial untuk mencegah kemaksiatan. Negara sebagai penegak hukum yang harusnya menjadikan syariat Islam sebagai standar aturan kehidupan. 

Negara berperan besar dalam menjamin hak pendidikan berbasis akidah Islam bagi generasi muslim dan menciptakan lingkungan dengan nuansa keimanan yang kuat. Hal ini tidak bisa terwujud tanpa ditopang oleh sistem Pendidikan Islam dan sistem Pergaulan Islam yang menyeluruh bagi setiap muslim. Sehingga, anak-anak akan tumbuh dalam lingkungan yang ideal dan tercipta kepribadian Islam (syakhsiyyah islam).  

Pada masa Kekhilafahan, Islam dijadikan asas sistem pendidikan sehingga menghasilkan era gemilang nan luar biasa, yang ditandai dengan banyaknya Lembaga-lembaga Pendidikan Islam yang mahsyur menghasilkan ulama-ulama besar. Diantara Lembaga Pendidikan Islam kala itu yaitu, Nizhamiyah (1067—1401) di Baghdad, Al-Azhar (975—sekarang) di Mesir, Al-Qarawiyyin (859—sekarang) di Fez, Maroko, dan Sankore (989—sekarang) di Timbuktu, Mali, Afrika. Lembaga pendidikan Islam ini pun menerima para siswa dari Barat. Paus Sylvester II, sempat menimba ilmu di Universitas Al-Qarawiyyin. 
Hingga muncullah nama besar yang sering kita dengar saat ini seperti, Al Khawarizmi sebagai ahli matematika, Ibnu Al Haitsami seorang ahli optik, Abbas Ibnu Firnas mencetus konsep pesawat terbang, Al Jazari ahli robotik, serta Ibnu Sina ahli dibidang kedokteran. Yang menjadikan Islam sebagai motivasi utama untuk mengembangkan ilmu dan teknologi demi kemaslahatan umat dan mendapat Ridho Allah SWT. Dan tentunya generasi seperti ini hanya akan bisa terwujud jika kita menjadikan syariat Islam sebagai peraturan negara secara keseluruhan. Wallahu a’lam.
Bagikan:
KOMENTAR
 
Copyright @ 2014-2019 - Radar Informasi Indonesia, PT