Ada Apa Dengan Harga di Pasar ????


author photo

10 Apr 2024 - 01.08 WIB


(meutia Ummu Afifah, pemerhati keluarga)

Bukan hanya bahan pangan, harga komoditas bumbu dapur termasuk cabai merah terus melonjak tajam. Tentu saja ini sangat meresahkan masyarakat. Ditengah himpitan ekonomi , masyarakat terpaksa menghadapi kenyataan pahit sulitnya menjangkau harga barang di pasar. Secara historis, puncak inflasi selalu terjadi saat Ramadan dan Idulfitri, serta akhir tahun. Dengan begitu, semestinya pemerintah bisa melakukan berbagai upaya antisipasi agar inflasi bisa ditekan.
Upaya mengendalikan inflasi, Pemerintah Kota (Pemko) Lhokseumawe mencanangkan program penanaman cabai 5 Pohon Cabai Bagi Setiap ASN. Pj Wali Kota A Hanan, SP MM mengingatkan para Aparatur Sipil Negara (ASN) Lingkup Pemkot Lhokseumawe untuk memanfaatkan lahan kosong di pekarangan rumah. Melalui pembagian bibit cabe secara simbolis kepada Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) pada Selasa (27/02), A Hanan mengajak semua pihak memanfaatkan pekarangan yang ada untuk menanam cabai.(https://www.lhokseumawekota.go.id/berita-Umgp)

Menyoal inflasi?
Inflasi dapat diartikan lonjakan harga barang dan jasa secara meluas yang akan mengakibatkan kenaikan harga pada barang lainnya. Sejatinya masalah inflasi bukanlah masalah baru, ini fenomena yang terus berulang, namun pemerintah baik pusat maupun daerah belum mampu menekan laju inflasi. Karena secara fakta harga barang terus meningkat dari tahun ketahun. Gerakaan menanam cabai bukanlah Langkah soluktif mengatasi masalah inflasi.karena ini terkait kerusakan system yang menggurita.
 
Inflasi terjadi  akibat penerapan system ekonomi kapitalis, menyerahkan harga komoditas pada mekanisme pasar bebas, sehingga membuka peluang bagi mafia pangan beraksi. Tidak heran, pada momen-momen tertentu seperti ramdahan dan idul fitri, kartelisasi beserta jejak mafia komoditas pangan juga marak dan merajalela. Parahnya lagi, kondisi ini seolah turut diaminkan oleh penguasa melalui berbagai kebijakan yang jauh dari kata berpihak kepada rakyat. 
Untuk sektor pangan sendiri, karut-marut kebijakannya bukan sebatas soal meningkatnya permintaan barang, tetapi juga ada faktor lain seperti melambungnya harga pupuk, pencabutan subsidi pupuk, kisruh alih fungsi lahan pertanian, dan konglomerasi global produk pangan yang menguasai rantai hulu hingga hilir. Pada akhirnya, korbannya tentu saja rakyat sendiri mengingat mayoritasnya adalah konsumen komoditas pangan.

Tentu saja berbeda dengan sistem didalam islam, penguasa adalah pihak yang paling bertanggung jawab menjamin seluruh kebutuhan umat, terutama kebutuhan pangan, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Rasulullah saw. menegaskan, “Imam (Khalifah) raain (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab terhadap rakyatnya.” (HR Ahmad)
Islam akan memastikan agar seluruh laki-laki—sebagai penanggung jawab nafkah keluarga—mendapatkan pekerjaan layak sehingga ia mampu memenuhi kebutuhan keluarganya dengan baik.

Dalam hadis tersebut pun dijelaskan bahwa pemerintah wajib melindungi warganya, termasuk ancaman hegemoni ekonomi. Didalam system Islam  tidak akan membiarkan korporasi mana pun menguasai rantai penyediaan pangan rakyat yang itu dapat menzalimi rakyat.
Bagikan:
KOMENTAR
 
Copyright @ 2014-2019 - Radar Informasi Indonesia, PT