Aceh Utara – Proyek pembangunan Bendungan Krueng Pase di Lubok Tuwe, Kecamatan Meurah Mulia, Kabupaten Aceh Utara, yang dikerjakan oleh PT. Casanova Makmur Perkasa, tengah dipacu untuk mencapai target penyelesaian. Sebagai bagian dari upaya besar untuk meningkatkan ketahanan pangan di wilayah tersebut, bendungan ini dirancang untuk menyediakan sumber air yang dapat mengairi sawah di lima kecamatan sekitarnya.
Kepala Desa Aleu ie Mirah, Marzuki, mengungkapkan pada Minggu, 9 Februari 2025, bahwa proyek ini diharapkan dapat segera berfungsi untuk mengatasi permasalahan kekurangan air yang selama ini membebani sektor pertanian. Harapan utama adalah peningkatan hasil pertanian dan, pada gilirannya, kesejahteraan petani di Aceh Utara.
Namun demikian, proyek strategis ini tidak berjalan tanpa hambatan. Pada Sabtu, 8 Februari 2025, pekerjaan penutupan jalur sungai yang menjadi bagian penting dari pembangunan bendungan mengalami kendala serius, yakni jebolnya jalur tersebut. Insiden ini sempat menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat sekitar, mengingat dampaknya terhadap kelancaran pengisian bendungan yang menjadi kunci dalam mengalirkan air ke lahan pertanian.
Meskipun demikian, pihak pemerintah daerah dan instansi terkait segera merespons insiden tersebut, dan pekerjaan penutupan jalur sungai telah dilanjutkan pada hari berikutnya. Tindakan cepat ini menunjukkan komitmen untuk menyelesaikan proyek sesuai jadwal. Namun, kendala teknis yang muncul menunjukkan bahwa manajemen proyek perlu lebih cermat dan siap menghadapi tantangan yang mungkin terjadi di lapangan.
Bendungan Krueng Pase, yang diharapkan dapat menjadi solusi jangka panjang bagi masalah irigasi di Aceh Utara, menjadi titik harapan bagi ribuan petani yang selama ini bergantung pada kondisi alam untuk kebutuhan air sawah mereka. Meningkatkan produktivitas pertanian dengan menyediakan pasokan air yang stabil adalah salah satu tujuan utama dari proyek ini, yang tentunya akan membawa dampak besar terhadap perekonomian lokal.
Namun, ketergantungan terhadap satu proyek infrastruktur besar ini juga menuntut perhatian terhadap faktor risiko. Ketidakpastian teknis dan hambatan yang ada saat ini harus diatasi dengan lebih hati-hati agar tidak menambah beban yang justru merugikan masyarakat. Komitmen terhadap penyelesaian proyek ini perlu diimbangi dengan evaluasi berkala dan transparansi dalam setiap tahapannya, untuk memastikan bahwa tujuan akhir, yakni kesejahteraan petani, benar-benar tercapai.
Proyek ini harus menjadi contoh bagaimana pentingnya kesiapan menghadapi segala kemungkinan teknis dan tantangan di lapangan. Masyarakat, terutama petani, memiliki harapan besar agar proyek ini selesai tepat waktu tanpa ada kendala lebih lanjut yang bisa merugikan mereka. Pemerintah dan pihak terkait wajib menjamin bahwa setiap hambatan teknis dapat diatasi dengan efisiensi dan efektifitas, demi terwujudnya manfaat maksimal bagi sektor pertanian Aceh Utara.(M)