Aceh Utara, 30 Mei 2025 — Seruan agar pemerintah daerah mengalokasikan anggaran khusus bagi organisasi santri mengemuka dalam pembukaan Training Kader HATHAR (TKH) 2025, yang digelar oleh Harakah Thalabah Aceh Utara (HATHAR). Acara yang berlangsung di Kantor Kebagpol, Landeng, ini menjadi panggung konsolidasi moral dan visi kepemimpinan santri menuju masa depan yang berintegritas.
Mengusung tema “Transformasi Kader Menuju Kepemimpinan yang Profesional, Responsif, dan Berakhlak”, TKH 2025 tak hanya menjadi forum pelatihan, tetapi juga sebuah gerakan strategis mencetak generasi pemimpin muda yang unggul dalam intelektualitas dan spiritualitas.
Santri Bergerak, Pemerintah Ditagih Komitmen
Ketua Panitia TKH 2025, Tgk Munawir, S.Sos, menyatakan bahwa HATHAR secara konsisten membina kader yang tidak hanya unggul dalam berpikir, tetapi juga tangguh secara moral.
“Santri HATHAR dididik untuk hadir sebagai pemimpin perubahan—bukan hanya paham teori, tapi siap beraksi di lapangan,” ujarnya.
Namun di balik semangat itu, muncul kritik terhadap minimnya dukungan anggaran dari pemerintah. Pembina HATHAR, Tgk Maulidin, S.H, menyoroti lemahnya perhatian terhadap penguatan pendidikan moral, khususnya di daerah terpencil.
“Santri adalah potensi emas. Tapi mereka butuh dukungan nyata. Ini bukan sekadar soal dakwah, tapi penyelamatan generasi,” tegasnya.
Dukungan Legislator dan Ulama: “Ini Tanggung Jawab Bersama”
Desakan agar ada kebijakan anggaran khusus bagi pembinaan santri mendapatkan dukungan dari legislatif dan kalangan ulama.
Anggota DPRK Aceh Utara, Abi Muhibbudin, menyatakan komitmennya untuk mendorong alokasi dana tersebut.
“Mereka berjuang bukan untuk pribadi, tapi untuk perubahan masyarakat. Sudah saatnya kita bantu dengan kebijakan anggaran yang tepat,” ucapnya.
Hal senada disampaikan oleh Ketua MPU Aceh, Abu Manan Blang Jreun. Ia menilai program kaderisasi HATHAR sebagai bagian dari jihad akhlak.
“Ini bagian dari jihad memperbaiki akhlak generasi muda. Pemerintah dan DPRK tidak boleh abai,” ujarnya tegas.
Pemerintah Daerah: Santri adalah Pilar Peradaban
Mewakili Bupati Aceh Utara, Kepala Dinas Pendidikan Dayah, H. Zulkifli, S.Ag, M.Pd, menegaskan pentingnya peran strategis santri dalam pembangunan daerah. Ia mengusulkan agar kegiatan seperti TKH dijadikan agenda rutin, bahkan mendorong diadakannya perlombaan membaca kitab kuning sebagai bentuk pelestarian tradisi keilmuan Islam klasik.
“Santri itu tiang peradaban. Dukungan pemerintah bukan bantuan, tapi tanggung jawab,” ujarnya.
HATHAR: Jalan Sunyi, Perjuangan Nyata
Selama ini, HATHAR telah aktif melalui program-program seperti pelatihan ilmu falak, safari dakwah ke daerah terpencil, advokasi dayah, pemberdayaan masyarakat, hingga penguatan kelembagaan. Organisasi ini telah menjadi salah satu pilar utama pembinaan santri dan transformasi sosial keagamaan di Aceh Utara.
Dengan rekam jejak kontribusinya, desakan agar pemerintah memberikan dukungan anggaran khusus tidak lagi dapat dipandang sebelah mata. Ini bukan sekadar aspirasi, melainkan bagian dari strategi pembangunan manusia berbasis nilai-nilai Islam.
Opini Publik: Saatnya Negara Hadir untuk Santri
Melihat besarnya peran HATHAR dalam membentuk karakter dan kepemimpinan generasi muda, publik pun mulai mempertanyakan:
Apakah pemerintah siap menjadikan organisasi santri sebagai mitra strategis pembangunan?
Sudahkah saatnya anggaran khusus dikucurkan sebagai investasi moral dan peradaban bangsa?
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini akan menentukan sejauh mana negara benar-benar hadir bagi para santri yang telah terbukti menjadi benteng moral dan harapan masa depan.