Bireuen — Batee Kureng, salah satu kawasan bersejarah di Kabupaten Bireuen, Aceh, dikenal sebagai simbol perjuangan dan kebanggaan masyarakat setempat. Nama “Batee Kureng” berasal dari bahasa Aceh, di mana batee berarti batu, dan kureng merujuk pada nama tempat. Secara harfiah, istilah ini bermakna “Batu Kureng” dan kini diabadikan sebagai nama wilayah sekaligus monumen ikonik di jantung Kota Bireuen.
Secara administratif, Batee Kureng terletak di Kecamatan Peudada dan termasuk dalam wilayah Mukim Bate Kureng, salah satu pembagian pemerintahan adat di bawah kecamatan yang membawahi sejumlah gampong.
Jejak Sejarah
Wilayah ini memiliki nilai historis yang kuat. Salah satu peristiwa penting adalah Kongres Batee Kureng yang digelar pada 21 September 1955. Pertemuan tersebut merupakan rapat konsolidasi besar dan peringatan milad kedua gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) Aceh. Sejumlah tokoh dari struktur pemerintahan Negara Islam Indonesia (NII) bagian Aceh hadir dalam kongres yang dilaksanakan sekitar 25 kilometer dari Blang Bladeh, Bireuen.
Selain itu, Batee Kureng dan sekitarnya juga memiliki catatan penting dalam perjuangan melawan penjajah Belanda. Wilayah Bireuen, termasuk Samalanga dan Kuta Glee di Batee Iliek, menjadi saksi berbagai pertempuran yang mencerminkan semangat perlawanan rakyat Aceh. Monumen Batee Kureng kini menjadi simbol keteguhan dan semangat perjuangan masyarakat Bireuen.
Dalam konteks pemerintahan adat, pada 16 Maret 2023, Zulhelmi resmi dilantik sebagai Imum Mukim Bate Kureng periode 2023–2028. Jabatan tersebut memiliki tanggung jawab dalam mengatur urusan sosial dan pemerintahan di tingkat mukim.
Simbol dan Identitas
Tugu Batee Kureng yang berdiri megah di depan Meuligoe Bupati Bireuen menjadi ikon utama kota. Monumen berbentuk batu besar itu melambangkan ketegaran dan ketahanan masyarakat Aceh terhadap berbagai ujian zaman. Simbol ini diharapkan menjadi pengingat akan sejarah panjang perjuangan dan semangat pantang menyerah warga Bireuen.
Potensi Wisata
Selain nilai sejarah, kawasan ini juga berkembang sebagai destinasi wisata. Waduk Batee Kureng, yang baru dibuka beberapa tahun terakhir, menawarkan panorama alam yang indah dan menjadi lokasi favorit masyarakat untuk berwisata dan bersantai.
Catatan Sejarah
Meski memiliki nilai historis tinggi, dokumentasi tentang Batee Kureng masih terbatas. Banyak kisah perjuangan masyarakat yang masih disampaikan secara lisan, sementara data tertulis dari masa pra-kolonial dan awal kolonial tersebar dalam arsip-arsip lama dan catatan akademik.
Namun demikian, Batee Kureng tetap menjadi saksi hidup perjalanan sejarah Aceh dan simbol kuat bagi masyarakat Bireuen dalam mempertahankan identitas, kebanggaan, dan semangat perjuangan daerahnya.(Ak)