E-sport Pelajar, Layakkah Dapat Perhatian Dunia Pendidikan?


author photo

12 Jun 2025 - 12.40 WIB




Oleh: Nurhaya, S.S (Pemerhati Sosial)

Geliat e-sport di kalangan pelajar Balikpapan terus menunjukkan kemajuan. Komunitas-komunitas kecil mulai terbentuk secara organik di berbagai sekolah, salah satunya di SMA Negeri 5 Balikpapan. Tim Mobile Legends dari sekolah ini telah eksis lebih dari satu tahun dan tampil percaya diri dalam berbagai turnamen lokal.

Kekompakan dan semangat bertanding jadi modal utama mereka, meski fasilitas dan dukungan formal dari sekolah masih minim. Fenomena ini menjadi cermin pertumbuhan komunitas e-sport pelajar di Balikpapan yang berkembang secara mandiri dan kolektif. Dengan makin seringnya turnamen digelar, para pelajar berharap akan ada perhatian lebih dari sekolah maupun pemerintah kota untuk mendukung jalur prestasi mereka di dunia digital ini. (inibalikpapan.com,11/06/25)

*Dampak E-Sport*

Tak bisa dipungkiri, e-sport merupakan suatu turnamen yang tentu sangat menarik bagi para Gen Z. Jadi, sudah pasti akan disambut baik dan tentu banyak peminat, bahkan menjadi harapan turnamen ini bisa rutin diselenggarakan. 

Namun, ada yang harus dipahami mengenai dampak ke depannya. Apakah e-sport ini akan membentuk karakter generasi tumbuh dengan baik atau justru seperti buah simalakama, terlihat bagus tapi malah pelan-pelan membunuh karakter generasi dan
melemahkan mental para generasi penerus. Sebab, dengan adanya turnamen e-sport ini membuat generasi semakin over untuk penggunaan handphone dikarenakan mereka menilai apa yang dilakukan itu bermanfaat. 

Disamping itu, akan membuat otak menyusut dikarenakan tingginya intesitas radiasi handphone terpapar ke otak. Sehingga dampak ini menjadikan mental lemah dan tingkat kejenuhan otak tinggi. Maka tidak heran, banyak generasi muda hari ini mentalnya lembek seperti stroberi. Masalah kecil bisa menjadi besar bahkan bisa menghantarkan pada akhir kehidupan. 

Banyak sekali dampak buruk yang akan timbul karena paparan penggunaan HP berlebihan. Termasuk kurangnya bergerak atau beraktivitas fisik. Ini pun berbahaya terhadap kesehatan tubuh. 

*E-sport Pelajar Membajak Generasi*

Munculnya e-sport dalam dunia pendidikan tak bisa dipisahkan
dengan sistem pendidikan saat ini yang sekuler kapitalistik. Sistem pendidikan sekuler mencetak generasi yang hedon, materialistis dan memandang prestasi dari segi materi, memfasilitasi hobi yang salah, dan sebagainya. 

Adapun sistem ekonomi kapitalisme dengan industri gamenya mencengkeram generasi demi meraup keuntungan
ditambah konten-konten bahaya di game yang berpengaruh bagi kehidupan generasi. Potensi generasi yang besar harus dimaksimalkan, bukan dicukupkan hanya sebatas pemenuhan e-sport. 
Harusnya difasilitasi untuk bisa mengoptimalkan potensinya, contoh pada intelektual, sains, teknologi, bukan gamer. Jangan salah, bangga berprestasi sebagai gamer. Melainkan, diasah potensi para generasi untuk jadi ilmuwan muslim, ulama, ahli ilmu yang tidak hanya cerdas dalam urusan dunia tapi faqih dalam urusan agama yang menjadi bekal di akhirat kelak. Disupport dan diapresiasi hasil karya generasi sehingga semakin terpacu untuk menemukan inovasi baru. Bukan malah diabaikan atau bahkan dihancurkan mental generasi hanya karena tidak memberikan keuntungan dari hasil karya tersebut.

Ajang e-sport pelajar sejatinya sangat berbahaya. Hal ini karena telah memalingkan tujuan sebenarnya para pelajar ini untuk mengenyam pendidikan. Ajang ini telah membajak potensi para pelajar. 

*Islam Pencetak Generasi Tangguh*

Islam sebagai aturan kehidupan yang komprehensif memiliki perhatian yang besar terhadap generasi. Pemuda adalah penerus estafet perjuangan dan tonggak kebangkitan Islam, maka keberadaannya haruslah dipersiapkan secara serius. 

Dalam pandangan Islam, pendidikan bukanlah sekadar media untuk transfer ilmu pengetahuan semata. Pendidikan juga bertujuan untuk membentuk kepribadian Islam, yakni membentuk pola pikir Islam dan pola sikap Islam pada peserta didik. Pola pikir Islam berkaitan dengan pemahaman peserta didik terhadap hukum-hukum Islam. Sedangkan pola sikap Islam berkaitan dengan perilaku
peserta didik yang sesuai dengan aturan Islam di semua aspek kehidupan.

Sistem pendidikan dalam Islam (Khilafah) mengintegrasikan ilmu agama (seperti akidah,
fikih, tasawuf/akhlak, dan lain-lain) dengan ilmu duniawi (seperti sains, matematika, dan teknologi). Tujuannya adalah untuk menghasilkan generasi yang tidak hanya cerdas dalam urusan dunia, tetapi juga memiliki pemahaman yang mendalam tentang ajaran agama dan mampu menerapkan nilai-nilai Islam dalam setiap aspek kehidupan. 

Sistem pendidikan Islam juga akan membekali generasi dengan skill atau keahlian tertentu yang dibutuhkannya dalam kehidupan. Rasulullah saw misalnya, pernah mengizinkan dua orang sahabat beliau pergi ke Yaman untuk mempelajari teknik membuat senjata yang bernama dabbabah. Rasulullah saw juga mendorong kaum muslim untuk mengembangkan teknik pembuatan busur panah dan tombak. Beliau pun menganjurkan para wanita saat itu untuk
mempelajari ilmu tenun, menulis, dan merawat orang-orang sakit (pengobatan). Beliau juga memerintahkan para orang tua agar mengajarkan kepada anak-anak mereka olahraga memanah, berenang, dan menunggang kuda.

Dari sistem pendidikan Islam yang dipelopori oleh Rasulullah saw. inilah kelak lahir generasi emas yang berkualitas, baik dari sisi intelektualitas maupun spiritualitas.
.
Lahirnya generasi emas sepanjang sejarah peradaban Islam dalam institusi Khilafah pada masa lalu
semestinya menjadi petunjuk dan pelajaran yang berharga bagi umat Islam di negeri ini. Petunjuk bahwa hanya Islam sebagai sistem
kehidupan yang benar/lurus, yang akan melahirkan kebaikan bagi bangsa dan negara ini.

Allah SWT berfirman, _“Inilah jalanku yang lurus (yakni Islam). Oleh karena itu,ikutilah jalan itu dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan lain yang bisa
mengakibatkan kalian tercerai-berai dari jalan-Nya. Yang demikian Allah perintahkan kepada kalian agar kalian bertakwa.”_ (QS Al-An’am [6]: 153)

Yakinlah, hanya dengan sistem Islam—termasuk di dalamnya sistem pendidikan Islam—yang akan melahirkan generasi emas. Itulah generasi yang beriman, bertakwa, cerdas, dan berprestasi.
WalLâhu a’lam bi ash-shawâb.
Bagikan:
KOMENTAR
 
Copyright @ 2014-2019 - Radar Informasi Indonesia, PT