Marak Hubungan Sedarah, Runtuhnya Sistem Keluarga Dalam Sistem Sekuler Kapitalisme


author photo

15 Jun 2025 - 14.11 WIB


Oleh : Yulia Ekawati, S.Pd (Aktivis Dakwah Kampus)

Keluarga adalah bagian penting dari kehidupan yang seharusnya menjadi tempat pulang dan menjadi ruang ternyaman di tengah bahayanya dunia luar. Namun bagaimana jika ternyata keluarga tidak lagi menjadi ruang ternyaman dan bahkan patut diwaspadai. Belum lama ini kita dihebohkan dengan adanya grup facebook yang dikenal dengan "fantasi sedarah" dimana grup ini menyediakan konten konten pornografi yang bersifat inses tentunya ini menyimpang dan meresahkan masyarakat.

Jakarta (ANTARA) – Kementerian Komunikasi dan Informatika telah mengambil tindakan tegas terhadap beberapa grup Facebook yang memposting konten pornografi yang bersifat inses, yang keberadaannya telah menimbulkan kemarahan publik.
“Kami telah menghubungi Meta dan platform yang mereka operasikan, yaitu Facebook,” kata Wakil Menteri Angga Raka Prabowo di sini pada Jumat. (Bisnis.Update/16/5/2025)

Grup "fantasi sedarah" ini rupanya berisi oknum oknum yang membagikan konten pengalaman inses yang menyimpang, tentunya ini membuat publik marah mengecam grup tersebut. Ini hanyalah satu dari ribuan kasus yang terungkap, kita bahkan tidak tahu berapa banyak lagi kasus serupa yang mungkin masih tersembunyi di tengah masyarakat kita.

Fenomena inses yang marak ini seharusnya menyadarkan kita bahwasannya peran keluarga sebagai penjaga yang aman kini telah runtuh. Banyak hal yang menyebabkan ini terjadi salah satunya yaitu kurang adanya ilmu agama yang tertanam dalam keluarga sehingga pergaulan antara kakak beradik, ayah dan anak atau bahkan ibu dan anak tidak mengenal batasan, sehingga rawan terjadinya ketertarikan antara satu dan lainnya.

Tidak hanya itu pornografi yang begitu kayanya dan mudah di akses menjadi gerbang segala kejahatan seksual, ditambah jika minim pengawasan dan ada kesempatan maka bisikan jahat bisa saja datang dan kasus inses tidak mustahil untuk terealisasikan.

Jangan salah ternyata faktor ekonomi juga turut andil dalam hal ini, bayangkan saja jika seorang ibu yang harusnya jadi madrasatul ula' (madrasah utama) bagi anak anak nya harus bertukar peran dengan sang ayah karena sulitnya lapangan kerja, sehingga ibu pergi bekerja dan ayah tinggal dirumah dengan seorang anak perempuan. Ditambah dengan tidak adanya batasan pergaulan yang dipahami maka mudah sekali setan itu menghasut manusia untuk melakukan hal hal diluar akal sehat.

Semua penyebab itu merupakan imbas dari diterapkannya sistem sekuler kapitalisme yang memisahkan ranah agama dan kehidupan, semua sibuk dengan individu masing masing, dan agama hanya dianggap ibadah ritual semata tanpa turut andil dalam hal apapun, padahal islam tidak hanya tentang spiritual saja tetapi menyediakan seperangkat aturan kehidupan dari A-Z. Ditambah dengan men- Dewa-kan profit, sehingga apa saja yang dapat meraup keuntungan tetap dibiarkan berseliweran, contohnya pornografi, bukankah sebelumnya pemerintah ingin menutup aplikasi yang kita kenal dengan "X" karena adanya konten pornografi di dalamnya. Lantas kenapa itu tidak dilakukan sampai sekarang?, tentu karena ada keuntungan didalamnya, tanpa memikirkan imbas terhadap masyarakat tapi demi keuntungan segalanya bisa diurus.

Dengan banyaknya faktor yang menyebabkan terjadinya fenomena inses ini tentunya butuh solusi yang bukan kaleng kaleng. Kita perlu ekonomi keluarga yang mumpuni, pornografi dihapuskan, keluarga yang paham agama. Hal ini tidak bisa terwujud dalam negara yang mejauhkan agama dari kehidupan atau negara yang hanya mementingkan profit diatas segala galanya. Tetapi sebuah negara yang meletakkan aturan Allah di atas segala - galanya yaitu penerapan islam secara menyeluruh dalam bingkai negara.

Dalam islam inses merupakan hal yang diharamkan. Islam mengajarkan batasan aturan yang boleh dilihat keluarga, batasan bergaul dengan keluarga yang belawanan jenis. Anggota keluarga akan ditanamkan akidah yang kuat sehingga paham, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam keluarga. Mulai dari pemisahan kamar anak perempuan dan laki laki, pemisahan kamar orang tua dan anak serta aturan mengetuk pintu ke kamar orang tua sebelum masuk. Hal hal yang dianggap sepele ini penting diajarkan untuk menjegah terjadinya tindakan inses tadi.

Bukan hanya itu negara akan menyediakan lapangan kerja yang begitu banyaknya sehingga ayah akan bisa memenuhi tugasnya sebagai pencari nafkah dan ibu bisa fokus sebagai Pengurus rumah tangga dan menjadi madrasah pertama yang baik untuk anak anak nya. Sehingga bekal ilmu agama bisa didapat langsung dari ibu.

Tidak hanya masalah itu saja sanksi yang tegas juga akan diberlakukan apabila kasus ini masih terjadi. karena inses ini termasuk zina maka pelakunya akan dikenai hukuman rajam bagi yang sudah menikah dan cambuk 100 kali apabila belum menikah.

Seperti dalam Qur'an surah An Nur ayat 2

اَلزَّانِيَةُ وَالزَّانِيْ فَاجْلِدُوْا كُلَّ وَاحِدٍ مِّنْهُمَا مِائَةَ جَلْدَةٍ ۖوَّلَا تَأْخُذْكُمْ بِهِمَا رَأْفَةٌ فِيْ دِيْنِ اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۚ وَلْيَشْهَدْ عَذَابَهُمَا طَاۤىِٕفَةٌ مِّنَ الْمُؤْمِنِيْنَ ٢

Artinya: Pezina perempuan dan pezina laki-laki, deralah masing-masing dari keduanya seratus kali dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (melaksanakan) agama (hukum) Allah jika kamu beriman kepada Allah dan hari Kemudian. Hendaklah (pelaksanaan) hukuman atas mereka disaksikan oleh sebagian orang-orang mukmin.

Dan sesuai dengan hadits sahih Rasulullah SAW dari hadits Qatadah, dari al-Hasan, dari Hithan bin "Abdillah ar-Raggasyi, dari "Ubadah bin ash-Shamit RA, yang berbunyi,

خُذُوا عَنِّي خُذُوا عَنِّي قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لَهُنَّ سَبِيلًا الْبِكْرُ بِالْبِكْرِ جَلْدُ مِائَةٍ وَتَغْرِيْبُ عَامِ وَالطَّيِّبُ بِالطَّيِّبِ جَلْدُ مِائَةٍ وَالرَّجْمُ

Artinya: "Ambillah hukum dariku, ambillah hukum dariku! Sesungguhnya Allah telah membuka jalan untuk kaum wanita. Bujangan yang berzina dengan gadis, cambuklah seratus kali dan asingkanlah selama setahun, orang yang sudah menikah berzina dengan orang yang sudah menikah cambuklah seratus kali dan rajamlah."

Ngeri? Ya sepintas memang terdengar ngeri, namun siapa yang masih berani melakukan hal serupa jika hukum yang diterapkan akan se jera itu. Hukum dalam islam tak hanya memberi efek jera tetapi penebus dosa bagi pelakunya. 

Masih banyak aturan lainnya yang membuat kita kagum akan pahamnya sang pencipta tentang hambanya, agar senantiasa terlindung dari kemaksiatan. Lantas kenapa masih menggunakan aturan buatan manusia?.

Di dalam sistem islam negara akan mengatur rakyatnya sebagai pelaksana hukum syara' dan menanamkan iman dan takwa dan menutup semua celah keburukan yang akan terjadi. Sungguh betapa luar biasa sistem islam itu dengan kebijakan yang terkandung di dalamnya. Segala bibit bibit kemaksiatan dapat diberantas termasuk perilaku inses ini. Sehingga keluarga dapat menjaga kesuciannya dan tetap pada peran nya sebagai tempat ternyaman dan teraman.

Wallahu'alam bissawab
Bagikan:
KOMENTAR
 
Copyright @ 2014-2019 - Radar Informasi Indonesia, PT