Dalam rangka mewujudkan generasi emas 2045, pemerintah menawarkan beberapa solusi untuk merealisasikan hal tersebut. Salah satunya dengan memfokuskan pada permasalahan tumbuh kembang anak.
Untuk menunjukkan bukti keseriusan tersebut, pemerintah Balikpapan mengusulkan sebuah program yang dinamai "Gempur Stunting" (Gerakan Bersama Posyandu Berantas Stunting) dengan tujuan untuk mengajak seluruh segmen masyarakat mewujudkan generasi emas 2045. Ketua TPK PKK Balikpapan, menyatakan bahwa peranan ini adalah tanggung jawab bersama bukan hanya para ibu.
Stunting bukan hanya persoalan terhambatnya pertumbuhan fisik anak, namun juga menyangkut masalah kognitif, kesehatan jangka panjang, hingga masa depan ekonomi anak-anak juga menjadi persoalan. Oleh karena itu, program Gempur Stunting hadir untuk memberikan edukasi yang berfokus pada pola asuh, pemantauan gizi anak, serta pemberian suplemen penambah darah kepada remaja di sekolah menengah menengah dan pertama.
Keunggulan Program Gempur Stunting yaitu “Gerakan 100% Balita Ditimbang” serta penunjukan RT sebagai orang tua asuh balita. Tujuannya, agar seluruh balita mendapatkan pengawasan pertumbuhan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Adapun program ini didukung secara penuh oleh Dinas Kesehatan Kota Balikpapan dan kader-kader posyandu yang turun langsung ke lapangan.
Namun, yang menjadi pertanyaan adalah cukupkah program strategis Gempur Stunting ini menyentuh akar permasalahan stunting?
Jika ditelisik lebih dalam, permasalahan stunting memanglah merupakan permasalahan jasayidah. Dengan kata lain, stunting adalah masalah kegagalan pertumbuhan akibat nutrisi yang tidak cukup atau kurang pada anak. Stunting disebabkan oleh faktor multidimensi yang terutama terjadi akibat gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun oleh balita. Namun, apakah hanya cukup kita mengklaim stunting itu terjadi karena kebutuhan anak secara jasmani tidak terpenuhi?
Faktanya, kesalahan pola asuh, pemberian gizi yang tidak optimal adalah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya stunting.Jika program strategis "Gempur Stunting" yang ditawarkan oleh pemerintah hanya berfokus pada penekanan untuk menurunkan angka stunting ini tentu secara positif tidak cukup dengan memberikan edukasi kepada masyarakat, atau dengan menimbang balita. Tapi persoalan yang harus disoroti adalah terkait mengapa bisa terjadi kesalahan dalam pola asuh, juga mengapa pemberian gizi lg optimal.
Berbicara soal stunting tidaklah sesederhana demikian. Realitanya, kesalahan pola asuh berawal dari keluarga yang entah itu disibukkan dengan kegiatan diluar seperti halnya, susahnya mencari pekerjaan sehingga berimbas pada pemasukan keluarga yang mengakibatkan tidak mampu untuk memberikan gizi yang optimal pada sang anak.
Sehingga, tentu hal ini berkaitan dengan peran negara yang belum menyentuh dan memenuhi aspek kebutuhan dasar masyarakat seperti sandang, pangan dan papan. Belum lagi soal lapangan pekerjaan yang terbatas hingga mencekik pemasukan keluarga. Alhasil, keluarga tidak mampu memberikan gizi optimal sebab terkendala biaya, atau ibu yang harus bekerja di luar rumah untuk memenuhi nafkah keluarga, serta jaminan kesehatan yang sulit dan terbagi-bagi secara kasta di tengah masyarakat. Tentu jika di tarik garis merahnya, hal ini berkaitan erat dengan kemiskinan dan kesenjangan sosial.
Penanganan Stunting
Masalah stunting bukan hanya menjadi beban persoalan bagi kader posyandu atau dinas kesehatan ataupun keluarga, melainkan juga menjadi tugas besar yang membutuhkan kehadiran peran negara sebagai ra'in (pelayan) terhadap rakyat. Penanganan stunting harusnya dilakukan dengan cara penyelesaian secara struktural dan sistemik. Bahwa, menyoal stunting itu berkorelasi erat dengan sebab-sebab pemberian gizi yang tidak optimal dikarenakan terbatasnya akses tersebut.
Islam memetakkan persoalan stunting dalam ranah pemenuhan nafkah terhadap kepala keluarga sehingga keluarga mampu memberikan gizi yang optimal. Terkhusus bagi ibu hamil yang harus menyusui mereka membutuhkan nutrisi yang baik untuk memberikan ASI kepada anaknya.
Islam juga memberikan solusi terkait jaminan kesejahteraan dan kesehatan kepada masyarakat sehingga masyarakat tidak akan dibebankan oleh biaya kesehatan mahal dan administrasi yang rumit, karena negara akan memberikan jaminan penuh. Kesehatan akan diberikan secara menyeluruh sebab pemenuhan kesehatan adalah pemenuhan dasar yang harus dipenuhi oleh negara tanpa menyulitkan rakyatnya tanpa mengklasifikasikan pemberian jaminan kesehatan berdasarkan kelas.
Namun, hal ini hanya terjadi jika di dalam sistem pemerintahan yang menerapkan syariat Islam dalam aspek kesehatan, politik, dan sosial, tidak akan mampu dalam sistem kebijakan hari ini.
Wallahu'alam bishshawab.