Aceh Utara – Senyum polos itu masih tersungging di wajahnya, meski hidup tak lagi ramah. Alif Al Asyami, bocah yatim piatu dari Gampong Rayeuk Paya Itek, Kecamatan Meurah Mulia, Aceh Utara, tumbuh tanpa belaian ayah dan ibu. Sejak kecil, ia hanya mengenal kasih sayang neneknya. Namun, usia sang nenek yang kian renta dan kesehatan yang kerap terganggu membuat Alif harus menanggung kenyataan: ia tak lagi bisa sepenuhnya bergantung pada orang terdekatnya itu. Rabu (24/09/2025).
Kini, Alif tinggal seorang diri di rumah bantuan. Meski kesepian kerap menghampiri, cahaya harapan perlahan muncul dari kepedulian masyarakat di sekitarnya. Kapolsek Meurah Mulia, Iptu Mulyadi, bersama mantan Geuchik Rayeuk Paya Itek, Husnan, serta tokoh agama Tgk. Zulfikar (Abi Lamno), mengambil langkah nyata untuk masa depan sang bocah.
Dalam sebuah musyawarah sederhana, mereka sepakat membawa Alif ke Pesantren Abiya di Kabupaten Bireuen. Bagi mereka, pesantren bukan hanya tempat belajar, melainkan juga ruang aman bagi Alif untuk tumbuh dalam bimbingan agama, kedisiplinan, dan pengawasan yang lebih baik.
“Lebih cepat lebih baik kita antar ke pesantren, supaya dia bisa belajar dengan layak, tumbuh dalam lingkungan yang baik, dan kelak menjadi generasi berguna bagi bangsa dan agama,” ujar Kapolsek Iptu Mulyadi.
Keputusan itu membuka jalan baru. Perjalanan Alif menuju pesantren tidak berhenti pada tekad, melainkan juga mengundang kepedulian banyak pihak. Donasi mulai digalang: tas, buku, alat tulis, hingga biaya mondok. Semua bantuan dijanjikan dikelola secara transparan dengan pengawasan langsung aparat dan tokoh masyarakat.
Kisah Alif hanyalah satu dari sekian banyak potret anak yatim piatu dan dhuafa di Aceh yang membutuhkan tangan-tangan peduli. Di balik keterbatasan, mereka menyimpan potensi dan impian besar. Dan lewat secercah kepedulian, jalan hidup seorang anak bisa berbelok menuju masa depan yang lebih cerah.(Hs)
