Derita Gaza Makin Meningkat, Kesadaran Umat Akan Solusi Hakiki Harus Makin Meningkat


author photo

17 Sep 2025 - 14.19 WIB


Oleh : Hikmah Abdul Rahim, S.Pd.  
(Aktivis Dakwah Kampus) 

Kejahatan yang dilakukan oleh Zionis Israel pada penduduk Gaza kini semakin meningkat, pada Sabtu (6/9/2025) Militer Israel meminta warga Palestina di Kota Gaza, wilayah perkotaan terbesar di kantong tersebut, untuk mengungsi ke selatan. Militer memperingatkan bahwa operasi berlangsung di seluruh kota. Pasukan Israel telah melancarkan serangan di pinggiran kota bagian utara selama berminggu-minggu, setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan militer merebut kota itu.

Netanyahu mengatakan Kota Gaza merupakan basis Hamas dan penguasaan wilayah tersebut diperlukan untuk mengalahkan kelompok militan Islamis Palestina yang serangannya pada Oktober 2023 memicu perang. Serangan ini mengancam menggusur ratusan ribu warga Palestina yang selama hampir dua tahun berlindung di kota itu. Sebelum perang, sekitar satu juta orang atau hampir separuh populasi Gaza tinggal di Kota Gaza. (republika.co.id 6/9/2025)

'Potret Pahit Gaza Hari ini'

Derita yang menimpa Gaza hari ini kian memperlihatkan betapa tidak adilnya tatanan dunia modern. Setiap hari, kita disuguhi kabar tentang meningkatnya kejahatan Zionis. Rumah-rumah warga hancur oleh rudal, anak-anak menjadi korban penembakan, dan rumah sakit luluh lantak tanpa pandang bulu. Kejahatan ini bukan sekadar insiden, melainkan sebuah pola yang terus berulang dan semakin brutal.

Fakta kedua yang tidak bisa dipungkiri adalah adanya dukungan politik dan militer dari negara-negara besar, terutama di era Donald Trump. Dukungan terang-terangan itu bukan hanya menambah kekuatan Zionis, tetapi juga memberi legitimasi terhadap tindakan biadab mereka. Seolah-olah dunia diberi pesan bahwa kejahatan Zionis dapat dibiarkan karena memiliki “restu” dari kekuatan adidaya.

Meski demikian, di sisi lain kita melihat secercah cahaya. Umat manusia di berbagai belahan dunia, baik Muslim maupun non-Muslim, mulai menunjukkan sikap menolak. Mereka menggalang dana, mengirimkan bantuan, bahkan berinisiatif melakukan misi kemanusiaan lintas negara, seperti Gaza Sumud Flotilla. Gerakan ini menunjukkan adanya kesadaran global, tetapi faktanya semua itu belum mampu menghapus penderitaan Gaza. Bantuan kemanusiaan yang masuk masih terbatas dan tidak menyentuh akar masalah.

'Mengapa Derita Itu Tak Kunjung Usai?'

Dari kondisi di atas, ada dua hal penting yang patut dicermati.

Pertama, pengkhianatan sebagian penguasa Arab serta diamnya dunia internasional. Para pemimpin yang seharusnya membela Gaza justru terjebak dalam kepentingan politik dan ekonomi. Mereka memilih diam, bahkan ada yang terang-terangan menjalin hubungan dengan Zionis. Diamnya dunia internasional menjadi isyarat bahwa keadilan dalam sistem global sangat rapuh, karena lebih banyak dikendalikan oleh kepentingan geopolitik ketimbang nilai kemanusiaan.

Kedua, upaya kemanusiaan yang telah digalang oleh berbagai pihak masih belum mampu menghentikan kejahatan Zionis. Bantuan makanan, obat-obatan, dan logistik memang meringankan, tetapi tidak bisa mengubah situasi secara fundamental. Selama agresi militer terus berlangsung, maka bantuan kemanusiaan hanya menjadi solusi sementara. Gaza tetap terjajah, dan rakyatnya terus menderita. Artinya, kita membutuhkan solusi yang lebih komprehensif, bukan hanya reaktif.

'Islam Menawarkan Solusi Hakiki'

Dalam konteks inilah, Islam menawarkan solusi hakiki. Islam telah memberikan jalan keluar yang syar’i, yaitu jihad fii sabilillah. Jihad bukanlah slogan kosong, melainkan mekanisme nyata untuk melawan penjajahan, menghentikan penindasan, serta membebaskan tanah yang dirampas. Tanpa jihad, Zionis akan terus merasa leluasa melakukan genosida, karena mereka tahu bahwa dunia hanya akan merespons dengan kecaman dan bantuan sementara.

Al-Qur’an menegaskan:

“Dan perangilah mereka sehingga tidak ada lagi fitnah, dan (sehingga) ketaatan itu hanya bagi Allah semata.” (QS. Al-Baqarah: 193)

Ayat ini menunjukkan kewajiban bagi kaum Muslim untuk berjuang menghentikan penindasan, bukan sekadar memberikan dukungan moral. Jihad adalah instrumen riil yang diperintahkan Allah demi menjaga kehormatan umat dan menegakkan keadilan.

Selain itu, umat Islam harus meningkatkan tuntutannya. Seruan dan gerakan tidak boleh hanya berhenti pada solidaritas kemanusiaan, tetapi harus bertransformasi menjadi seruan untuk tindakan nyata. Umat harus mendesak agar ada bantuan militer yang riil guna menghentikan kejahatan di Gaza. Tentu langkah ini membutuhkan keberanian politik, kesadaran ideologis, serta kepemimpinan yang berpihak kepada umat. Tanpa itu semua, penderitaan Gaza hanya akan menjadi siklus panjang yang tak berujung.

'Saatnya Umat Bangkit Untuk Gaza'

Gaza adalah potret nyata dari krisis kemanusiaan sekaligus krisis politik global. Ia menunjukkan bagaimana tatanan dunia hari ini gagal melindungi rakyat yang tertindas. Fakta bahwa kejahatan Zionis terus meningkat menjadi bukti bahwa sekadar kecaman, resolusi PBB, atau bantuan logistik tidak pernah cukup.

Karena itu, umat Islam perlu kembali kepada solusi hakiki yang telah digariskan syariat. Jihad fii sabilillah bukan hanya kewajiban, tetapi juga satu-satunya jalan yang terbukti mampu menghentikan penjajahan dan menyelamatkan umat dari kehancuran. Kesadaran inilah yang harus terus ditumbuhkan, hingga umat tidak lagi hanya menjadi penonton tragedi, melainkan menjadi aktor yang membawa perubahan.

Dengan meningkatnya kesadaran ini, insyaAllah derita Gaza akan segera menemukan akhir, dan kemenangan akan berpihak kepada mereka yang berjuang di jalan kebenaran.
Wallāhu a‘lam biṣ-ṣawāb.
Bagikan:
KOMENTAR
 
Copyright @ 2014-2019 - Radar Informasi Indonesia, PT