Momen Hari Santri pada kali ini mendapat banyak perhatian publik dengan mengadakan serangkaian aktivitas seremonial dari upacara, kirab, baca kitab sampai festival sinema. Dalam Hari santri tahun ini mengambil tema "Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia". Presiden Prabowo Subianto mengajak para santri menjadi penjaga moral dan pelopor kemajuan. Dia menyinggung Resolusi Jihad yang di pelopori oleh ulama sekaligus tokoh pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Hasyim Asy'ari pada 22 Oktober 1945. Santri adalah aset umat yang sangat berharga. Potensi santri dari sisi keilmuan Islam tak di ragukan lagi. Pemahaman agama yang ditanamkan dalam pendidikan pesantren bisa menjadi modal besar santri dalam mengkritisi berbagai fakta yang tidak sejalan dengan Islam.
Santri juga sebagai penjaga peradaban Islam. Dari pesantrenlah lahir generasi yang tak hanya mengenal huruf - huruf Al - Qur'an, tetapi memahami maknanya untuk menegakkan kehidupan di bawah naungan Syari'ah Allah SWT. Santri bukan sekedar pelajar agama, melainkan pewaris perjuangan Rasulullah SAW dan para ulama yang menolak tunduk pada kekuasaan selain kekuasaan Allah. Dari pesantren tumbuh kesadaran bahwa Islam bukan sekedar agama ritual, moral dan spritual belaka; tetapi sistem kehidupan yang sempurna. Islam mengatur semua aspek kehidupan umat manusia. Oleh karena itu, kita wajib mengamalkan seluruh Syari'ah Islam.
Pengamalan dan penerapan seluruh Syari'ah Islam membutuhkan adanya Institusi kekuasaan. Karena itulah Imam Al-Ghazali menegaskan, "Agama adalah fondasi, sedangkan kekuasaan adalah penjaganya.Apa saja yang tak memiliki fondasi akan runtuh dan apa yang tak memiliki penjaga akan rubuh. Maka dari itu santri sejati bukan hanya yang fasih membaca Al - Qur'an, As-Sunnah dan kitab-kitab para ulama. Akan tetapi mereka yang sekaligus memahami bahwa tegaknya Islam secara menyeluruh dalam semua aspek kehidupan adalah amanah suci yang wajib mereka emban. Oleh karena itu Hari Santri adalah momen untuk meneguhkan kembali misi itu. Bukan sekedar peringatan seremonial, tetapi seruan untuk melanjutkan perjuangan para ulama dan mujahid yang menolak Sekulerisme dan menyeru pada tegaknya Islam dalam seluruh aspek kehidupan. "Santri bangkit bukan untuk dunia,tetapi untuk menegakkan kalimat Allah SWT di atas segalanya".
Peringatan hari santri lebih banyak seremonial tidak menggambarkan peran santri sebagai sosok yang fakih fiddin dan agen perubahan. Santri tidak diarahkan memiliki visi dan misi Jihad melawan penjajagan gaya baru dengan menjaga umat dan Syari'at. Peran strategis santri dan pesantren justru dibajak untuk kepentingan mengokohkan Sistem Sekuler Kapitalisme. Maka dari itu Negara menjadi penanggungjawab utama untuk mewujudkan eksistensi pesantren dengan visi mulia mencetak para santri yang siap berdiri di garda terdepan melawan penjajahan dan kezaliman.