Oleh: Nana Juwita, S.Si.
Siapa yang tidak mengingat lirik lagu “Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi, tak harap kembali. Bagai sang surya menyinari dunia.’’ Ini merupakan salah satu lirik lagu yang menggambarkan begitu besarnya kasih sayang ibu terhadap anaknya sampai-sampai seorang ibu pun rela mengorbankan nyawa untuk anaknya, namun pada saat ini bisa jadi naluri ibu sudah terkikis akibat kuatnya pengaruh sistem ekonomi kapitalisme yang tidak mampu mensejahterakan masyarakatnya. Sehingga seorang ibu bahkan tega membunuh atau menjual anaknya sendiri hanya untuk mendapatkan materi. Miris memang akibat himpitan ekonomi dan rapuhnya keimanan mengakibatkan hilangnya akal sehat dan matinya naluri keibuan. Terlebih apabila tidak ada kontrol dari masyarakat, baik karena sama-sama miskin ataupun individualistis. Sehingga semakin memperparah kondisi masyarakat saat ini.
Dikutip dari (medan.kompas.com, 14/08/24) bahwa ada empat perempuan yang diringkus akibat terlibat jual dan beli bayi seharga Rp 20 juta di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Madya Yustadi yang merupakan Wakil Kepala Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Medan Ajun Komisaris, menyampaikan bahwa bayi yang dijual tersebut merupakan anak kandung dari anak salah satu pelaku yang ditangkap, dijual Rp 20 juta. Penyerahan uang dilakukan bertahap, pertama Rp 5 juta, kedua Rp 15 juta. Sementara si ibu mengaku menjual bayinya karena ekonomi, keempat pelaku yang ditangkap, perannya sebagai penjual, pembeli dan perantara,” kata Madya didampingi Kepala Seksi Humas Polrestabes Medan Inspektur Satu Nizar Nasution, Kamis, 15 Agustus 2024.
Adanya kasus tersebut menjadi bukti bahwa wanita di negeri ini belum mendapatkan kesejahteraan, ibu yang mestinya memfokuskan diri untuk mendidik anak-anaknya pada akhirnya harus menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Hal ini disebabkan karena tidak tersedianya lapangan pekerjaan bagi setiap kepala rumah tangga di negeri ini. Akibat abainya negara mewujudkan kesejahteraan dimana hal ini erat kaitannya dengan sistem ekonomi yang diterapkan saat ini. materi menjadi satu-satunya tujuan hidup dan pengaruh gaya hidup yang materialistik menjadikan naluri keibuan seperti hilang ditelan kuatnya pengaruh sekulerisme.
Di sisi lain, hal ini mencermkinkan gagalnya sistem pendidikan membentuk pribadi yang takwa. Karena sistem pendidikan yang sekulerisme (memisahkan agama dari kehidupan) sehingga melahirkan generasi yang rapuh iman, sekulerisme juga melahirkan masyarakat yang dalam menjalankan kehidupan tidak ingin diatur oleh aturan Islam, sementara aturan Islam-lah yang layak dijadikan solusi untuk mengatasi berbagai persoalan yang tengah dihadapi oleh masyarakat. Sistem pendidikan Islam akan memastikan generasi penerus bangsa memiliki kepribadian Islam yaitu memiliki pola fikir dan pola sikap yang Islami juga mumpuni dalam sains dan teknologi, hal ini di dukung oleh fungsi media yang digunakan semata-mata untuk pendidikan Islam dan dakwah Islam. Islam juga akan memastikan bahwa generasi negeri ini memiliki kwalitas unggul dalam membangun suatu peradaban.
Islam juga menetapkan peran negara sebagai raa’in, kesejahteraan menjadi kewajiban negara untuk mewujudkannya. Islam memiliki sistem ekonomi yang mensejahterakan rakyat melalui berbagai mekanisme, termasuk banyaknya lapangan pekerjaan. Negara harus memastikan bahwa setiap kepala rumah tangga dalam hal ini laki-laki memiliki pekerjaan yang layak, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan. Islam memandang bahwa wanita wajib untuk dinafkahi, kewajiban nafkah bagi wanita ada pada ayahnya/walinya ketika mereka belum menikah, setelah menikah maka kewajiban beralih kepada suaminya. jika sama sekali tidak ada orang yang menafkahinya maka negara wajib untuk menjamin kebutuhan wanita tersebut.
Kesejahteraan akan didapat di dalam Islam dikarenakan adanya mekanisme pengelolaaan kekayaan SDA (sumber daya alam) yang ada secara optimal dikelola oleh negara tanpa campur tangan pihak asing. Pengelolaan kekayaan di dalam sistem Islam berdasarkan pada Al-quran dan As-sunah sehingga dalam pengelolan tersebut hanya akan diperuntukkan untuk kepentingan umat. adapuan sumber pemasukan negara di dalam Islam selain SDA juga terdiri dari: pemasukan karaj, ghonimah, Usur, dll. Hal ini akan mampu menopang perekonomian di dalam sistem Islam dalam hal untuk mengurusi urusan umatnya. Sehingga naluri keibuan yang dimiliki oleh setiap ibu di negeri ini akan terjaga. Dan peran ibu akan menjadi optimal yaitu untuk melahirkan dan mendidik generasi negeri ini menjadi generasi yang taat terhadap aturan Allah SWT. semua ini hanya akan terwujud ketika umat menjadikan Islam kaffah sebagai aturan dalam mengatur kehidupannya. Masihkah umat berharap pada kapitalisme, yang terbukti tidak mampu mensejahterakan kehidupan? Wallahu A'lam Bisshawab