Pengangguran Tinggi, Butuh Solusi Tepat Untuk Rakyat


author photo

22 Apr 2024 - 10.54 WIB



Oleh: Dewi Soviariani 
Ibu dan Pemerhati umat 

Pengangguran suatu problem lama yang hingga kini tak urung ada penyelesaiannya. Dari tahun ke tahun dengan angka yang semakin bertambah namun lapangan kerja pun tak bisa terpenuhi. Begitu banyak masyarakat akhirnya hidup dalam kepungan kemiskinan dan terlibat berbagai tindak kejahatan.

Diberbagai daerah mengalami kondisi yang sama, pengangguran yang tidak ada surutnya. Seperti data yang diperoleh dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Riau. Telah mencatat jumlah pengangguran di provinsi itu mencapai 132.450. Angka tersebut tersebar pada beberapa kabupaten dan kota. (ANTARA, 13-04-2024). 

Menurut Kepala Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Provinsi Riau H Boby Rahmat. Pihaknya telah melakukan berbagai upaya untuk menekan angka pengangguran tersebut. Seperti terus berupaya menggiatkan pelatihan dan meningkatkan keterampilan dan kompetensi tenaga kerja dalam berbagai pendidikan dan pelatihan. Juga menggiatkan program kartu prakerja yakni program bantuan biaya pelatihan untuk pengembangan kompetensi kerja meliputi skilling, upskilling dan reskilling serta kewirausahaan melalui pelatihan online, offline dan hybrid.

Begitu gencarnya usaha yang dilakukan untuk menekan angka pengangguran, namun sayang hingga hari ini program pemberdayaan yang dilakukan tak mampu mengurai permasalahan tersebut. Harus ada evaluasi terkait solusi yang dapat membawa perubahan bagi nasib rakyat selanjutnya.

Jika mencermati dunia hari ini ditengah majunya era industrialisasi seharusnya mampu mengatasi penyerapan tenaga kerja. Pesatnya arus globalisasi nyatanya tidak membawa perbandingan yang baik dalam menyediakan lapangan kerja.
Hal ini disebabkan dunia secara keseluruhan menganut sistem kehidupan yang berideologi Kapitalisme Sekuler

Kapitalisme telah melahirkan kebijakan ekonomi yang merugikan bagi dunia. Kesenjangan antara kaya dan miskin begitu kentara. Dengan neoliberalisme ekonomi, Indonesia pun tak terelakkan dari cengkeramannya.

Padahal Riau, Pekanbaru dan sekitarnya adalah daerah subur yang kaya sumber daya alam. Harusnya masyarakat hidup sejahtera. Tapi mengapa angka pengangguran masih tinggi? Tata kelola SDA berdasarkan ekonomi kapitalis telah menjadikan kendali lapangan kerja berada ditangan swasta dan oligarki.

Negara kewalahan menanggulangi pengangguran. Melalui sistem pendidikan dicetak lulusan sesuai pesanan industri yang direkrut dengan gaji murah namun tinggi resiko beban kerja. Lantas apa yang didengungkan oleh berbagai sekolah kejuruan dengan link and match dunia industri hanya iming-iming penuh kepalsuan. Pengangguran terus bertumbuh tiap tahunnya.

Pendidikan by demand atau disesuaikan dengan permintaan industri, lulusannya hanya mentok untuk memenuhi kebutuhan industri. Mereka tidak akan mampu mandiri menciptakan industri sendiri dan berinovasi. Walhasil, dengan keterbatasan industri, lulusannya banyak yang tidak terserap.

Sistem pendidikan yang berjalan hanya menjadikan lulusan untuk terus menjadi buruh murah tanpa mendapat kesempatan untuk memiliki visi tinggi dengan menciptakan industri baru yang inovatif. Sehingga dunia pendidikan dengan kurikulum vokatif nya yang dibanggakan faktanya turut terlibat menjadi alat penjajahan yang melanggengkan hagemoni Kapitalisme.

Inilah akar permasalahan sesungguhnya dari tingginya angka pengangguran di negeri ini. Pemerintah mengandalkan swasta dalam penciptaan lapangan pekerjaan. Lihat saja industri manufaktur yang diandalkan dalam menyerap lapangan pekerjaan, hampir semuanya milik swasta. Jika swasta yang memegang kendali, bukan kesejahteraan pekerja yang menjadi fokus, melainkan profit perusahaan.

Tak heran solusi yang diberikan negara tak tepat sasaran untuk menyelesaikan. Kapitalisme tetap menjadi jantung kehidupan yang melahirkan banyak problem kehidupan. Harusnya bumi melayu yang kental dengan budaya Islam ini muhasabah diri dengan mencari solusi mengambil rujukan Al-Qur'an dan Sunnah sebagai solusi.

Islam adalah sebuah agama sekaligus ideologi yang melahirkan aturan kehidupan. Solusi tepat untuk menyelesaikan persoalan pengangguran. Dengan pandangan Islam, industri dibangun berdasarkan kemaslahatan umat sehingga negara wajib menjadi pengendali industri.

Perbedaan krusial industri ala kapitalisme dan Islam terletak pada kepemilikan. Kapitalisme memandang bahwa kepemilikan alat industri, termasuk SDA, adalah hak dari semua manusia. Swasta termasuk asing bebas memiliki, memproduksi, ataupun mengembangkannya tanpa batasan.

Tentunya ini berbanding terbalik dengan Islam dalam hal kepemilikan. SDA yang melimpah dan dibutuhkan umat tidak boleh dikuasai swasta. Industri hulu yang mengilang minyak, misalnya, tidak boleh dimiliki swasta. Dengan banyaknya industri yang dikelola negara, akan sangat membantu dala⁵m penyerapan tenaga kerja.

Pun demikian sistem pendidikan dalam Islam. Sekolah tidak dibangun untuk melahirkan buruh yang dimanfaatkan memenuhi permintaan pasar industri seperti dalam sistem Kapitalisme. Pendidikan menjadi ujung mata tombak dalam peradaban Islam. 

Pendidikan dalam Islam melahirkan generasi yang g kepribadian Islam mumpuni sekaligus memiliki keterampilan untuk berkarya. Negaralah yang menyediakan fasilitas pendidikan serta memastikan seluruh rakyatnya mendapatkan pendidikan berkualitas. SDM berkualitas dan inovatif dan kreatif akan terus bergerak membawa perubahan bagi kemaslahatan umat.

Negara mempunyai peran penting untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Islam tegas menjadikan negara sebagai penanggung jawab dalam menyediakan lapangan pekerjaan bagi rakyatnya. Ini berdasarkan keumuman hadis Rasulullah saw., “Seorang Imam (kepala negara) adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyatnya.” (HR Bukhari, 844).

Dalam riwayat lainnya, “Rasulullah saw. pernah memberi dua dirham kepada seorang ansar, lalu, ‘Belilah makanan seharga satu dirham dengan uang itu dan berikanlah kepada keluargamu. Dan sisanya belilah sebuah kapak dengan satu dirham dan bawa kapak itu kepadaku.’ Lalu Rasulullah membelah kayu dengan kapak tersebut, kemudian berkata, ‘Pergilah dan carilah kayu bakar, lalu juallah. Jangan kembali ke hadapanku, kecuali setelah 15 hari.’ Lelaki ansar itu pun mencari kayu bakar lalu menjualnya. Setelah itu ia datang lagi kepada Rasulullah dengan membawa 10 dirham. Sebagian ia belikan baju dan sebagiannya lagi makanan.” (HR Ibnu Majah, 2189).

Islam dengan mekanisme terbaiknya telah terbukti memelihara kesejahteraan rakyat. Dalam naungan Islam pengangguran akan hilang karena negara memberikan jaminan penuh atas hak masyarakat. Solusi Islam bukan solusi tambal sulam yang layak dipertimbangkan sebagai jalan keluar.

Pengangguran tinggi akan berdampak panjang pada keamanan dan kenyamanan masyarakat. Islam dengan pengurusan umat terbaik adalah satu-satunya solusi tepat untuk mewujudkan kemaslahatan serta kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian baik wilayah Pekanbaru maupun daerah lainnya akan terbebas dari keterpurukan ketika melanjutkan kehidupan Islam sebagai aturan kehidupan. 

Wallahu A'lam Bishawwab
Bagikan:
KOMENTAR