Aktivis Muslimah
Nuning Murniyati Ningsih
Presiden Prabowo Subianto menyatakan Indonesia siap menampung ribuan warga Gaza, Palestina yang menjadi korban kekejaman militer Israel. Prabowo akan mengirim pesawat untuk menjemput mereka. "Saya lakukan ini karena banyak permintaan terhadap Indonesia untuk lebih aktif berperan mendukung penyelesaian konflik di Gaza," ujar Prabowo di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur menjelang terbang ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab untuk melawat ke sejumlah negara Timur Tengah, Rabu (9/4/2025).(beritasatu.com-9-April-2025)
Rencana Presiden Prabowo Subianto mengevakuasi 1.000 warga Palestina korban perang Israel-Hamas di Jalur Gaza memicu kontroversi. Pengamat menganggap wacana itu sebagai blunder yang bisa memicu protes dari dalam dan luar negeri. Pengamat isu geopolitik Timur Tengah, Smith Alhadar, menyebut Prabowo harus mewaspadai protes dari dalam negeri. Alasannya, rencana kontroversial ini muncul ketika masyarakat Indonesia sedang resah dengan berbagai masalah ekonomi dan politik."Rencana ini justru mengancam pemerintahannya. Bisa terjadi demo besar-besaran. Dia bisa melakukan suatu blunder di tengah keresahan masyarakat," ucap Smith.(bbc.com-11-April-2025)
Selain dari pada itu, Presiden Prabowo juga penting membaca kesiapan negara-negara Eropa untuk memberikan perawatan medis kepada korban perang Palestina. Misalnya, rumah sakit Prancis sudah merawat puluhan orang pasien dari Palestina sejak tahun 2024. Kementeria Kesehatan dan Kementerian Luar Negeri Perancis menanggung semua biaya pengobatan (reliefweb.int, 28 Maret 2024). Dengan kata lain, jika rencana evakuasi dari Presiden Prabowo hanya untuk perawatan medis, maka teknik evakuasi mungkin belum diperlukan sama sekali, meskipun di lapangan tidak dipungkuri kapasitas rumah sakit yang tersedia sangat terbatas. Sebaliknya, bantuan kemanusiaan, finansial dan medis di pengungsian jauh lebih medesak, serta niat baik darurat kemanusian bisa disalurkan melalui negara-negara Timur Tengah atau Eropa yang sudah lebih awal melakukannya, seperti Mesir, Yordan dan Prancis.(analisis.republika.co.id-12-April-2025)
Pernyataan Prabowo bahwa Indonesia siap menerima 1000 warga Gaza, sesungguhnya justru akan memuluskan agenda pengusiran warga Gaza seperti yang diinginkan oleh penjajah. Karena persoalan palestina bukan sekedar soal korban luka, yatim piatu, atau mereka yang mengalami trauma, masalah Palestina adalah masalah penjajahan dan pendudukan yang telah berlangsung selama puluhan tahun. Ini adalah persoalan ideologis dan agama yang seharusnya dipahami secara utuh oleh umat Islam dan para pemimpin di negeri negeri Muslim dengan menjadikan solusi kemanusiaan sebagai pendekatan utama seperti evakuasi dan penampungan sementara para penguasa negeri negeri Muslim justru terkesan menjauh dari solusi hakiki yang telah ditunjukkan oleh syariat yakni jihad Fisabilillah untuk membebaskan tanah suci dan menolak penjajahan.
Pernyataan ini justru kontra produktif dengan seruan jihad yang disuarakan oleh banyak pihak hari ini – yang menyadari bahwa tidak ada solusi hakiki selain jihad melihat berbagai Upaya yang dilakukan nyatanya tidak menghentikan penjajahan dan genosida. Evakuasi rakyat Gaza jelas makin menjauhkan dari solusi hakiki, karena sejatinya Zionis lah yang melakukan pendudukan bahkan perampasan wilayah. Sudah seharusnya Zionis yang diusir dari tanah Plaestina dan bukannya warga Gaza yang dievakuasi.
Palestina tidak butuh pengungsian, mereka tidak butuh dievakuasi dari rumah-rumah yang mereka bangun dengan harapan dan cinta. Bukan kamp pengungsian yang mereka dambakan, tapi halaman rumah mereka sendiri yang damai tanpa dentuman bom, tanpa bayang-bayang penjajahan. Anak-anak palestina tidak perlu “diselamatkan” dari tanah mereka, mereka perlu di merdekakan dan bebas untuk tumbuh di dalamnya, dengan langit yang tenang dan tanah yang tidak lagi dipenuhi reruntuhan. Mereka tidak butuh pintu keluar, mereka butuh dunia yang berdiri bersama mereka, agar mereka bisa tinggal, hidup, dan bermartabat di tanah leluhur mereka.
Pengungsian yang di rencanakan oleh presiden republik Indonesia akan semakin membuat zionis Israel merasa bahagia dan senang karena hal tersebut membuat rencana busuk mereka yaitu menguasai tanah kaum muslimin menjadi semakin mudah terwujud. Langkah yang di ambil untuk membawa warga Palestina ke Indonesia di curigai ada sesuatu yang terjadi antara pemerintah Indonesia dengan Trump Presiden Amerika, meski di katakan bahwa ini adalah langkah yang ditempuh Indonesia untuk membantu penyelesaian konflik Israel dan Palestina, namun sudah sangat jelas langkah ini bukanlah solusi tapi semakin membuat penjajah zionis Israel menang.
Ketika dunia bicara soal evakuasi dan relokasi, kita sedang bicara tentang menyerah pada kejahatan, kita sedang berjalan menjauh dari keadilan. Kita bergerak ke arah yang salah, karena ini bukan sekedar soal krisis kemanusiaan, ini soal penjajahan. Dan selama penjajahan dibiarkan hidup, maka kebebasan dan kemerdekaan akan terus menjadi mimpi yang ditunda. Palestina tidak butuh belas kasihan, mereka butuh kita untuk bersikap. Untuk mengatakan dengan lantang, tanah mereka adalah hak mereka, hak umat muslim. Rumah mereka adalah milik mereka, hidup mereka bukan untuk diusir, tapi untuk dihormati dan dimerdekakan seterusnya. Di sisi lain, evakuasi tersebut bisa jadi merupakan bentuk tekanan AS terhadap Indonesia atas kebijakan baru AS menaikkan tarif impor.
Keberhasilan upaya Indonesia dalam melakukan negosiasi atas kebijakan tersebut bisa jadi akan digunakan alat untuk menekan Indonesia agar melakukan evakuasi warga Gaza. Inilah buah simalakama bagi negeri yang tergantung pada negara lain. Pemimpin negeri muslim seharusnya menyambut seruan jihad. Namun hari ini, nasionalisme dan prinsip tak boleh ikut campur urusan negara menjadi penghalang menyambut seruan jihad. Sikap ini menunjukkan pengkhianatan pemimpin negeri muslim. Negeri Muslim seharusnya menjadi negara adidaya yang memimpin dunia. Khilafah sebagai negara adidaya akan menerapkan syariat Islam sehingga menjadi rahmat bagi seluruh alam dan membela setiap muslim. Sayangnya hari ini Khilafah belum tegak, nasib umat islam pun makin sengsara.
Tanpa adanya Khilafah tidak ada institusi yang benar-benar bisa menggerakkan kekuatan militer umat Islam secara menyeluruh untuk membebaskan Palestina negara-negara musim saat ini tercerai-berai masing-masing tunduk pada batas wilayah nasionalisme sempit dan kepentingan geopolitik kasih inilah yang membuat semua jihad tidak pernah terwujud secara nyata dan menyeluruh Rasulullah Sallallahu Alaihi wasalam bersabda “sesungguhnya Imam atau khalifah itu adalah perisai di belakangnya orang orang berperang dengannya mereka berlindung” (HR.Muslim) hadis ini menunjukkan bahwa kekuatan jihad yang terorganisasi harus berada di bawah kepemimpinan seorang khalifah, tanpa khilafah jihad akan terfragmentasi tidak terkoordinasi dan tidak memiliki dampak strategis global.
Umat harus terus didorong untuk menolak evakuasi warga Palestina. juga menyeru penguasa untuk mengirimkan tentara demi membela saudaranya muslim Palestina. Pada saat yang sama, Umat juga makin kuat berjuang untuk menegakkah Khilafah. Karena hanya jihad dan tegaknya Khilafah solusi hakiki membebaskan Palestina dari cengkeraman penjajah. Gerakan umat ini membutuhkan kepemimpinan partai islam ideologis agar tetap berada di jalur perjuangan yang benar sehingga memberikan pengaruh besar dalam mendorong penguasa negeri muslim untuk mengirimkan tentara untuk berjihad dan tegaknya Khilafah.