Momentum Haji dan Persatuan tanpa Sekat Bangsa


author photo

12 Jun 2025 - 11.57 WIB


Oleh : Herliana Tri M

Alhamdulillah perhelatan ibdah haji ummat Islam telah selesai tertunaikan.  Haji sebagai salah satu rukun Islam sebagai peristiwa tahunan yang  dinantikan seluruh ummat Islam dunia.  Penantian panjang yang dibatasi oleh kuota jamaah tak menyurutkan langkah ummat Islam untuk sampai ke tanah suci minimal sekali seumur hidup guna menyempurnakan iman dan memenuhi janjiNya kepada Sang Pencipta semesta, Allah SWT.  

Banyaknya catatan tentang pelaksanaan seperti kabar terlambatnya transportasi, tidakmeratanya distribusi konsumsi, juga pra ibadah seperti lamanya daftar tunggu untuk bisa menginjakkan kaki ke tanah suci tak menggentarkan semangat juang ummat Islam di negeri ini.  Lamanya waktu tunggu di Indonesia bervariasi. Daftar tunggu  rata-rata antara 10 sampai 39 tahun.  Provinsi dengan waktu paling lama adalah Kalimantan Selatan (39 tahun) dan tercepat provinsi Sulawesi Utara (17 tahun).  Variasi lamanya waktu tunggu ini tergantung banyaknya jumlah pendaftar, jumlah kuota dan kebijakan Kemenag.  

Sebagai bagian dari rukun Islam, ibadah haji memiliki keutamaan yang luar biasa.  Rasulullah saw bersabda ”Haji yang mabrur itu tidak ada balasan (bagi pelaku)nya selain surga”(HR al Bukhari dan Muslim).  Ibadah haji merupakan puncak ketaatan seorang hamba kepada Nya.  Ummat Islam tunduk patuh dengan semua rangkaian ibadah haji. Tanpa ada penawaran dan penolakan mengapa begini dan begitu tatacaranya..  Motivasi spiritual ini menghunjam dalam sanubari seorang muslim sehingga penantian panjang menunggu kuotanya tak menyurutkan langkah, usia yang menua karena lama menunggu tak menangguhkan perjalanan jauhnya.
 Subhanallah, nilai ibadah mulia, penuh perjuangan, pengorbanan dan keagungan ibadah karenaNya menjadi momentum agung yang menyatukan ummat dalam satu tujuan yaitu bukti ketaatan seorang hamba.  
 
Ibadah yang Menyatukan

Ibadah sebagai simbol ketaatan kepadaNya sudah seharusnya dimaknai sebagai simbol persatuan ummat Islam dunia.  Berkumpulnya ummat dari seluruh penjuru dunia, tak memandang ras, golongan serta warna kulit dan status sosial.  Tak mengenal kasta dan golongan yang layak diistimewakan dalam penunaian ibadah ini.  Bagi laki-laki menggunakan kain ihram yang sama, baju tanpa embel-embel kasta, pangkat dan jabatan. Pun dengan ritual ibadah yang sama dan Tuhan yang sama, Allah SWT.

Simbol kesatuan ummat Islam diseluruh pennuru dunia ini tak seharusnya hanya dimaknai  ibadah ritual semata.  Semangat persatuan ummat semestinya  mewarnai keseharian mereka.  Ummat yang dipersaudarakan Rasulullah Muhammad saw dengan ikatan aqidah Islam, secara sejarah menunjukkan ketangguhan, kegigihan dan  mampu menghadapi tantangan zaman.  Kekuatan dan kesatuan ummat yang mampu menembus dinding kokoh kejayaan Persia dan Romawi.  Mengoyak kekuasaan dan tunduk dalam kemjuliaan Islam.  Peristiwa sejarah yang terukir indah milik ummat Islam ini harusnya bisa menjadi cermin untuk mengatasi setiap perubahan zaman terrmasuk melepaskan penjajahan Palestina dari kekejian Israel yang berlangsung puluhan tahun sampai detik ini. 
Esensi ibadah haji yang menyatukan ikatan persaudaraan karena aqidah harusnya dirasakan oleh seluruh ummat Islam dunia termasuk bagi yang menjalankan ibadah haji.  Sebagai ’tuan rumah’, sejatinya, pemerintah Arab bisa menggerakkan solidaritas seluruh ummat dunia yang  berkumpul di tanah yang diberkahi dalam hajatan tahunan ini.

Namun, sayang beribu sayang potensi ummat yang berkumpul ini tak pernah menjadi kekuatan besar.  Penguasa Arab dan sekitarnya diam seribu bahasa dengan penderitaan saudaranya.  Bahkan lebih menyesakkan dada saat beredar kabar bahwa Trump yang datang ke Arab pada Mei 2025 disambut hangat dan terwujudnya kerjasama AS dan Arab untuk membeli persenjataan AS senilai $ 142 miliar atau setara dengan 2.354 triliun.  Sungguh ironis,  AS sebagai penyokong utama Israel disambut hangat dan terwujud kerjasama berbagai bidang.  Disisi lain, tangisan, jeritan dan semua derita pilu saudara di Palestina tak menyentuh nurani untuk sekedar membantu meringankan derita, alih-alih membantu mengirimkan senjata dan tentara terlatihnya untuk berjihad.
  Padahal berharganya satu nyawa seorang muslim sangatlah besar nilai di sisi Nya.  Rasulullah saw menegaskan ”kehancuran dunia ini lebih ringan di sisi Allah dibandingkan dengan terbunuhnya seorang muslim” (HR. An Nasa’i).

Oleh karena itu, sudah saatnya ummat Islam ini menyatukan kekuatannya yang tercerai berai. Ibadah haji tak sekedar dimaknai ibadah individu semata.  Lantunan doa untuk kesuksesan diri, keluarga dan sanak saudara.   Namun, sudah waktunya ummat Islam memaknai lebih luas ibadah ini, dari sekedar pencapaian diri, menuju perjuangan, pengorbanan untuk menyatukan ikatan seluruh ummat Islam di dunia.  Merasakan ikatan persaudaraan sejati ummat Islam yang disatukan dalam ikatan aqidah, merasakan derita ummat dibelahan bumi lainnya sebagai deritanya juga.  Turut mengerahkan segenap daya dan upaya untuk membebaskan  saudara muslim yang terjajah seperti di Palestina dengan aksi nyata.  

Semoga bagi yang menunaikan ibadah haji tahun ini layak menyandang haji mabrur, yang amal ibadahanya diterima dan kembali ke tanah air dalam perjuangan nyata guna menyatukan ummat yang masih terserak.
Bagikan:
KOMENTAR