Persatuan Ibadah Haji Seharusnya Berkorelasi Kesatuan Kaum Muslim


author photo

12 Jun 2025 - 12.34 WIB



Oleh: Rahmi Surainah, M.Pd alumni Pascasarjana Unlam Banjarmasin
Alhamdulillah jelang hari raya Idul Adha, tentunya kita sambut dengan bahagia. Namun sayang tidak semua merasakan kebahagiaan, di Palestina masih berduka karena serangan Zionis yang semakin membabi buta.
Kabar terbaru, Sebanyak 27 warga Palestina meninggal dunia usai diberondong tembakan oleh pasukan Israel saat sedang menuju lokasi bantuan di Rafah, Selasa (3/6). Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan serangan itu terjadi pada pagi hari di bundaran Al-Alam, di dekat titik distribusi bantuan di Tel Al Sultan, Rafah. Puluhan warga Palestina saat itu sedang menuju Tel Al Sultan untuk mengantre bantuan. Namun, pasukan Israel justru melepaskan tembakan terhadap kerumunan warga tersebut. (cnnindonesia.co, 3/6/2025)
Sejak dimulainya perang genosida ‘Israel’ di Gaza pada 7 Oktober 2023, setidaknya 972 warga Palestina telah syahid dan lebih dari 7.000 orang terluka dalam serangan oleh tentara ‘Israel’ dan pemukim ilegal di seluruh wilayah Tepi Barat yang diduduki, menurut Kementerian Kesehatan Palestina. (Hidayatullah.co, 1/6/2025)
Demikianlah serangan demi serangan dilakukan tanpa ada pembelaan nyata dengan bantuan senjata dari negeri muslim lainnya. Hal ini terjadi karena umat Islam terpecah-belah oleh batas-batas nasionalisme dan negara-bangsa (nation-state). Akibatnya, persatuan hakiki umat Islam sedunia seolah mustahil. Padahal di Makkah jutaan kaum muslim dari segala penjuru bersatu seharusnya ini berkorelasi dengan kesatuan kaum muslim.
Ibadah haji adalah simbol ketaatan kepada Allah Swt sekaligus simbol persatuan umat Islam sedunia. Namun, tanpa kesadaran ideologis Islam secara global, semangat ketaatan total kepada Allah Swt dan semangat persatuan umat Islam yang terpancar dalam ibadah haji, akan segera pudar seiring waktu.
Sejatinya persatuan hakiki kaum muslim hanya dapat terwujud dalam institusi politik Islam global (Khilafah). Perlu kesadaran politik Islam memang, tidak cukup aspek spiritual. Inilah pentingnya dakwah politik, tak cukup aspek spiritual di tengah-tengah umat. Jangan sampai tabu apalagi phobia karena sejarah pun membuktikan hanya Khilafah yang mampu melemahkan Zionis dan musuh kaum muslim.
Rasulullah Saw selaku pemimpin kaum Muslim dan menjadi kepala Negara Islam, telah melindungi setiap tetes darah kaum Muslim. Demikian pula Khulafaurrasyidin dan para Khalifah setelah mereka. Mereka terus melindungi umat dari setiap ancaman dan gangguan. Dengan begitu umat dapat hidup tenang di mana pun mereka berada karena ada yang menjadi pelindung bagi mereka.
Kini pelindung kaum muslim (Khilafah) telah tiada. Di akhir kepemimpinan Khilafah, yakni Sultan Abdul Hamid II berkata:
“Sesungguhnya, saya tidak sanggup melepaskan kendati hanya satu jengkal tanah Palestina. Sebab tanah ini bukan milik pribadiku, melainkan milik kaum Muslim. Mereka telah berjuang untuk memperolehnya dengan darah mereka. Silakan Yahudi menyimpan kekayaan mereka yang miliaran itu. Jika pemerintahanku ini tercabik-cabik, saat itu baru mereka dapat menduduki Palestina dengan gratis. Adapun, jika saya masih hidup, meskipun tubuhku terpotong-potong, maka itu adalah lebih ringan daripada Palestina terlepas dari pemerintahanku.”
Benar saja, ketika Khilafah runtuh pada 1924 di tangan agen Inggris keturunan Yahudi, Mustafa Kemal, Yahudi dengan segera menggerogoti Palestina, hingga detik ini.
Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk menyelamatkan Palestina hanya jihad yang dikomandoi oleh Khilafah. Bagaimana cara mewujudkannya jika tanpa dakwah di tengah-tengah umat. Wallahua'lam.
Bagikan:
KOMENTAR