Mahasiswa KKN-PPM Angkatan XXXVII Unimal Kelompok 19 Melakukan Aksi Peduli Cagar Budaya di Makam Putroe Neng dan Tgk Syiah Hudam


author photo

27 Jul 2025 - 14.13 WIB



Pada hari Sabtu, 26 Juli 2025, Kelompok 19 KKN-PPM Universitas Malikussaleh telah melaksanakan kegiatan gotong royong dalam rangka pelestarian situs bersejarah Makam Putroe Neng dan Tgk Syiah Hudam yang terletak di Gampong Blang Pulo, Kecamatan Muara Satu, Kota Lhokseumawe, Aceh. Kegiatan ini berlangsung mulai pukul 09.00 WIB hingga 11.00 WIB, dengan melibatkan partisipasi aktif mahasiswa KKN, perangkat gampong, tokoh masyarakat, serta warga setempat.
Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga dan merawat situs bersejarah yang memiliki nilai penting bagi masyarakat Aceh. Makam Putroe Neng merupakan simbol perjalanan panjang peradaban dan kekuasaan masa lalu, serta menjadi bukti nyata kontribusi perempuan dalam sejarah Islam di Aceh. Pelestarian makam ini menjadi bentuk nyata kontribusi mahasiswa dalam menumbuhkan kesadaran masyarakat, terutama generasi muda, akan pentingnya menjaga peninggalan sejarah sebagai bagian dari identitas budaya daerah. Adapun kegiatan yang dilakukan meliputi pembersihan area makam dari semak belukar dan sampah, serta penataan ulang tanaman hias di sekitar makam dengan semangat kebersamaan.
Putroe Neng dikenal dalam sejarah dan cerita rakyat Aceh sebagai seorang panglima perang wanita asal Tiongkok yang bernama asli Nian Nio Lian Khie. Ia merupakan sosok yang berani, tangguh, dan cerdas, yang setelah memeluk Islam menikah dengan Sultan Meurah Johan dari Kerajaan Aceh. Kisahnya mencerminkan kekuatan perempuan dalam kepemimpinan dan perjuangan, serta peran strategisnya dalam menghadapi musuh di wilayah Sumatera. Setelah mengalami pernikahan dengan banyak suami, yang menurut cerita mencapai hingga 99 orang, Putroe Neng akhirnya menikah dengan Syekh Syiah Hudam, yang menjadi suami terakhirnya.

Tgk Syiah Hudam sendiri bukanlah nama pribadi, melainkan gelar yang merujuk pada pimpinan pasukan bantuan dari Kerajaan Peureulak bernama Syekh Abdullah Kana’an. Gelar "Syiah Hudam" juga identik dengan pasukan militer yang dipimpinnya, bukan semata individu. Dalam kisah rakyat, Syiah Hudam berhasil mengatasi racun yang selama ini menyebabkan para suami Putroe Neng wafat satu per satu. Racun tersebut konon ditampung dalam sebatang bambu yang dibelah dua, separuh dibuang ke laut dan separuh lagi ke gunung namun Syiah Hudam mampu menetralkannya dengan doa dan ilmu yang dimilikinya. Setelah kejadian itu, kecantikan Putroe Neng dikisahkan mulai meredup dan ia tidak memiliki keturunan.

Situs makam Putroe Neng kini menjadi salah satu tempat ziarah yang dihormati masyarakat Aceh. Nilai historis, religius, dan budaya yang melekat padanya menjadikannya simbol penting dalam narasi lokal Aceh, termasuk tentang keberanian, spiritualitas, serta peran perempuan dalam sejarah kerajaan. Melalui kegiatan gotong royong ini, diharapkan kesadaran akan pentingnya merawat warisan budaya dapat terus tumbuh di tengah masyarakat.

Dalam sambutannya, Kepala Dusun Arongan, Gampong Blang Pulo, Bapak Syarifudin M. Yusuf menyampaikan “Kami sangat berterima kasih atas kepedulian mahasiswa KKN Kelompok 19 Universitas Malikussaleh. Gotong royong ini bukan hanya menjaga kebersihan makam, tapi juga mengingatkan kita semua akan pentingnya merawat sejarah. Semoga kegiatan seperti ini terus berlanjut dan menginspirasi generasi muda.”

Kegiatan ini melibatkan seluruh anggota kelompok 19 KKN-PPM Universitas Malikussaleh yang terdiri dari 15 mahasiswa yaitu Mohd. Hafez Al-Shahzam sebagai ketua kelompok, dan anggota kelompok 19 Rendy Purba, Shirin Alya Yasmin, Aderina Br Sitepu, Tipa Angreini Siregar, Helmi, Irvina Zenora, Dwi Gita Julianti, Nadya Adawiyah, Reynaldi Martua, Ryan Rizki Ramadhan, Muhammad Zikra, Muhammad Gunawan, Muhammad Fachri, dan Mulyadi Abdullah.
Bagikan:
KOMENTAR