Nurhayati
Kementerian Agama meluncurkan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) sebagai bagian dari upaya menyusun ulang orientasi pendidikan keagamaan di Indonesia. Kurikulum ini tidak hanya berfokus pada transfer ilmu, tetapi bertujuan menanamkan nilai-nilai cinta, kebersamaan, dan tanggung jawab ekologis sejak dini, mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi.
Kurikulum Berbasis Cinta dibangun di atas lima nilai utama yang disebut Panca Cinta, yaitu: Cinta kepada Tuhan Yang Maha Esa, cinta kepada diri dan sesama, cinta kepada ilmu pengetahuan, cinta kepada lingkungan, dan cinta kepada bangsa dan negeri.
Tujuan pendidikan nasional Indonesia adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan ini tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3.
Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional, dibuatlah sejumlah regulasi termasuk berbagai kurikulum. Bisa dikatakan, kurikulum merupakan nyawa dalam pendidikan. Karena kurikulumlah yang akan menentukan arah pendidikan.
Faktanya, realitas pendidikan jauh dari tujuan pendidikan nasional. Generasi ini dibimbing oleh asas sekuler-kapitalisme yang menggerakkan pemuda fokus pada akademik tapi lalai terhadap realitas kehidupan sebagai hamba. melahirkan pemuda berstatus pelajar minus iman, adab, dan akhlak. Berprestasi akademik tapi tak mengenal penciptanya.
Transisi kurikulum yang bergulir cepat menjadi masalah dunia pendidikan yang tak terelakkan. Sebelum para pendidik selesai memahami satu kurikulum, muncul lagi kurikulum baru. Masalah ini menjadi kompleks ketika pergantian kurikulum dibarengi dengan program sekulerisasi yang terstruktur.
Merespon kebobrokan dunia pendidikan, Kemenag meluncurkan KBC. Bisa dipastikan kurikulum ini adalah trial-eror kesekian yang bermuara kegagalan. Nilai utama yang disebut Panca Cinta dalam KBC takkan relevan dalam pengimplementasiannya. Sebabnya ialah sebagai berikut.
Pertama, dibalik kurikulum KBC ada agenda moderasi beragama. Tujuannya ingin mendidik generasi agar menerapkan makna toleransi hingga sampai pada pengakuan kebenaran semua agama, bahwa yang benar adalah bersama dalam perbedaan keyakinan, dan menerima paham semua agama sama dimata Tuhan. Tujuan ini tidak selaras dengan tujuan pendidikan nasional dan Panca Cinta yang berbunyi “Cinta kepada Tuhan Yang Maha Esa, cinta kepada diri dan sesama”.
Kedua, KBC tidak bisa menanamkan cinta kepada lingkungan sedangkan realitas kehidupan menampakkan kerusakan lingkungan dimana-mana. Fakta ini bertentangan dengan penanaman nilai dalam KBC karena terjadi inkonsistensi antara idealisme dan realitas. Pemuda sulit menerima ketika mereka disuruh mencintai lingkungan sedangkan pemerintahnya melakukan kerusakan lingkungan.
Ketiga, paham nasionalisme yang ditanam tanpa filter iman akan membuat seseorang kehilangan adab dan akhlak kepada saudara semuslimnya. Sedangkan Islam mengajarkan bahwa pemersatu umat adalah ukhuwah islamiyah.
Jika tidak diberi pemahaman yang benar, seorang pemuda akan kebingungan menghadapi realitas masalah antar negara yang melibatkan penduduk islam. Dia akan bingung memilih antara ukhuwah atau nasionalismenya secara bersamaan. Panca Cinta yang berbunyi “Cinta kepada bangsa dan negeri” mengandung nilai yang bertentangan dengan islam.
Sesungguhnya mengganti kurikulum sebagai solusi memperbaiki generasi adalah solusi yang sia-sia selama solusi tersebut berada dalam lingkaran sistem kapitalis sekuler. Karena akar persoalan masalah dinegeri ini adalah terterapkannya ideologi bathil yang menjauhkan manusia dari Sang Pencipta.
Untuk membuat sebuah kurikulum shahih, dibutuhkan sistem shahih yang menaungi kurikulum tersebut. Harus ada perbaikan mengakar tuk mendapatkan solusi tuntas menyelesaikan persoalan pemuda dinegeri ini. Solusi itu haruslah solusi diluar sistem dekomrasi. Karena sistem demokrasilah yang selama ini memakmurkan ideologi kapitalis sekuler di negeri ini.