Fenomena Bunuh Diri Pada Remaja: Cermin Sakitnya Mental Saat Ini


author photo

28 Okt 2025 - 10.15 WIB




Oleh: Annisa Nurul (pemerhati remaja)

Dalam kurun waktu 11 tahun terakhir tercatat ada 2.112 kasus bunuh diri di Indonesia. Sebanyak 985 kasus atau 46,63% di antaranya dilakukan oleh remaja. Di Kalimantan Timur sendiri, dari awal tahun sampai hari ini sudah ada kurang lebih 40 kasus bunuh diri yang tercatat. Tentu ini bukanlah angka yang kecil, mengingat angka ini merupakan jiwa manusia yang harus pergi karena mengalami tragedi bunuh diri.

Fenomena ini kian mengkhawatirkan, sebab "trend" bunuh diri tidak hanya dialami oleh orang dewasa, melainkan generasi muda yang masih terkategori remaja. Kejadian ini pun terjadi hampir di seluruh kota di Indonesia.
Lalu, mengapa ini bisa terjadi? Bagaimana solusinya? Dan apa yang sudah dilakukan pemerintah untuk menangani kasus ini?

Psikiater Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Atma Husada Mahakam Samarinda, Kalimantan Timur dokter Sri Purwatiningsih membagikan cara mengatasi ide bunuh diri yang kerap muncul pada kalangan remaja sebagai dampak dari berbagai tekanan mental yang dialami. Menurut Sri, penanganan sejak dini dengan berkonsultasi kepada ahli dapat mencegah kondisi mental remaja memburuk hingga ke tahap yang mengancam nyawa. Penyebabnya pun beragam, mulai dari gangguan jiwa seperti depresi dan cemas, faktor lingkungan seperti perundungan di sekolah, hingga riwayat genetik dalam keluarga. Fenomena ini, imbuh dia, sangat rentan terjadi pada remaja dengan rentang usia 12 hingga 19 tahun, di mana perempuan memiliki risiko 1,5 kali lebih besar dibandingkan dengan laki-laki. (kaltim.antaranews.com)

Pemerintah telah berupaya melakukan sosialisasi, kampanye kesehatan mental, hingga konseling. Namun, mengapa kasus bunuh diri terus meroket setiap tahunnya? Untuk menjawab hal ini, perlu kita urai akar masalah yang terjadi.

Pola pikir dan pola sikap suatu generasi sangat dipengaruhi oleh sistem pendidikan yang dianut. Karena pendidikan merupakan salah satu pondasi seseorang untuk mengambil keputusan-keputusan dalam hidupnya. Fenomena remaja bunuh diri saat ini, menunjukkan gagalnya sistem pendidikan dalam mencetak individu yang bermental kuat, selalu bersyukur dan bersabar dalam menjalani kehidupan. Mental generasi hari ini cenderung tidak kuat, karena diterpa oleh badai permasalahan yang dilahirkan oleh sistem. Misalnya, banyak remaja yang bunuh diri karena tidak tahan memghadapi bullying. Bullying terjadi secara masif, korban tidak mendapat perlindungan, sehingga mengakhiri hidup jadi pilihan. Begitupun dengan masalah lain seperti perkara pacaran, broken home, tugas yang menumpuk, dan lain sebagainya. Selain itu, meningkatkan angka bunuh diri juga menunjukkan gagalnya negara dalam mengurus rakyat dan menjaga kesehatan mental rakyat khususnya remaja. Sehingga hal tersebut baru ditindak setelah terjadi, bukan dicegah sejak awal.

Kelemahan mental dipengaruhi banyak hal, namun faktor utama adalah pandangan hidup berdasar sekulerisme-kapitalisme. Sekulerisme membuat seseorang memisahkan agamanya dengan kehidupan, sehingga nilai-nilai agama tidak dipakai dalam hidupnya. Standar hidup yang dipakai pun menjadi bergeser. Kapitalisme membuat seseorang hidup dengan standar materi duniawi semata. Sehingga generasi hari ini fokus mengejar materi, dan akan mudah stress jika ambisi duniawinya tidak tercapai.

Kasus depresi berujung bunuh diri pada remaja bukanlah masalah individu, tapi merupakan akumulasi masalah yang tersistem. Sehingga, tidak cukup jika penanganannya hanya secara teknis dengan datang ke psikolog atau psikiater saja, melainkan perlu menyoroti akar masalah dan pencegahan yang tersistem.

Remaja stress bisa jadi karena tuntutan akademik di sekolah, masalah keluarga, broken home, bullying, hingga masalah percintaan yg mungkin terlihat sepele. Ditambah dengan lemahnya keimanan, yang menyebabkan ada pikiran ingin bunuh diri seolah bisa menyelesaikan masalah. Maka, negara punya peran penting untuk menyuasanakan keimanan pada remaja, mulai dari sistem pendidikan Islam, dan penegakan hukum berbasis syariah.


Sebagai seorang muslim, kita harus punya sudut pandang islami dalam menanggapi fenomena bunuh diri pada remaja ini. Dalam Islam, negara adalah raa'in (pemelihara) dan junnah (pelindung). Negara punya peran penting untuk memelihara kesejahteraan rakyat, sehingga kecil kemungkinan seseorang tertekan atau stress disebabkan oleh hal-hal yang sebetulnya bisa difasilitasi oleh negara dalam Islam. Seperti stress mencari kerja, stress biaya hidup, stress tuntutan akademik, dll itu tidak mungkin terjadi karena negara membantu memfasilitasi. Begitupun negara akan berperan sebagai pelindung yang mencegah seseorang terpapar virus-virus sekuler-liberal yang penuh standar duniawi, bukan standar Ilahi. Dengan itu, negara dalam Islam akan mengurus rakyat dan memberikan kehidupan terbaik melalui terwujudnya sistem kesehatan masyarakat yang terbaik.

Maka, kepemimpinan berbasis syariat Islam menjadi penting dan genting untuk diterapkan saat ini. Penerapan syariat Islam kaffah oleh negara akan menjamin terwujudnya kesejahteraan dan ketentraman, juga terpenuhinya jaminan untuk menjaga setiap rakyat memiliki jiwa dan raga yang sehat dan kuat. 

Allah berfirman dalam QS. Yunus ayat 57, "Wahai manusia, sungguh telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi sesuatu (penyakit) yang terdapat dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang mukmin"
Betapa baiknya Allah SWT yang telah memberikan kita solusi untuk segala problematika kehidupan yang terjadi. Di dalam Al-Qur'an, segala hal yang membuat kita gundah gulana telah tertulis sebagai kalamullah. Artinya, kita sebagai hamba bisa mencari petunjuk terkait masalah apapun yang menimpa kita, dengan banyak membaca Al-Qur'an dan senantiasa mengkajinya. Karena dengan mengkaji Islam, kita jadi tau bahwa Islam adalah solusi dari segala problematika kehidupan saat ini. Dengan mengkaji dan semakin mendekatkan diri pada Allah, serta selalu terikat pada syariatNya, kelak akan menumbuhkan iman dan mental yang kokoh. Semoga syariat Allah bisa diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, karena Islam satu-satunya yang bisa menjaga jiwa manusia dengan sempurna.

Wallahualam bishowwab.
Bagikan:
KOMENTAR