Beberapa waktu lalu, media nasional ramai memberitakan ratusan anak muda, bahkan masih berstatus pelajar, yang ditetapkan polisi sebagai tersangka dalam kerusuhan demo Agustus 2025. Data resmi menyebutkan 295 anak masuk daftar tersangka. Padahal, menurut KPAI dan Komnas HAM, proses hukum ini bermasalah, sarat ancaman, intimidasi, dan tidak sesuai dengan standar perlindungan anak.
Pertanyaannya: apakah setiap anak muda yang turun ke jalan otomatis “anarkis”? Ataukah ini bagian dari kriminalisasi kesadaran politik generasi Z yang sedang tumbuh? Fakta menunjukkan, generasi muda mulai sadar bahwa ada ketidakadilan dalam negeri ini, baik di bidang ekonomi, pendidikan, maupun politik. Namun sayang, kesadaran itu sering dijawab dengan stigma: pengacau, radikal, perusuh, atau anarkis.
Di sini kita perlu jujur. Demokrasi yang diagung-agungkan ternyata hanya ramah pada suara yang sejalan dengan penguasa dan pemodal. Tapi ketika ada kritik tajam, apalagi dari generasi muda yang punya energi besar, malah dibungkam. Inilah wajah asli demokrasi kapitalistik: membuka ruang kebebasan asal tidak mengganggu kepentingan elite.
Pemuda dalam Pandangan Islam
Islam punya cara pandang berbeda terhadap pemuda. Dalam sejarah Islam, pemuda justru menjadi motor perubahan. Rasulullah ﷺ ketika memulai dakwah, dikelilingi oleh para sahabat yang mayoritas masih muda:
Ali bin Abi Thalib masuk Islam di usia belasan tahun.
Mus’ab bin Umair yang elegan dan cerdas, menjadi duta dakwah pertama ke Madinah, juga masih muda.
Usamah bin Zaid bahkan diangkat Nabi sebagai panglima perang pada usia sekitar 17 tahun.
Jelas sekali, Islam menempatkan pemuda sebagai penyambung estafet perjuangan, bukan dianggap ancaman negara.
Allah berfirman tentang Ashabul Kahfi, sekelompok pemuda beriman yang berani menentang penguasa zalim di zamannya:
“Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka, dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk.”
(QS. Al-Kahf: 13)
Ayat ini menegaskan: pemuda yang berani melawan kezaliman dengan iman, justru mendapat bimbingan langsung dari Allah. Artinya, keberanian politik pemuda dalam Islam bukan kriminal, tapi bagian dari ibadah.
Amar Ma’ruf Nahi Munkar Bukan Kejahatan
Salah satu kewajiban besar dalam Islam adalah amar ma’ruf nahi munkar yakni mengajak pada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Termasuk kemungkaran yang dilakukan oleh penguasa. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Jihad yang paling utama adalah menyampaikan kalimat kebenaran di hadapan penguasa yang zalim.”
(HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
Jadi, jika generasi Z hari ini mulai kritis terhadap kebijakan yang merugikan rakyat, sebenarnya mereka sedang menjalankan perintah agama. Tapi sayangnya, dalam sistem demokrasi-kapitalis, sikap kritis ini dianggap ancaman. Maka dipakailah label “anarkis” agar semangat politik anak muda patah sebelum tumbuh.
Padahal, yang disebut anarkisme dalam Islam adalah kerusuhan tanpa arah, kekerasan yang merusak, dan tindakan di luar tuntunan syariat. Sedangkan mengkritik penguasa zalim adalah ibadah mulia, bukan kriminalitas.
Banyak ulama sepanjang sejarah menegaskan pentingnya peran pemuda dan kewajiban mengoreksi penguasa.
Imam Al-Ghazali menyebut: “Rusaknya rakyat adalah karena rusaknya penguasa, dan rusaknya penguasa adalah karena ulama yang buruk.” Artinya, suara kritis justru harus dijaga agar penguasa tidak sewenang-wenang.
Syekh Taqiyuddin an-Nabhani (pendiri Hizb ut-Tahrir) menekankan bahwa kesadaran politik umat, khususnya pemuda, harus diarahkan untuk menegakkan Islam kaffah, bukan berhenti pada protes emosional.
Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar menyebut pemuda sebagai “pembawa obor perubahan.” Beliau mengingatkan, tanpa idealisme pemuda, bangsa akan mandek.
Dari sini jelas: membungkam suara generasi muda sama saja mematikan masa depan bangsa.
Demokrasi Kapitalis: Kebebasan yang Palsu
Sistem demokrasi sering digembar-gemborkan sebagai ruang bebas bagi semua warga untuk menyampaikan pendapat. Namun kenyataannya, kebebasan itu hanya berlaku selama tidak mengganggu kepentingan oligarki politik dan bisnis.
Dalam kapitalisme, politik adalah soal siapa punya modal, dia yang berkuasa. Maka wajar jika suara rakyat kecil atau kritik pemuda hanya dianggap sampah. Bahkan, demi mempertahankan status quo, negara tidak segan melakukan kriminalisasi.
Ini menunjukkan demokrasi hanyalah panggung ilusi. Pemuda boleh bicara, asal tidak menuntut perubahan yang mendasar. Begitu mereka menyinggung akar masalah, misalnya ketidakadilan struktural akibat kapitalisme, mereka langsung dibungkam.
Islam Kaffah: Arah Kesadaran Politik yang Hakiki
Kesadaran politik Gen Z tidak boleh berhenti pada sekadar demo atau luapan emosi. Islam menawarkan arah yang jelas:
1. Menjadikan aqidah Islam sebagai landasan berpikir politik. Artinya, kita melihat masalah bangsa bukan hanya soal ekonomi atau hukum, tapi soal penerapan syariat Allah.
2. Amar ma’ruf nahi munkar dengan cara yang benar. Kritik pada penguasa harus berlandaskan dalil, bukan sekadar marah.
3. Membangun perubahan sistemik, bukan tambal sulam. Islam tidak hanya mengoreksi kebijakan, tapi menawarkan solusi menyeluruh melalui penerapan syariat dalam bingkai Khilafah.
Dalam sistem Khilafah, pendidikan pemuda berbasis aqidah Islam. Mereka ditempa menjadi generasi yang berani, kritis, tapi tetap terarah. Mereka paham bahwa tujuan politik bukan sekadar menjatuhkan rezim, melainkan meraih ridha Allah dengan menegakkan keadilan syariat.
Dari Jalanan ke Jalan Allah
Kriminalisasi terhadap 295 anak muda menunjukkan ketakutan penguasa pada kebangkitan generasi. Gen Z sedang mencari arah, dan Islamlah yang mampu memberi arah itu.
Pemuda tidak boleh berhenti karena stigma “anarkis.” Justru stigma itu membuktikan bahwa suara mereka mulai mengganggu status quo. Yang perlu dilakukan adalah memurnikan kesadaran politik, agar bukan sekadar emosi sesaat, tapi perjuangan jangka panjang untuk perubahan hakiki.
Sebagaimana firman Allah:
"Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu.”
(QS. An-Nisa: 135)
Ayat ini menegaskan: keberanian menegakkan keadilan adalah bagian dari iman. Dan pemuda adalah garda terdepan untuk itu.
Maka, mari arahkan kesadaran politik Gen Z menuju perjuangan Islam kaffah. Karena hanya dengan Islam, kebebasan sejati bisa diraih, dan kriminalisasi terhadap suara kebenaran akan berakhir. Allahu Akbar.!!