Pelatihan TaKasi-SeRa di Sabang, GEN-A Lantik 22 Kader Remaja Peduli Kesehatan


author photo

18 Nov 2025 - 21.10 WIB


SABANG — Sebanyak 22 santri kelas 1 dan 2 SMA mengikuti pelatihan intensif TaKasi-SeRa dan resmi dilantik sebagai Kader Kesehatan Remaja Sabang (15–16 November 2025). Mereka menjadi angkatan pertama di kota ini, sekaligus bagian dari upaya Generasi Edukasi Nanggroe Aceh (GEN-A) memperluas pembentukan 80 kader di seluruh Aceh pada 2025. Kegiatan ini adalah rangkaian tur Pelatihan dan Pembinaan Kader Taman Edukasi Kesehatan Remaja (TaKasi-SeRa) sebagai Eduktor dan Konselor Sebaya di Sekolah & Pesantren.

Pelatihan berlangsung dalam format interaktif: belajar, berdiskusi, bermain peran, hingga praktik konseling dan edukasi langsung. Banyak peserta mengaku baru pertama kali membicarakan isu kesehatan mental dan gizi secara terbuka bersama teman sebaya.

*Didukung Kemenpora, Program Meluas ke Sekolah dan Pesantren*
TaKasi-SeRa pada awalnya mendapatkan dukungan oleh UNICEF Indonesia melalui program Youth4Health Impact 2024 dengan Gampong Jawa sebagai lokasi pilot, kemudian meluas ke Puskesmas Darul Kamal pada tahun yang sama dan Puskesmas Meuraxa pada tahun 2025 dengan lebih 40 kader aktif. Tahun ini, dukungan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora RI) melalui Good Games 2025 membuka jalan bagi program untuk menjangkau sekolah dan pesantren di berbagai kabupaten/kota.

Dukungan tersebut dinilai memberikan energi baru bagi gerakan edukasi kesehatan berbasis partisipasi remaja. GEN-A berharap Sabang dapat menjadi model kota pesisir dengan kader-kader yang aktif mengedukasi teman dan lingkungannya.

*Permasalah Kesehatan Mental Remaja Indonesia dan Aceh*
Permasalahan kesehatan mental pada remaja di Indonesia merupakan isu mendesak, di mana data dari Survei Kesehatan Mental Remaja Indonesia (I-SHARE) tahun 2022 yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan dan UNICEF menunjukkan bahwa 1 dari 3 remaja (sekitar 34,9%) mengalami masalah kesehatan mental, dan 1 dari 20 remaja (sekitar 5,5%) mengalami gangguan mental. Gangguan yang paling umum dialami adalah ansietas dan depresi. Prevalensi bullying juga menjadi faktor risiko utama. Berdasarkan Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) 2021 yang dirilis oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) dan Badan Pusat Statistik (BPS), 26,9% remaja usia 13-17 tahun melaporkan pernah mengalami perundungan (bullying) dalam 12 bulan terakhir. Data ini menegaskan bahwa kombinasi antara beban emosional (ansietas/depresi) dan tekanan sosial (bullying) menciptakan krisis yang memerlukan tindakan pencegahan dan intervensi yang terstruktur secara nasional.

Di Provinsi Aceh, data mengenai kesehatan mental remaja menunjukkan tantangan yang serius, meskipun data spesifik untuk prevalensi ansietas dan depresi cenderung bervariasi tergantung metode studi. Namun, secara umum, Aceh termasuk provinsi dengan tingkat kerentanan yang tinggi. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk usia ≥ 15 tahun di Aceh mencapai 10,6%, sedikit lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional pada saat itu (9,8%), yang mengindikasikan tingginya tingkat depresi dan ansietas. Meskipun data spesifik bullying di Aceh perlu diperbarui, laporan lapangan menunjukkan bahwa bullying tetap menjadi masalah signifikan, seringkali diperparah oleh norma sosial yang kurang mendukung keterbukaan isu mental. Kebutuhan untuk menyediakan layanan kesehatan mental yang terintegrasi di fasilitas kesehatan primer dan sekolah di Aceh sangat mendesak untuk menekan angka gangguan ansietas, depresi, dan kasus-kasus yang dipicu oleh bullying.

*Hari Pertama: Mental Health, Konseling, dan P3LP*
Hari pertama menjadi ruang pembuka untuk mendekatkan para santri pada isu kesehatan jiwa.

Agustian Hasnan Hakim memaparkan modul ansietas dan depresi. Ia menegaskan, “Kita tidak boleh lagi menganggap cemas itu lemah. Ini kondisi nyata yang membutuhkan pemahaman. Penting untuk kita mengenal kapan kita harus mencari pertolongan, termasuk mencurahkan hati ke teman”

Sesi berikutnya dipandu dr. Imam Maulana, yang mengajarkan teknik konseling KAP–GATHER. Para santri belajar mendengarkan aktif, menunjukkan empati, dan menjaga rahasia teman yang datang meminta pertolongan.
“Konselor sebaya bukan pengganti psikolog, tetapi pintu pertama yang membantu teman merasa aman sebelum masalah berkembang. Konselor layaknya teman curhat yang menjadi tempat aman bercerita,” jelas Imam Maulana yang juga Duta Pemuda Indonesia 2025 Provinsi Aceh.

Najwa Miftahul Jannah menutup sesi hari pertama dengan materi Pertolongan Pertama pada Luka Psikologis (P3LP). Ia mengingatkan bahwa “tidak semua luka terlihat oleh mata, dan banyak remaja menyimpan beban dalam diam. Penting untuk kita agar mampu melihat kebutuhan teman, mendengarkan, dan menghubungkan dengan penolong lebih lanjut”, tutur Najwa.

*Hari Kedua: Gizi Remaja, Edukasi Partisipatif, dan Rencana Aksi*
Pada hari kedua, perhatian peserta diarahkan pada isu gizi dan nutrisi. dr. Shabrina Masturah (Edukator GEN-A) menekankan hubungan antara pola makan, emosi, dan konsentrasi belajar.
“Banyak remaja tidak menyadari bahwa kebiasaan makan makanan tidak sehat, dan pola makan tidak teratur dapat memengaruhi kesehatan mental, dan juga sebalik. Penting bagi remaja untuk memenuhi kebutuhan gizi harian seimbang harian, terutama remaja putri yang rentan mengalami anemia defisiensi besi ” tegas Shabrina yang juga merupakan Duta Pemuda Indonesia 2025 Provinsi Aceh.

Nur Aida Rossa (Forum GenRe Aceh) membawakan materi edukasi partisipatif, mengajak peserta merancang penyampaian pesan kesehatan dengan cara yang dekat dengan keseharian mereka “Berbagi ilmu sesama teman dengan cara menyenangkan seperti melalui permainan, nyanyian, dan berbicara dari hati-hati dapat membuat proses belajar lebih efektif” Jelas Nur Aida Rossa yang juga merupakan Duta Pemuda Indonesia 2024 Provinsi Aceh.

Para kader juga didorong untuk membuat struktur organisasi dan Diva Aulia kemudian memperkenalkan manajemen organisasi dan penyusunan rencana aksi kader.

Suasana pelatihan semakin hidup saat para santri melakukan praktik edukasi bergiliran. Beberapa peserta terlihat gugup, namun tak sedikit yang tampil percaya diri.

*Harapan bagi Santri dan Lingkungan*
Pimpinan Pesantren Terpadu Al-Mujaddid, Ust Irsalullah Yusuf.,S.Th.I , berharap ilmu yang diperoleh santri dapat diterapkan secara konsisten. “Kami merasakan hal baru yang inspiratif dan positif untuk anak-anak kami juga pesantren kami. Semoga kegiatan ini menjadi amal jariyyah yang dapat disebarkan kebermanfaatannya ke lembaga-lembaga lain.,” ujarnya.

Direktur Eksekutif GEN-A, dr. Imam Maulana, menegaskan pentingnya peran kader dalam gerakan literasi kesehatan remaja.
“Setiap kader adalah titik nyala kecil. Jika dijaga, ia bisa tumbuh menjadi budaya saling peduli di komunitas masing-masing,” ungkapnya.
Ketua panitia, Cutwan Annura Rezkina, menekankan keinginan besar membentuk ruang aman bagi remaja. “Melalui TaKasi-SeRa, kami ingin para remaja punya ruang aman untuk belajar, bercerita, dan saling menguatkan,” ujar Cutwan.

 “Bukan hanya soal pengetahuan kesehatan, tetapi bagaimana mereka tumbuh sebagai generasi yang peduli, percaya diri, dan mampu menjadi penopang bagi teman sebayanya. Kami berharap 22 kader ini menjadi titik awal perubahan kecil yang berdampak besar di sekolah dan komunitas mereka.” Tambahnya.

*Tentang TaKasi-SeRa GEN-A*
Taman Edukasi Kesehatan Remaja (TaKasi-SeRa) merupakan program penguatan kapasitas remaja berbasis pendekatan sebaya yang dikembangkan oleh Generasi Edukasi Nanggroe Aceh (GEN-A) sejak 2023. TaKasi-SeRa adalah pusat kaderisasi dan edukasi kesehatan dari oleh untuk remaja. Program ini mengintegrasikan literasi kesehatan, komunikasi antarpribadi (KAP), konseling dasar, gizi, kesehatan mental, kesehatan reproduksi, hingga pencegahan kekerasan.

TaKasi-SeRa menempatkan remaja bukan sekadar penerima informasi, tetapi edukator yang menyebarkan edukasi kepada teman sebaya melalui metode partisipatif, permainan, kampanye kreatif, dan aksi komunitas. Sejak berjalan, program ini telah melibatkan ratusan remaja dan menjadi salah satu model pemberdayaan pemuda yang diperkenalkan GEN-A dalam forum nasional dan interansional.

Penulis,
Tim Publikasi dan Pemberitaan GEN-A
Bagikan:
KOMENTAR