Langsa - Pasangan Umara Usman Abdullah - Marzuki Hamid dilantik pada 27 Agustus 2012 lalu menjadi Walikota dan Wakil walikota Langsa yang berasal dari Partai Aceh besutan Muzakkir Manaf yang kerap disapa Mualem,kini sudah memimpin Kota Langsa selama dua periode.
Kurang lebih setahun di periode pertama memimpin kota Langsa.Usman Abdullah yang disapa Toke Seuum melirik hutan Kota yang menjadi paru paru kota Langsa untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata bagi masyarakat.Hutan seluas kurang lebih 49 hektar disulap menjadi ruang terbuka hijau (RTH) hutan lindung serta banyak di minati pengunjung baik lokal maupun manca Negara.
Saat proses pembangunan, kritik konstruktif hingga caci maki dan sumpah serapah diterima Toke Seum ketika memulai program pembangunan destinasi wisata hutan kota, tetapi ia bergeming dan tetap fokus menjalankan rencananya.
Hutan kota yang disulap Pemerintah kota Langsa menjadi salah satu destinasi wisata serta banyak digemari pengunjung baik wisatawan lokal maupun dari luar daerah,dan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan dan sebagai salah satu pembangkit pendapatan asli daerah (PAD) Kota Langsa.
Hutan kota yang lokasi yang hanya berjarak kurang lebih 1 Km dari jalan Ahmad Yani, menuju pinggiran Gampong Paya Bujok Seulemak ini banyak digemari oleh para pengunjung, karena masih memiliki berbagai jenis pepohonan berukuran besar dengan jenis kayu berkelas seperti damar, Merbau, Meranti dan jenis kayu lainya.
Selain itu,berbagai jenis binatang juga menjadi daya tarik dan banyak diminati wisatawan seperti rusa, buaya, ular phiton, berbagai jenis unggas langka, serta berbagai jenis binatang lainya dipelihara dengan baik.
Khusus untuk Taman Hutan kota Langsa, pengembangannya menggunakan konsep wisata Lambada, yaitu wisata alam dipadu dengan wisata buatan dan wisata budaya di atas lahan seluas 49 Ha.
Berdasarkan data yang dihimpun dari manajemen PT PEKOLA (BUMD), kunjungan wisatawan ke Taman Hutan Kota Langsa tahun 2017 sebanyak 310.963 orang, tahun 2018 sebanyak 405.447 orang, tahun 2019 sebanyak 382.110 orang.
Pada tahun 2020 menurun, hal ini disebabkan wabah coronavirus disease (Covid-19) yang menyebabkan wisatawan dari luar Aceh menurun drastis. Sebelum Pandemi persentase kunjungan wisatawan dari luar Aceh khususnya dari sumatera Utara lebih besar.
Bagi warga Kota Langsa, Taman hutan kota telah menyerap beberapa tenaga kerja yang berasal sebagian dari warga Gampong tetangga dengan Hutan Kota yang di kelola oleh PT Pekola (BUMD) secara profesional.
Keuntungan lainya, warga sekitar membuka lapak kios-kios kecil di luar areal Taman Hutan Kota, selain itu jasa parkir, penyewaan kostum thematic, badut, dan penyediaan fasilitas mewarnai bagi anak-anak dan lainnya yang terus berkembang seiring waktu.
Sumbangan terhadap PAD Kota Langsa berupa uang dan aset yang dibangun di areal taman Hutan Kota Langsa. Uang langsung disetor ke kas daerah Kota Langsa yang sumbernya dari retribusi bulanan Rp.6.000.000 dan bagi hasil 10% dari keuntungan setelah audit independen.
Kemudian, untuk nilai aset bangunan yang dibangun oleh PT Pekola di dalam taman Hutan Kota dengan taksiran nilai mencapai 3 milyar lebih sampai saat ini.
Semoga warisan hutan Kota Langsa ini menjadi warisan budaya dan warisan alam yang nantinya bisa dinikmati oleh anak cucu kita. Mari kita jaga bersama demi Kota Langsa sebagai Kota tujuan wisata yang "BER-IMAN" (bersih, indah dan Nyaman).
Didalam hutan Kota Langsa yang dikelola PT Pekola ini cukup terjaga kelestariannya karena berbasis alam, terdapat 29 jenis Satwa sumbangan masyarakat dan titipan BKSDA dengan konsep mini zoo. Hal ini telah menjadi daya tarik pengunjung sebagai penghibur dan edukasi bagi anak-anak serta pelajar dalam mengenal berbagai jenis satwa.
Selain itu, untuk wahana permainan terdapat wahana ATV, Paintball, sepeda gantung, flying fox, bebek air, berkuda, rumah pohon serta danau buatan. Untuk tempat menunaikan ibadah, tersedia 6 unit mushala dan terintegrasi dengan MCK yang berjumlah 50 pintu dengan lokasi menyebar di setiap areal Hutan Kota Langsa.
Bagi pecinta sejarah, tersedia perkampungan Aceh tempo dulu yang berada di tengah areal taman hutan kota. Penikmat sejarah dapat menikmati rumah tempo doeloe dengan usia suda hampir ratusan tahun dan didalamnya menyimpan benda-benda bersejarah yang dapat dinikmati oleh para wisatawan.
(w)