Sistem Pendidikan Gagal Menghasilkan Generasi Rapuh


author photo

10 Agu 2022 - 13.06 WIB



Oleh : Desi Trisnawati. A, md
(Pemerhati Masalah Sosial dan Remaja)

Dilansir dari media KOMPAS.com. -Seorang mahasiswa berinisial BH berkeluh kesah soal kuliahnya selama 7 tahun yang tak kunjung selesai sebelum melakukan bunuh diri (7/15.2022). Keterangan itu didapat setelah polisi mendalami keterangan dari kakak angkat korban RD. Menurut keterangan yang diperoleh BH sudah kuliah selama 7 tahun dan mendapat penolakan terus menerus Ketika mengajukan proposal kepada dosennya. Sehingga diduga stress akhirnya bunuh diri.

Terkait kasus tersebut, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Mulawarman (Unmul), Samarinda, Kalimantan Timur, Muhammad Noor mengatakan, BH merupakan mahasiswa angkatan 2013 Program Studi Hubungan Internasional. Masa kuliahnya semestinya sudah berakhir 31 Juni 2020. Namun karena ada pandemi Covid-19, khusus angkatan mahasiswa 2013, pihaknya telah memperpanjang masa penyelesaian Studi sampai 31 Desember 2020, dengan syarat judul skripsi sudah diterima atau sudah seminar proposal. menurut Noor, korban sudah lolos  seminar proposal. Artinya, seharusnya masih ada waktu untuk menyelesaikan skripsi hingga Desember 2020.

Itulah sepenggal fakta memilukan dari sekian banyaknya permasalahan yang masih mewarnai dunia pendidikan di negeri ini. Seakan tak ada habisnya beragam kasus demi kasus bermunculan yang menerpa dari pelajar hingga mahasiswa Ketika dirundung permasalahan berat menurut pandangannya sehingga kerap berujung pada tindakan yang memilukan dan begitu teramat disayangkan.
Problem bunuh diri seolah jadi tren di kalangan generasi muda. Bunuh diri bukanlah masalah baru terjadi. Dari dulu masalah ini sudah ada dan malah terjadi lonjakan kenaikan yang lebih tinggi. Bahkan masalah ini terjadi hanya karena masalah remeh, seperti tidak lulus PTN impian, putus cinta, gagal move on, dan dibully.
Tentunya hal ini menjadi pertanyaan di benak kita. Semua upaya untuk memberikan pendidikan terbaik sudah dilakukan oleh pemerintah. Mulai dari pergantian kurikulum 2006 ke kurikulum 2013 dan sekarang sudah diganti juga menjadi kurikulum merdeka belajar. 

Seharusnya kurikulum ini menghasilkan kualitas pendidikan yang semakin baik. Menghasilkan generasi yang memiliki kepribadian yang berkualitas. Tapi realitasnya malah minimnya mata pelajaran agama Islam di sekolah pada semua tingkat pendidikan. 
Pendidikan agama jamnya dipangkas bahkan hanya dua jam dalam satu minggu. Pendidikan hari ini hanya menyiapkan generasi yang siap kerja, bukan generasi yang memiliki jiwa kepemimpinan, berkepribadian Islam dan memiliki akhlak mulia. 

Banyaknya kasus bunuh diri pada pelajar adalah bukti nyata pendidikan sekuler gagal membangun kepribadian kuat pada diri pelajar. Di saat yang sama sistem sekuler malah membuat hidup masyarakat penuh dengan tekanan hidup. Sulitnya memenuhi kebutuhan hidup dan sulitnya mengakses layanan pendidikan menjadikan depresi meningkat di kalangan pelajar. Padahal mereka adalah aset bangsa yang akan menjadi pembaharu bangsa kita kelak. 
Dalam Islam, generasi muda mendapatkan curahan perhatian yang sangat besar. Pada masa kegemilangan Islam banyak melahirkan generasi hebat. Orang tua muslim mendidik sedari kecil dengan hafalan Al-qur'an. Agar kelak bisa mengatasi setiap permasalahan mereka dengan Al-qur'an. Sehingga mereka tumbuh menjadi generasi yang taat pada syariat. Memiliki kepribadian yang menunjukkan jiwa atau ruhnya serta perbuatannya adalah berdasarkan keterikatan dengan Islam. 

Generasi Muslim memiliki visi menjadi pejuang Islam. Mereka senantiasa membela agamanya. Menjaga dirinya untuk selalu dalam ketaatan. Mereka disibukkan dengan menuntut ilmu, menghasilkan karya untuk umat dan berjuang agar hukum Islam diterapkan secara kaffah. 

Selain itu Islam juga menjamin pemenuhan kebutuhan pendidikan  semua warga negaranya. Menuntut ilmu merupakan kewajiban setiap Muslim khususnya dalam menuntul ilmu agama. Karena kewajiban  tersebut negara akan memfasilitasi hal tersebut dengan semudah-mudahnya tanpa memberatkan warganya. 

Negara, masyarakat, dan keluarga berperan dalam membentuk karakter dan kepribadian mereka. Sehingga tidak heran jika kita selalu mengagumi peradaban Islam. Dari peradaban yang gemilang ini banyak lahir pemuda yang luar biasa seperti Slahuddin Al-Ayyubi yang membebaskan Baitul Maqdis, Muhammad Al-Fatih pembebas Konstantinopel ketika usia 21 tahun, Muhammad bin Idris Asy-Syaf'i yang bisa memberikan fatwa saat dirinya belum genap 15 tahun. 

Di samping itu, peradaban Islam memiliki pendidikan yang melahirkan upama-ulama besar. Mengantarkan kemajuan di bidang ilmu-ilmu Islam. Mereka melukis sejarah dengan tinta emas. Salah satunya Imam Bukhari ahli hadis yang memiliki lebih dari 300.000 hadis. 

Pendidikan Islam telah terbukti berhasil terdepan dalam mengisi peradaban. Sedangkan pendidikan kapitalis sekuler masih jauh dari angan-angan dan belum teruji berhasil membentuk generasi hebat. Wallahu a'lam bishshowab.
Bagikan:
KOMENTAR