Oleh: Runnayah
(Pemerhati Sosial)
Lagi-lagi berita menggemparkan pada anak, kekerasan berujungan maut kembali terjadi di lingkungan sekolah, parahnya ini terjadi di Sekolah Dasar. Orang tua mana hatinya tidak menangis dikala melihat prilaku seorang anak SD diluar batas pemikiran, seorang anak SD tega membunuh temannya.
MHD (9), bocah kelas 2 di salah satu Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (Jabar), meninggal dunia akibat dikeroyok oleh kakak kelasnya pada Senin (15/5/2023).
Korban sempat enggan berterus terang kepada dokter dan orangtuanya bahwa dia menjadi korban penganiayaan kakak kelas. "Akhirnya dokter pura-pura menyuruh keluarga untuk keluar ruangan, dan pihak keluarga bersembunyi di balik tirai di ruangan periksa. Dari situ korban baru mangakui bahwa dia sudah dikeroyok oleh 3 orang kakak kelasnya," ujar HY.
Sedangkan setelah dicek di sekolahnya, ada 3 orang namanya disebutkan (sama)," tutur MY. Tiga pelaku itu masih berada di bangku kelas 5 SD, kelas 4 SD, bahkan kelas 2 SD. (https://bandung.kompas.com/read/2023/05/20/193540578/bocah-kelas-2-sd-di-sukabumi-tewas-dikeroyok-kakak-kelas-di-sekolah-begini?page=all.).
Miris, melihat perilaku anak SD semakin sadis dan bengis. Sistem sekularisme biang keladinya yaitu memisahkan agama dari kehidupan, aturan agama tidak dijadikan rujukan sehingga mempengaruhi kenapa prilaku anak dan generasi saat di luar nalar.
Pola asuh yang salah di keluarga yang tidak menanamkan pondasi Islam akibat sistem sekuler ini, orang tua salah asuh karena kurang ilmu Islam atau kesibukan sehingga tak memperhatikan anak, alhasil anak tumbuh jauh dari Islam. Sehingga standar perbuatan bukan halal haram. Baik buruk terpuji tercela tak sejalan dengan Islam.
Peran negara pada sistem pendidikan di sekolah yang kurang tepat sasaran karena mengadopsi nilai-nilai sekuler. Bukan berbasis Islam. Walhasil mengutamakan mengejar nilai yang menjadi patokkan keberhasilan, efeknya anak minim hati nurani melakukan perundungan, tawuran, pergaulan bebas, narkoba, bunuh diri dan lainnya yang menjangkiti generasi. Semakin diperparah dengan hadirnya media begitu liar memperlihatkan tayang-tayangan yang bisa memicu anak-anak melakukkan kekerasan, dan hal ini mudah diakses anak melalui sosial media.
Kekerasan yang terjadi di lingkungan masyarakat itu sendiri yang belum Islami pastinya jauh nilai- nilai agama yang tertanam pada setiap individu khususnya anak. Kondisi masyarakat di era kapitalisme bersifat individualisme tak perduli dengan keadaan sekitar sehingga makin memperburuk keadaan.
Bahwa Islam memandang perundungan sesuatu yang dilarang. Seperti Allah SWT berfirman, “Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (TQS. Al-Hujurat ayat 11)
Maka pentingnya membentuk karakter anak yang berimanan dan beradab menjadi pondasi awal dalam pembentukan tersebut, yaitu peran keluarga yang berasaskan Islam yang didikannya di tujukan untuk ketaatan kepada Allah semata akan menjadikan generasi muda yang berhati lembut, bemental baja dan berakhlak mulia.
Karena pada dasarnya setiap keluarga harus menjaga anggota keluarganya dari perbuatan yang tercela. Seperti dalam firman Allah SWT, "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allâh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan" (QS. At Tharim ayat 6). Dari firman Yang telah disampaikan pastinya setiap keluarga akan selalu berupaya melahirkan generasi muda yang terbaik,
Dan ini juga butuh peran negara yang menjaga generasi muda saat ini, dengan menerapkan kurikulum berbasis penanaman akidah sehingga kepribadian berdasarkan Islam baik pola pikir dan pola sikapnya. Karena Islam memiliki paradigma berbeda dalam penyelamatan generasi dan itu hanya bisa dilakukan oleh institusi negara yang berasaskan Islam serta aturan-aturan dari sang pencipta Allah SWT.
Islam menjadikan akidah Islam sebagai asas seluruh aspek kehidupan, sehingga menyadari dunia adalah tempat menanam kebaikan untuk dipanen di akherat kelak. Hal ini akan menjaga setiap individu untuk selalu menjaga perilaku selalu sesuai dengan aturan Allah dan RasulNya. Peran masyarakat dan negara menjadi pilar yang menjaga umat dalam ketaatan.
Selain itu negara akan menjalankan fungsinya melalau media akan menyaring kontan-konten yang dapat memicu anak untuk melakukan tidak kekerasan. Media yang ada digunakan untuk memperkuat akidah masyarakatnya. Demikianlah jika Islam kaffah diterapkan dalam setiap sendi kehidupan, permasalahan yang melanda generasi terselesaikan. Masa depan generasi jadi terselamatkan. Wallahualam Bissawab.