Lebih dari satu bulan lamanya pengeboman Israel terhadap Palestina. Sejak tanggal 7 Oktober, ribuan nyawa telah melayang dan ribuan lainnya terluka. Serangan yang terus-menerus dilakukan secara brutal oleh Israel membuat tak ada lagi tempat yang paling aman di Gaza.
Peristiwa pengeboman Israel tanpa ampun, terus menyasar wilayah rumah sakit yang merupakan tempat ribuan orang mencari perlindungan. Bahkan kabarnya, kini Israel kian mengintensifikan serangannya di area rumah sakit di Gaza. Atas klaimnya terhadap RS Al Shifa sebagai pusat komando Hamas di Gaza, Israel melancarkan serangan bertubi-tubi di area sekitar rumah sakit. Sungguh perilaku yang sangat keji dan terkutuk.
Dilansir Mondoweiss, Sabtu (11/11), situasi terkini beberapa rumah sakit di kota Gaza dikepung pasukan Israel dan menghadapi kemungkinan terburuk. Kenyataan pilu di rumah sakit kota Gaza adalah kekurangan air, makanan, dan listrik. Fasilitas medis diambang penutupan karena tidak ada sumber daya yang memadai.
Kementerian Kesehatan di Gaza menyebutkan tank-tank militer Israel mengepung rumah sakit. Sementara ribuan pasien, staf medis, dan pengungsi terjebak di dalam rumah sakit, tanpa air dan makanan, dan berisiko meninggal setiap saat.
Boikot Bukan Solusi Menyeluruh
Di sisi lain, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa terbaru tentang hukum dukungan terhadap perjuangan Palestina. MUI menetapkan bahwa membeli produk yang mendukung Israel hukumnya haram. Hal tersebut, tercantum di dalam Fatwa MUI Nomor 84 tahun 2023 yang terdiri dari sembilan halaman. (Liputan6.com, 12/11/2023)
Fatwa yang dikeluarkan MUI mendapat respons positif dari sebagian warga Indonesia. Pada saat yang bersamaan, terdapat perbedaan pendapat masyarakat Indonesia yang mengatakan bagaimana jaminan pekerjaan bagi pekerja yang bekerja di tempat-tempat yang ternyata berafiliasi dengan Israel? Pro dan kontra pun bermunculan, masyarakat dibuat serba salah akan kebijakan yang dikeluarkan.
Sejatinya, melakukan boikot atas produk-produk yang berafiliasi dengan Israel saat ini hanya dibebankan pada individu-individu. Seharusnya negara yang membuat kebijakan dengan tegas untuk benar-benar memberhentikan produksi produk tersebut. Namun, pertanyaannya apakah bisa? Tentu tidak, hal ini dikarenakan kehadiran perusahaan-perusahaan tersebut juga menguntungkan negara.
Boikot sejatinya tidak cukup menghentikan gencatan senjata yang dilakukan Israel. Diperlukan solusi menyeluruh untuk membebaskan Palestina dari Israel. Penjajahan yang terjadi di Palestina, juga respons pemimpin-pemimpin dunia Islam, kian memberi pelajaran bahwa kepemimpinan yang tidak berasaskan akidah Islam hanya akan membuka banyak mudarat, bahkan membuka jalan penjajahan.
Bagaimana hal tersebut bisa terwujud jika penguasa di negeri-negeri muslim saja tak dapat memberikan solusi tuntas? Tidak ada perlindungan bagi Palestina, bantuan dan dukungan hanya bersifat semu. Artinya Palestina butuh perlindungan yang hakiki, bukan basa-basi.
Tidak Butuh Pemimpin yang Basa-basi
Di tengah ramainya boikot yang dilakukan berbagai negara. Telah dilangsungkan pertemuan puncak gabungan (Joint Summit) KTT Liga Arab dan KTT OKI yang dilaksanakan di Riyadh pada 11-11-2023 lalu yang akhirnya menghasilkan beberapa kesepakatan (komunike). Kesepakatan bertajuk “Resolusi KTT Luar Biasa Negara Islam-Arab Bersama soal Agresi Israel ke Rakyat Palestina” ini berisi 31 poin “pesan kuat dan keras” yang disampaikan pada dunia untuk mengakhiri tragedi kemanusiaan yang sudah lebih dari sebulan terjadi di Gaza.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga ikut berbicara pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Riyadh, Arab Saudi. Dalam pidatonya Jokowi mengatakan KTT harus menghasilkan kesepakatan yang konkret untuk menghentikan infasi Israel ke Palestina.
Hanya saja, sekalipun KTT Arab-Islam yang dihadiri 57 pemimpin negara ini disifati “luar biasa” dan diklaim berisi “pesan kuat dan keras”, namun tak dapat memberikan solusi yang memuaskan. Alih-alih bisa memaksa Zionis untuk segera menghentikan kekejamannya atas warga Gaza Palestina, apalagi memaksa Amerika dan sekutunya untuk menghentikan segala dukungannya. Justru pasca resolusi negara Arab-Islam ini, aksi Zionis justru makin brutal dan terus meluas. Tidak hanya terjadi di Gaza, tetapi juga di Tepi Barat hingga saat ini.
Padahal, sudah lebih dari 11.800 warga sipil tewas dan lebih dari 27.000 jiwa luka-luka. Sebagian besar di antaranya adalah anak-anak dan wanita. Sementara itu, jutaan orang lainnya di Gaza, hidup terusir di tengah teror senjata yang membabi buta.
Sangat menyedihkan memang, kita lihat semua kecaman terhadap agresor dan dukungan terhadap Palestina justru awalnya datang dari masyarakat, bukan dari para penguasa Arab-Islam. Begitu pun dengan seruan boikot dan penggalangan bantuan kemanusiaan. Semua datang dari rakyat. Sampai-sampai, bantuan militer pun datang dari milisi-milisi bersenjata di bawah kelompok-kelompok underground, bukan dari kekuatan negara yang katanya “pro kemerdekaan Palestina”.
Sungguh, apa yang terjadi hari ini menunjukkan betapa penguasa negara-negara Arab dan Islam tidak memfungsikan dirinya sebagai pelindung dan penjaga. Hal ini wajar karena sebagian penguasa Arab-Islam sudah terbelenggu oleh sekat-sekat nasionalisme. Sejatinya solusi two nation state yang disepakati berbagai negara, bukan solusi yang tepat untuk penjajahan yang dilakukan Israel terhadap Palestina.
Islam Kaffah Solusi dan Pelindung Hakiki
Rasulullah Saw bersabda, “Seorang muslim adalah saudara muslim lainnya, ia tidak menzaliminya, merendahkannya, menyerahkan (kepada musuh), dan tidak menghinakannya.” (HR Muslim).
Sungguh, yang terjadi di Palestina dan respons pemimpin-pemimpin dunia Islam kian memberi pelajaran bahwa kepemimpinan yang tidak berasaskan akidah Islam hanya akan membuka banyak mudarat, bahkan membuka jalan penjajahan. Mereka lebih takut kehilangan kekuasaan dan dukungan negara besar, daripada serius menghancurkan kezaliman.
Berbeda halnya dengan sistem Islam yang bernama Khilafah. Khilafah Islam akan menyatukan umat dan seluruh potensi kekuatannya di bawah satu bendera. Pemimpinnya pun tak akan tinggal diam atas penjajahan yang ada di Palestina. Dalam daulah Islam, Khalifah akan mengirimkan pasukan tentaranya untuk membebaskan Palestina dengan jihad fii sabilillah. Khilafah inilah yang dijanjikan akan membebaskan Palestina dan mengalahkan Yahudi sehina-hinanya.
Wallahu’alam Bish Shawab