Penulis: Yulita Andriani, A.Md.Rad (Penulis dan Aktifis Dakwah)
Sebagai bentuk pelaksanaan strategi Pengarusutamaan Gender (PUG), Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) berkomitmen dalam peningkatan pemberdayaan perempuan berbasi masyarakat, terkhusus kepada para perempuan kepala keluarga (PEKKA) melalui program Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan.
Seperti yang kita ketahui, pentingnya memberdayakan perempuan dalam wirausaha terletak pada dampak positif terhadap keluarga, masyarakat, dan ekonomi secara keseluruhan.
Hal ini disampaikan oleh Kepala DKP3A Kaltim Noryani Sorayalita saat Malam Ramah Tamah sekaligus Pembuka Rakorda PPPA Kaltim 2024, Minggu (25/02/2024) malam. (Kaltim Komitmen Tingkatkan Kapasitas Perempuan Kepala Keluarga - Diskominfo Prov. Kaltim (kaltimprov.go.id)
Dan ini merupakan rangkaian pelaksanaan atau tindaklanjut dari kunjungan Dinas Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKP3A) Kalimantan Timur dan Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur ke Jakarta yaitu kunjungan ke kantor PATTIRO di Pasar Minggu, Jakarta Selatan pada 28 November 2023. Kunjungan ini bertujuan untuk berkonsultasi mengenai pemberdayaan Pekka di daerah kerja masing-masing juga implementasi anggaran responsif gender untuk tahun anggaran 2024.
Provinsi Kalimantan Timur memiliki kelompok Perempuan Kepala Keluarga (Pekka) sebanyak 18%. Kelompok Pekka masih menghadapi tantangan dalam mengakses pelayanan dasar, pengembangan ekonomi, dan penguatan kapasitas politik serta keorganisasian. Hal ini terjadi lantaran kurangnya akses Kelompok Pekka ke sumber daya ekonomi, adanya diskriminasi gender, kurangnya pendidikan dan keterampilan, kurangnya dukungan sosial dan jaringan, kurangnya pemberdayaan politik, dan berada dalam kondisi ekonomi dan sosial yang sulit. (https://pattiro.org/2023/12/perlu-ada-program-pemberdayaan-perempuan-khusus-untuk-kelompok-pekka/)
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), per 2022 angka Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Kalimantan Timur mencapai 66,89%. Sementara angka IDG Kabupaten Paser sebesar 64,94%. Persantase ini menunjukkan kesenjangan pendapatan antara perempuan dan laki-laki di Kalimantan Timur dan Kabupaten Paser cukup tinggi.
Ketertinggalan ini perlu untuk diperjuangkan.
Anna Susilawati menyampaikan bahwa secara khusus DKP3A Kalimantan Timur memiliki komitmen untuk mendorong program pemberdayaan khusus untuk Pekka. DKP3A Kalimantan Timur ingin menyusun panduan pemberdayaan Pekka yang memiliki metodologi yang baik untuk diimplementasikan di lapangan. Rencanaya, program ini akan diawali dengan menginisiasi pilot project di tiga kabupaten di Kalimantan Timur.
*PEKKA , Akibat Kerusakan Penerapan Sistem Kapitalisme*
Perempuan disebut berdaya di bidang politik, misalnya, ketika mereka memiliki posisi tawar dalam pengambilan keputusan dan pengambilan pendapat sebagaimana laki-laki. Oleh karenanya, isu yang diaruskan adalah upaya meningkatkan partisipasi perempuan dalam pemilu dan keterwakilan perempuan dalam parlemen atau dalam jabatan-jabatan publik agar setara dengan laki-laki.
Pada bidang ekonomi, perempuan berdaya didefinisikan sebagai ‘perempuan yang memiliki kesempatan dan kemampuan sama dalam mengakses faktor-faktor ekonomi dan pekerjaan di berbagai sektor dengan laki-laki’. Oleh karenanya, isu yang diaruskan adalah pemberdayaan ekonomi perempuan melalui bantuan UMKM, buruh perempuan, pendidikan perempuan, dan lain-lain sehingga perempuan punya bargaining power di hadapan laki-laki.
Bahkan hari ini, perempuan dituntut menjadi pengendali ekonomi (economic driver) dengan dalih menyolusi problem kemiskinan, padahal sejatinya mereka jadi bumper ekonomi demi memutar mesin industri kapitalisme global.
Adapun pada bidang sosial, perempuan berdaya digambarkan sebagai ‘perempuan yang memiliki kesetaraan dalam hak berekspresi dan bersuara’. Dengan demikian, diaruskanlah gagasan-gagasan semisal kesetaraan dalam pernikahan dan pergaulan masyarakat, termasuk hak atas qawwamah (kepemimpinan dalam keluarga dan negara), hak atas tubuh dan kebebasan berperilaku, termasuk berpakaian, dsb. semata-mata agar perempuan tidak disepelekan oleh laki-laki.
Jadilah selama ini program-program pemberdayaan perempuan selalu identik dengan aspek-aspek di atas. Tidak dipungkiri, bahwa perempuan dan anak adalah kelompok rentan. Secara fakta sejak dahulu selalu dikelompokkan bersama-sama dengan kaum disabilitas dan lansia sebagai anggota Masyarakat yang butuh perlindungan dan perhatian yang lebih dari negara. Berbagai problem menyeruak sebagai objek yang mengalami kemiskinan, kekerasan, diskriminasi, maupun marginalisasi yang sudah lama menjadi persoalan yang lekat dengan keseharian mereka.
Seiring berkembangnya kemajuan teknologi, perubahan orientasi hidup, life style yang mengikuti cara pandang liberal dalam sistem ekonomi yang kapitalistik, ternyata semakin bertambah jumlah perempuan yang menjadi single parent atau kepala keluarga. Keberadaan mereka yang kemudian mampu bekerja dalam menafkahi hidup mereka dan atau anak-anak mereka, disikapi dengan dibuatkannya program-program yang sifatnya menunjukkan kemandirian perempuan tanpa sosok laki-laki sebagai kepala keluarganya.
Inilah sisi kesetaraan yang diinginkan muncul, Dimana perempuan tidak kalah dengan laki-laki, sebagai tulang punggung keluarga dan mampu menghasilkan uang atau materi untuk menghidupi diri dan keluarga.
Tanpa disadari, bahwa sebenarnya ini adalah jebakan system kapitalisme yang memang sifatnya merusak tatanan kehidupan dunia yang harusnya berjalan sesuai fitrah tetapi justru Perempuan dan anak-anak dibawa keluar dari fitrahnya. Perempuan yang seharusnya dilindungi, dinafkahi, dibiayai kehidupannya, sosok yang penyayang dan perhatian pada anak dan keluarganya, dipaksa keluar menjadi sosok penopang nafkah keluarga, banting tulang , berhadapan dengan kerasnya dunia persaingan lahan hidup, terpaksa keluar dari rumah sebagai area nyamannya untuk hidup, hingga memicu munculnya deprresi sosial. Inilah jebakan sistem. Dan sistem itu adalah sistem kapitalisme, yang membuat masyarakat menilai segala sesuatu berdasarkan materi.
Perempuan dianggap belum berdaya jika tidak mampu menghasilkan uang. Program-program pun pun dibuat yang sifatnya ‘memberdayakan’ ekonomi perempuan dalam berbagai bidang kehidupan. Akibatnya, kaum perempuan pun menilai keberhasilan dan kesuksesan hidup hanyalah dengan materi. Tidak lagi memandang apakah sesuai dengan fitrah perempuan ataukah tidak. Inilah jebakan kapitalisme, merusak kaum perempuan hingga tidak menyadari bahwa mereka dipaksa menjadi tulang punggung ekonomi keluarga dengan mencabut kepemimpinan para laki-laki dirumahnya dan membatasi ruang gerak para laki-laki dalam mencari nafkah sehingga menimbulkan depresi dan rasa percaya diri yang rendah terhadap perempuan pekerja.
Dampaknya, depresi itu dilampiaskan kepada keluarganya, yang didalamnya itu ada istri dan anak-anak, yang merupakan kelompok rentan. Muncul masalah kekerasan dalam rumah tangga. Akhirnya muncul PEKKA (Perempuan Kepala Keluarga) karena banyak yang memilih bercerai dan hidup tanpa suami. Dan ketimpangan keluarga ini memunculkan fatherless, berdampak pada tumbuh kembang anak dimasa depannya.
*Islam, Memuliakan Perempuan dalam Segala Aspek*
Ummun wa rabbatul bait adalah tanggung jawab utama yang dipilihkan oleh Allah Al-Khalik Al-Mudabbir bagi kaum perempuan. Hanya Allah sajalah yang Maha Mengetahui tentang makhluk-Nya. Ketetapan dan pilihan Allah pasti sangat tepat untuk makhluk-Nya. Akan muncul ketenteraman dan kebahagiaan ketika seorang perempuan mampu menjalankan perannya sesuai tuntunan syariat Islam. Oleh karenanya, sudah saatnya para muslimah sadar bahwa hanya dengan Islam, ia akan mulia dan terhormat. Berbahagialah setiap muslimah dengan peran yang dipilihkan oleh Allah Swt., karena peran ini penuh keutamaan, limpahan pahala, pujian dari Allah, dan akan mendapatkan surga. Mari kita mentadaburi beberapa nas terkait hal ini.
1. Ibu mendapatkan kebaikan tiga kali lebih besar dibandingkan ayah.
Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah saw. bersabda, “Seseorang datang kepada Rasulullah saw. dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi saw. menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian, kepada siapa lagi?’ Nabi saw. menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian, kepada siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian, kepada siapa lagi?’ Nabi saw. menjawab, ‘Kemudian kepada ayahmu.” (HR Bukhari).
Tentang hadis ini, Ar-Razi menuturkan, “Seorang ibu mengalami tiga fase kepayahan, mulai dari fase kehamilan, melahirkan, lalu menyusui. Oleh karena itu, ibu berhak mendapatkan kebaikan tiga kali lebih besar dibandingkan ayah.” Al-Qadhi Iyadh menyatakan bahwa ibu memiliki keutamaan yang lebih besar dibandingkan ayah.
2. Surga “di bawah” telapak kaki ibu.
Sering kita mendengar ungkapan bahwa surga berada “di bawah” telapak kaki ibu. Tentu saja ini bukan makna sebenarnya. Akan tetapi ini merupakan ungkapan yang indah dan penuh makna. Ungkapan ini sering dikonotasikan kepada kewajiban seorang anak yang baik harus taat, sayang, dan berbakti kepada ibunya. Ini karena ibu telah mengandung anaknya selama sembilan bulan, melahirkan, menyusui, mengasuh, dan mendidiknya.
Sesungguhnya, Islam telah memosisikan seorang ibu pada posisi yang sangat mulia. Dijelaskan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari sahabat Mu’awiyah bin Jahimah, bahwasanya ia datang kepada Nabi saw., lalu berkata, “Wahai Rasulullah, aku ingin berperang dan aku datang meminta petunjukmu.” Nabi saw. bersabda, “Apakah engkau memiliki ibu?” Aku menjawab, “Iya, benar.” Lalu Rasulullah bersabda, “Menetaplah dengannya, karena sungguh surga di bawah kedua kakinya.” (HR Ibnu Majah, An-Nasa’i, Ahmad, Ath-Thabrani di dalam kitab Al-Mu’jam Al-Kabir)
3. Menjalankan perannya sebagai Ummu Ajyal akan membebaskannya dari siksa neraka.
Sesungguhnya, Islam sebagai din yang lengkap dan sempurna telah menempatkan sosok ibu dalam posisi yang sangat tinggi dan tidak kalah penting dari peran kaum lelaki. Fungsi ibu bukan hanya bersifat biologis, melainkan juga bersifat strategis dan politis. Oleh karenanya, Islam juga menuntut agar kaum perempuan benar-benar menjalankan fungsi keibuan ini dengan sebaik-baiknya dan optimal. Dengan demikian, sekalipun Islam mengatur tugas dan peran kaum perempuan sebagai anggota masyarakat, tetapi tugas dan peran tersebut tidak boleh mengalahkan peran dan fungsi utamanya sebagai ummu ajyal, ibu generasi.
“Barang siapa yang mendapat ujian atau menderita karena mengurus anak-anaknya, kemudian ia berbuat baik kepada mereka, maka anak-anaknya akan menjadi penghalang baginya dari siksa neraka.” (HR Bukhari-Muslim dan Turmudzi).
4. Istri yang taat kepada suami akan mendapat surga.
Menjadi istri memang bukanlah tugas dan tanggung jawab yang ringan, melaksanakannya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan pemahaman yang benar terkait hak dan kewajibannya, juga kesiapan mental dan pemahaman Islam yang benar ketika ujian dan rintangan muncul silih berganti. Bahkan terkadang rasa letih dan bosan datang mendera. Tentu ini semua harus dihadapi dengan ikhlas dan penuh kesungguhan.
Seberat apa pun tugas dan tanggung jawab, bila kita lakukan dengan penuh keikhlasan, kegembiraan, harapan, serta menyambutnya dengan senyuman, niscaya akan terasa ringan. Lebih dari itu, dengan keikhlasan hati, semua jerih payah dan setiap tetesan keringat akan bernilai pahala di sisi Allah. Inilah keberuntungan di atas keberuntungan. Begitu pula jika kita melaksanakan tanggung jawab ini sebaik mungkin, niscaya suami dan anak-anak juga akan merasa senang, serta makin sayang dan cinta kepada kita.
Tentu semua itu akan menghadirkan kebahagiaan bagi kita dan keluarga di dunia. Di akhirat kelak, kita akan mendapat keberuntungan yang jauh lebih besar, karena Allah akan membalas segala upaya kita dengan balasan terbaik, yaitu surga-Nya. Rasulullah saw. bersabda, “… Dan maukah aku tunjukkan kepada kalian perempuan ahli surga? Yaitu setiap istri yang penuh cinta kepada suami, serta penyayang kepada anaknya, yang ketika suaminya marah kepadanya ia berkata, ‘Inilah tanganku berada di tanganmu. Aku tidak bisa tidur memejamkan mata hingga engkau rida kepadaku.’” (HR An-Nasa’i).
5. Senyum dan wajah berseri-seri istri akan dibalas dengan rahmat-Nya.
Ada yang mengatakan bahwa seorang istri tidak boleh lelah atau capek, apalagi sakit. Ini karena, ia adalah penyemangat suami dan anaknya ketika mereka lelah atau sedih. Ibu juga harus selalu tegar untuk anak-anaknya supaya mereka kuat menjalani kehidupan ini. Semua yang dilakukan seorang ibu atau istri bernilai pahala di hadapan Allah. Ini sebagaimana dijelaskan dalam sabda Rasulullah saw., “Seorang suami yang pulang ke rumah dalam keadaan gelisah dan tidak tenteram, kemudian sang istri menghiburnya, maka ia akan mendapatkan setengah dari pahala jihad.” (HR Muslim). Dalam hadis lain, Rasulullah saw. bersabda, “Tidak akan putus ganjaran dari Allah kepada seorang istri yang siang dan malamnya menggembirakan suaminya.” (HR Muslim).
Rasulullah saw. juga pernah berpesan kepada putrinya, Fatimah ra. agar senantiasa tersenyum dan menjaga raut wajah berseri-seri di hadapan suami. Pasalnya, senyum seorang istri terhadap suaminya memiliki ganjaran besar dari AllahTaala. Rasulullah saw. bersabda, “Wahai Fatimah, tiada seorang istri yang tersenyum di hadapan suaminya, kecuali Allah akan memandangnya dengan pandangan kasih (rahmat).”
Maka, kembalilah kepada fitrah, dengan lebih mendalami Islam secara KAffah dan menerapkannya dalam kehidupan. Wallaahu’alaam bishshowwaab.