Agama dan Kekuasaan adalah Dua Saudara Kembar Solusi Tuntas Berbagai Permasalahan Umat


author photo

15 Mar 2025 - 03.38 WIB


 Bag.1
Penulis: Yulita Andriani (Daiyah Samarinda)

*Makna “Baldatun Thayyibah”*
لَقَدْ كَانَ لِسَبَاٍ فِيْ مَسْكَنِهِمْ اٰيَةٌ ۚجَنَّتٰنِ عَنْ يَّمِيْنٍ وَّشِمَالٍ ەۗ كُلُوْا مِنْ رِّزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوْا لَهٗ ۗبَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَّرَبٌّ غَفُوْرٌ ”Sungguh, pada (kaum) Saba’ benar-benar ada suatu tanda (kebesaran dan kekuasaan Allah) di tempat kediaman mereka, yaitu dua bidang kebun di sebelah kanan dan kiri. (Kami berpesan kepada mereka,) “Makanlah rezeki (yang dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman) (Baldatun Thayyibah), sedangkan (Tuhanmu) Tuhan Yang Maha Pengampun.” (QS. Saba ; 15) 
Perlu diketahui, bahwa Saba’ adalah negeri yang ada di dekat kota Shan’a, ibu kota Yaman saat ini.   Adapun tafsir tentang ayat ini diantaranya adalah : 
Tafsir Ibnu Katsir “ Baldatun Thayyibah “ yaitu negeri yang penduduknya mensyukuri nikmat dari Tuhannya serta mengikuti SyariatNya hingga keadilan dan kemakmuran dirasakan merata oleh semua rakyatnya.  Imam ath-Thabari menyatakan bahwa, kata “Rabbun Gafūr” berarti, “Rabb kalian adalah Rabb Yang Maha Pengampun jika kalian mentaatiNya”. Namun, kejayaan dan kemakmuran Negeri Saba’ (Baldatun Thayyibatun) dilenyapkan oleh Allah SWT karena mereka meninggalkan ketaatan kepada Allah SWT. Kemudian Allah SWT mengirimkan bencana banjir sehingga memporakporandakan kondisi yang mulanya baik menjadi buruk. 
 وَلَوۡ اَنَّ اَهۡلَ الۡقُرٰٓى اٰمَنُوۡا وَاتَّقَوۡا لَـفَتَحۡنَا عَلَيۡهِمۡ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَالۡاَرۡضِ وَلٰـكِنۡ كَذَّبُوۡا فَاَخَذۡنٰهُمۡ بِمَا كَانُوۡا يَكۡسِبُوۡنَ
Artinya: “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raf : 96)
Dari ayat diatas mengingatkan kita bahwa Takwa Hakiki akan Wujudkan Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur. Yaitu dengan Taat Kepada Syariat yang telah ditentukan Allah SWT. Dengan begitu, berbagai berkah akan dibukakan, dilimpahkan dari langit dan bumi kepada penduduk negeri itu, sayangnya penduduk negeri tersebut “mendustakan” apa yang disyariatkan Allah SWT.  Maka tidak heran kemudian mendapat siksa atas apa yang telah dilakukan penduduk suatu negeri ini. 
Dan tidak heran mereka akan merasakan sebagaimana yang disampaikan dalam firman Allah Ta’ala QS. Al-Qashas ayat 41:
وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ لَايُنصَرُونَ
Artinya: “Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong.” (QS.Al-Qashas : 41). 
Dampak yang dirasakan dari tidak taatnya, tidak bersedianya penduduk suatu negeri melaksanakan syariat Allah SWT adalah :
 ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar-Rum : 41)” 
 Ibnu Katsir memaknai بما كسبت أيدي الناس (bimaa kasabats aydinnaas) adalahبسبب المعاصى  (bisababil ma’asiy) yang artinya “Disebabkan karena berbagai kemaksiatan.” Sedangkan makna Maksiyat adalah “Melanggar syariat Allah SWT”. 
وَمَنْ يَعْصِ اللهَ وَرَسُولَهُ وَيَتَعَدَّ حُدُودَهُ يُدْخِلْهُ نَارًا خَالِدًا فِيهَا وَلَهُ عَذَابٌ مُهِينٌ 
“Barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan- ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya, dan baginya siksa yang menghinakan” (QS an-Nisa: 14).

Negeri Baldatun Thayyibah terbentuk dari 2 (dua) hal yaitu pertama adalah Sistemnya Islam, dan yang kedua adalah pemimpinnya baik (sesuai syariat Islam). Sistemnya Islam bermakna bahwa seluruh bidang kehidupan menjadikan Islam sebagai Solusi permasalahan dan menjadi rujukan hukum. Adapun pemimpinnya baik adalah pemimpin yang menerapkan syariat Islam. Mengapa demikian? Karena Islam Rahmatan lil’Alamiin, Rahmat bagi seluruh alam, bahkan hingga jin dan manusia pun akan mendapatkan Rahmat, berkah dari Allah SWT karena menerapkan Islam. Pemimpin yang baik adalah yang sesuai dengan syarat pemimpin dalam Islam, muslim, laki-laki, baligh, berakal, Merdeka (bukan budak), adil (bukan fasiq/ahli maksiat), mampu (punya kemampuan memimpin).
Dua hal ini saling terkait karena ketika pemimpin tidak mau adil (taat pada syariat Allah) maka tidak akan bisa berjalan pemerintahan yang Islami, dan pemerintahan Islami tidak menerapkan syariat Allah SWT maka pemimpin akan menerapkan aturan yang bertentangan dengan Islam, keberkahan hilang, Rahmat tidak dirasakan seluruh alam, tetapi kerusakan yang didapat. Tidak heran seorang ulama seperti Imam al-Ghazali dalam  Kitab Ihya Ulumuddin,Juz 1/17,Maktabah Syamilah mengatakan : 
“والملك والدين توأمان فالدِّيْنُ أُسٌّ وَالسُّلْطَانُ حَارِسٌ، مَالاَ أُسَّ لَهُ فَهُدُوْمٌ، وَماَلاَ حاَرِسَ لَهُ فَضَائِع”
“Kekuasaan (negara) dan Agama adalah dua saudara kembar. . Agama adalah asas (pondasi),dan kekuasaan adalah penjaganya. Segala sesuatu yang tidak berpondasi (tidak didasarkan pada agama) niscaya akan binasa (runtuh). Segala sesuatu yang tidak memiliki penjaga (tidak ada negara) niscaya akan hilang atau lenyap (terbuang)”.
Dalam sebuah hadits Rasul SAW, beliau bersabda:
لَتُنْقَضَنَّ عُرَى الْإِسْلَامِ عُرْوَةً عُرْوَةً، فَكُلَّمَا انْتَقَضَتْ عُرْوَةٌ تَشَبَّثَ النَّاسُ بِالَّتِي تَلِيهَا، فَأَوَّلُهُنَّ نَقْضًا الْحُكْمُ، وَآخِرُهُنَّ الصَّلَاةُ Artinya : “Sungguh, simpul-simpul Islam akan dilepaskan satu demi satu, setiap kali satu simpul terlepas, orang-orang bergantung pada simpul berikutnya. Yang pertama terlepas adalah al-hukm (Pemerintahan/hukum) dan yang terakhir adalah sholat.” (Imam Al-Hakim dalam kitab al-Mustadrak 
‘ala shahihaini)
*bersambung bag. 2*
Bagikan:
KOMENTAR