Kondisi kemanusiaan di Jalur Gaza saat ini berada dalam fase paling kritis. Penutupan perbatasan oleh Israel dan minimnya bantuan yang masuk telah menyebabkan kelaparan akut. Badan Pangan Dunia (WFP) menyatakan bahwa stok pangan mereka di Gaza telah sepenuhnya habis, sementara permintaan bantuan terus meningkat. (Sumber: Antara News, 26 April 2024, Kompas TV).
Serangan udara Israel tak hanya menimbulkan korban jiwa, tapi juga memperparah krisis pangan. Banyak warga yang terkubur di bawah reruntuhan bangunan, sementara kebutuhan pokok tak lagi tersedia.
Situasi diperparah dengan serangan udara Israel yang menghancurkan satu-satunya pabrik roti yang masih beroperasi, membuat pasokan makanan yang sudah sangat terbatas menjadi makin langka. (Bisnis Update, 28 April 2024).
Jalur Gaza kini berada di ambang kelaparan massal. Satu-satunya pabrik roti yang tersisa hancur akibat serangan, membuat pasokan makanan semakin tak mencukupi.
Warga hanya mengandalkan sedikit stok pasta dan nasi—itu pun tak memadai bahkan untuk separuh populasi. Harga kebutuhan pokok meroket dan persediaannya hampir lenyap.
Air bersih semakin sulit ditemukan. Dapur umum yang dulu jadi tumpuan kini tak lagi berfungsi karena kekurangan bahan makanan.
Harga bahan pangan melambung tinggi dan air bersih semakin sulit diakses. Dapur umum tak lagi dapat menyediakan makanan karena semua bahan habis. (Sumber: Antara News, 29 April 2024).
Kondisi ini semakin membuat rakyat Gaza terpuruk, sementara kaum muslimin tidak bisa berbuat banyak hanya sekedar mengirimkan bantuan makanan, pakaian dan obat-obatan itupun di blokade tidak bisa masuk ke Gaza dan tertahan diperbatasan.
Lebih menyakitkan lagi, para pemimpin negara-negara Muslim justru menunjukkan sikap pasif bahkan berkhianat terhadap penderitaan umat.
Inilah kelemahan kaum muslimin yang berjumlah 2,04 miliar (sumber: detikHikmah, 03 Mar 2025). Jumlah yang banyak tapi lemah dan tidak berdaya karena tunduk pada kekuasaan Barat dengan sistem sekuler kapitalis.
Penderitaan umat Islam di Palestina bukan sekadar isu kemanusiaan, tapi merupakan akibat dari penjajahan atas tanah dan darah kaum Muslimin, yang menuntut penyelesaian berdasarkan hukum syariah, bukan sekadar bantuan kemanusiaan sesaat.
Pembebasan Palestina membutuhkan langkah nyata dengan menyatukan umat di bawah kepemimpinan Islam yang hakiki yaitu Khilafah. Seperti yang dilakukan Rasulullah SAW dan para sahabat saat menghadapi Yahudi dan dalam peristiwa besar seperti Perang Hittin oleh pasukan Shalahuddin Al-Ayyubi.
Solusi untuk penderitaan rakyat Palestina telah Allah tetapkan melalui jihad, sebagaimana tercantum dalam Al-Baqarah ayat 190. Namun, perintah ini diabaikan, membuat penderitaan terus berlanjut.
“Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu dan jangan melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-Baqarah :2 ;190).
Ayat ini menjadi dasar hukum jihad sebagai bentuk perlawanan terhadap penjajahan, bukan sekadar bentuk bela diri individual, tetapi perintah kolektif (fardhu kifayah) yang harus dijalankan oleh negara Muslim yang sah.
Namun, tidak ada satu pun negara Muslim hari ini yang melaksanakan kewajiban jihad itu. Para penguasa justru menjalin normalisasi hubungan dengan penjajah, menutup mata atas kejahatan yang terjadi, dan menolak mengirim kekuatan militer ke Gaza
Perjuangan ini hanya bisa berhasil dengan adanya dakwah yang dipimpin oleh kelompok dakwah ideologis yang konsisten menyerukan jihad dan tegaknya sistem Islam secara menyeluruh.
Perjuangan membebaskan Palestina bukan sekadar isu nasional atau kemanusiaan, melainkan kewajiban syar’i yang bersumber dari akidah Islam, karena tanah Palestina merupakan Wilayah Syam milik kaum muslimin. Tanah Palestina, termasuk Al-Quds (Yerusalem), adalah wilayah yang diberkahi dan memiliki status penting dalam sejarah Islam. Rasulullah SAW melaksanakan Isra’ Mi’raj dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa (QS. Al-Isra: 1), yang menjadikan tanah itu bagian dari identitas umat Islam.
Kaum muslimin di Palestina sedang berada dalam penjajahan dan genosida. Islam memandang penjajahan dan penindasan wajib dihapus. Allah SWT memerintahkan umat Islam untuk melawan penindasan:
“Dan mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah…”
(QS. An-Nisa: 75)
Penjajahan atas Palestina oleh entitas Zionis adalah pelanggaran terhadap tanah, darah, dan kehormatan umat Islam. Maka, membebaskannya adalah kewajiban jihad fi sabilillah, bukan sekadar diplomasi atau bantuan kemanusiaan.
Gaza tidak akan bebas hanya dengan bantuan makanan. Hanya melalui jihad yang dikomando oleh Khalifah, penjajahan atas Palestina dapat dihentikan secara total. Umat Islam harus sadar bahwa penderitaan ini merupakan panggilan untuk kembali kepada Islam sebagai sistem hidup, bukan hanya sebagai keyakinan spiritual.
Jihad hanya bisa dilakukan dalam institusi negara Khilafah sebab:
1. Hanya Khilafah yang bisa menyatukan umat Islam lintas negara.
2. Hanya Khilafah yang memiliki otoritas dan sumber daya untuk mengerahkan kekuatan militer dalam rangka membebaskan Palestina
Pembebasan Palestina adalah bagian dari proyek kebangkitan umat Islam secara global, yang hanya dapat diwujudkan dengan menegakkan sistem Islam secara kaffah yaitu dengan menghapuskan sistem sekuler dan nasionalisme buatan penjajah yang memecah belah umat.
Masyarakat Muslim memiliki peran penting dalam perjuangan membebaskan Palestina. Meski mereka bukan pemegang kekuasaan negara, ada banyak langkah strategis dan syar’i yang harus dilakukan untuk menjadi bagian dari solusi. Berikut adalah hal-hal yang seharusnya dilakukan masyarakat:
1. Menyadari bahwa Palestina adalah masalah umat, bukan nasional
Masyarakat harus menanggalkan cara pandang sempit seperti nasionalisme atau sekadar kemanusiaan. Palestina adalah tanah kaum muslimin yang terjajah secara ideologis dan militer, dan membebaskannya adalah tanggung jawab seluruh umat Islam di dunia.
2. Menolak solusi palsu dari Barat dan PBB
Solusi seperti “dua negara” atau perundingan damai hanyalah alat untuk melemahkan umat dan mempertahankan status penjajahan. Masyarakat harus menyuarakan penolakan terhadap solusi kompromistis dan sadar bahwa hanya Islam yang menawarkan jalan pembebasan sejati.
3. Membangun kesadaran politik Islam
Umat perlu memahami bahwa pembebasan Palestina tidak bisa terwujud dengan aksi sporadis atau sekadar bantuan kemanusiaan. Kesadaran politik berbasis Islam harus dibangun melalui kajian keislaman secara mendalam ditengah-tengah umat untuk menyebarkan pemikiran Islam dan menyadarkan umat akan pentingnya kepemimpinan Islam
4. Bergabung dan mendukung gerakan dakwah ideologis
Perubahan besar dalam sejarah umat selalu dipimpin oleh jamaah dakwah yang memiliki visi sistemik. Umat harus mendukung dan bergabung dengan kelompok dakwah yang konsisten menyerukan Khilafah dan jihad sebagai solusi tuntas. Menjadi bagian dari gerakan perubahan untuk mengganti sistem sekuler dengan sistem Islam secara kaffah.
5. Menekan para penguasa Muslim
Umat harus terus menuntut para pemimpin negeri-negeri Muslim agar mengirim bantuan militer, bukan hanya kemanusiaan dan memutus hubungan diplomatik dengan penjajah Zionis, serta tidak menjadi penghalang bagi tegaknya Khilafah
6. Mendidik generasi muda dengan visi perjuangan Islam
Umat harus mempersiapkan anak-anak dan remaja agar mencintai Islam sebagai sebuah ideologi dan tidak terjebak dalam gaya hidup hedonis dan individualis yang ditanamkan sistem sekuler agar mereka memahami membebaskan Palestina adalah bagian dari jiwa mereka sebagai muslim
Perjuangan ini harus bersifat politik, non-kekerasan, dan menyasar perubahan pemikiran, sistem, dan kekuasaan dalam masyarakat Islam agar tegak kepemimpinan yang sah secara syar’i.