Oleh : Hikmah Abdul Rahim (Aktivis Dakwah Kampus)
Sudah lebih dari dua puluh bulan terjadinya genosida muslim Gaza oleh zionis israel, namun hingga saat ini masih terus terjadi tanpa henti. Tidak hanya dengan blokade, pengeboman, pembantaian dan beragam kekejaman lainnya, zionis Israel juga menggunakan kelaparan sebagai alat perang dan genosida di Gaza.
Sejak serangan 7 Oktober 2023, kondisi Gaza berubah mencekam. Namun, kondisi ini makin parah ketika zionis Israel laknatullah memerintahkan blokade total wilayah Gaza pada 2 maret 2025 yang mengakibatkan akses masuknya bahan makanan, obat-obatan dan bantuan kemanusiaan lainnya terhenti.
Blokade total oleh zionis israel menyebakan kelaparan akut, malnutrisi (kekurangan gizi) hingga kematian ditengah-tengah penduduk Gaza. Namun, liciknya Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membantah kabar bencana kelaparan di gaza.
Ia mengatakan “tidak ada upaya disengaja menciptakan kelaparan di gaza dan tidak ada kelaparan di gaza, kami mengizinkan masuk bantuan kemanusiaan selama perang berlangsung. Kalau tidak, tidak ada lagi warga gaza”. Pernyataan ini disampaikan saat konferensi pers di Yerussalem, Minggu 27 juli 2025.
Pernyataan Benjamin Netanyahu berkebalikan dengan fakta di lapangan. Berdasarkan kesaksian dari berbagai pihak, bencana kelaparan di gaza benar nyata terjadi. Data dari WFP (World Food Programme) menyebutkan Gaza sudah masuk fase catastrophic hunger. Hal ini dibuktikan menurut Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC) dengan skala 1-5, Gaza sudah masuk di tingkat 5 yaitu bencana kelaparan.
Badan Bantuan Pangan PBB melaporkan sepertiga penduduk Gaza tidak makan selama berhari-hari, dan hampir 100 ribu anak-anak dan wanita membutuhkan perawatan mendesak akibat malnutrisi. (KompasTV. 31-7-2025)
Kekejaman Zionis Yahudi atas rakyat Palestina, khususnya di Jalur Gaza, kini telah mencapai titik paling mengerikan dalam sejarah penjajahan modern. Setelah ratusan hari agresi militer yang membabi buta, kini mereka mengubah taktik—dari pengeboman menjadi pembantaian lewat kelaparan sistemik. Sebuah genosida model baru yang tak berdarah, namun tak kalah mematikan.
Sejak gagalnya perpanjangan gencatan senjata enam pekan pada awal Maret 2025, Israel dengan pongah memberlakukan blokade penuh atas Gaza. Truk-truk bantuan kemanusiaan dibatasi secara ekstrem, hanya masuk dalam jumlah simbolik—sekadar menjaga citra, bukan untuk menyelamatkan nyawa. Dua juta jiwa di Gaza kini terperangkap dalam kelaparan hebat. Anak-anak meregang nyawa karena kekurangan gizi. Ibu-ibu menyusui tanpa air dan makanan. Rumah sakit tanpa obat, dapur umum tanpa bahan pangan. Dunia menyaksikan… tapi hanya diam.
Kelaparan kini dijadikan senjata. Dijadikan alat untuk memusnahkan eksistensi sebuah bangsa. Ini bukan lagi sekadar agresi militer. Ini adalah proyek genosida yang dirancang sistemik. Sebuah kejahatan kemanusiaan yang luar biasa keji, yang dilakukan oleh entitas penjajah yang telah lama kehilangan nurani—Zionis Israel.
Namun, sekeji apa pun kejahatan itu, mereka terus mendapatkan perlindungan. Siapa pelindungnya? Amerika Serikat. Dengan tangan vetonya di PBB, AS menjamin kelangsungan kekejaman Zionis. Maka, menjadi sangat jelas bahwa seruan-seruan diplomatik, konferensi kemanusiaan, bahkan kecaman PBB sekalipun tidak akan mampu menghentikan penderitaan rakyat Gaza.
Sementara itu, dunia Islam? Ditinggal oleh pemimpinnya yang telah mati rasa. Para penguasa negeri-negeri Muslim memilih diam, atau sekadar mengutuk tanpa langkah konkret. Mereka abai terhadap seruan Allah dan Rasul-Nya. Mereka lebih takut kehilangan kursi dan loyalitas Barat daripada kehilangan kemuliaan umat dan pertolongan Allah.
Umat Islam pun dilemahkan oleh propaganda Barat. Mereka digiring untuk percaya bahwa mereka lemah, tidak mampu, tidak relevan. Padahal itu semua adalah ilusi. Ilusi yang ditanamkan oleh para penguasa boneka dan media penjajah agar umat tidak bangkit. Sehingga para ulama bungkam, rakyat menyerah, dan pasukan umat hanya menjadi penonton. Padahal sejatinya, kekuatan umat ini luar biasa, bersumber dari akidah Islam yang kokoh, yang selama berabad-abad telah menjadikan umat ini sebagai pemimpin dunia.
Sejarah telah membuktikan: ketika Islam diterapkan secara kaffah dalam institusi Khilafah, umat Islam menjadi negara adidaya. Menggetarkan dunia dengan keadilan dan peradaban. Palestina, Yerusalem, dan Masjid Al-Aqsha dulu dibebaskan oleh para khalifah, bukan oleh diplomasi kosong. Maka mengapa kita harus berharap pada jalan yang telah terbukti gagal?
Kini waktunya umat Islam bangkit dari tidur panjang. Situasi Gaza hari ini harus menjadi cambuk kesadaran bagi kita semua. Bukan hanya untuk bersimpati, tetapi untuk memahami dan memperjuangkan solusi hakiki: yaitu tegaknya Khilafah Islamiyah dan kembalinya jihad sebagai metode pembebasan negeri-negeri Islam yang terjajah. Inilah satu-satunya jalan yang dijanjikan oleh Allah dan dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ.
Penyadaran umat harus terus digalakkan. Fakta-fakta kejahatan Zionis harus terus disuarakan untuk menggugah kesadaran umat, agar mereka tidak larut dalam narasi-narasi palsu perdamaian. Umat harus disadarkan bahwa hanya Islam yang mampu memberikan solusi menyeluruh. Hanya institusi Khilafah yang akan mengonsolidasikan kekuatan umat, menyatukan tentara-tentara Muslim, dan menggerakkan jihad yang terorganisir untuk membebaskan Palestina dan seluruh negeri yang tertindas.
Di sinilah peran penting jamaah dakwah ideologis. Mereka tidak boleh surut. Mereka harus tetap menjadi garda terdepan dalam membimbing umat menuju kebangkitan hakiki. Mereka harus terus membangun kesadaran politik Islam di tengah-tengah umat, menanamkan bahwa khilafah bukan mimpi, tapi sebuah keniscayaan yang harus diperjuangkan.
Kebangkitan pemikiran umat adalah pondasi utama. Maka para pengemban dakwah harus meningkatkan kemampuan mereka dalam berinteraksi dengan umat. Mereka harus mahir menggugah perasaan umat dengan narasi yang jujur dan menyentuh, memahamkan umat dengan pemikiran yang tajam dan logis, serta menguatkan keyakinan umat dengan hujjah dari wahyu Allah.
Jalan ini adalah jalan yang ditempuh Rasulullah ﷺ, maka istiqamahlah. Dan selama itu pula kita harus terus mendekatkan diri kepada Allah, melayakkan diri menjadi hamba-hamba-Nya yang pantas diberi pertolongan. Sebab kemenangan tidak datang dari manusia, tapi dari Allah — dan Dia hanya akan memberikan kemenangan-Nya kepada mereka yang berjuang di jalan-Nya dengan kesungguhan dan ketundukan total.
---
Wahai kaum Muslimin, saatnya kita berhenti berharap pada solusi palsu. Saatnya kita berhenti menunggu keadilan dari para penjajah. Palestina tak akan merdeka karena simpati dunia. Ia akan terbebas hanya ketika umat Islam bangkit dan Khilafah tegak kembali. Jangan biarkan darah anak-anak Gaza mengering sia-sia. Jadikan penderitaan mereka sebagai nyala api perjuangan, bukan hanya air mata kesedihan.
Serukan solusi hakiki! Serukan jihad! Serukan Khilafah!
Allah SWT berfirman :
وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّىٰ لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ لِلَّهِ ۖ فَإِنِ انْتَهَوْا فَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِينَ
“Perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah dan agama (ketaatan) hanya bagi Allah semata. Jika mereka berhenti (melakukan fitnah), tidak ada (lagi) permusuhan, kecuali terhadap orang-orang zalim.” (QS. Al-Baqarah: 193)
والله أعلم بالصواب