Oleh: Nana Juwita, S.Si.
Persoalan yang menimpa generasi saat ini memang tidak ada habisnya, sebut saja kasus yang sempat viral di media sosial terkait aksi kekerasan terhadap seorang pelajar di SMK Negeri 2 Pangkep, Sulawesi Selatan. Dalam video tersebut, korban berinisial MA (16) tampak dihujani pukulan oleh pelaku berinisial F (16) di jalan raya depan sekolah, sayangnya aksi ini disaksikan oleh sejumlah siswa lainnya yang justru hanya merekam kejadian tersebut dengan ponsel mereka. (www.beritasatu.com, 04/08/25)
Polisi mengamankan 54 pelajar karena diduga hendak tawuran di wilayah Serpong, Tangerang Selatan, Sabtu (9/8/2025) dini hari sekitar pukul 03.00 WIB. AKP Suhardono selaku Kapolsek Serpong , menyampaikan, para pelajar tersebut ditemukan sedang berkumpul di dekat makam kawasan Cilenggang. Kerumunan mereka sempat menimbulkan kecurigaan warga yang melaporkan kejadian tersebut ke polisi. (megapolitan.kompas.com, 09/08/25)
Selain itu, seorang sopir truk ekspedisi di lampu merah Jalan Gedong Panjang, Penjaringan, Jakarta Utara.menjadi korban pembegalan yang dilakukan oleh lima remaja berstatus pelajar. AKP Sampson Sosa Hutapea selaku Kanit Reskrim Polsek Metro Penjaringan menjelaskan bahwa para pelaku tidak hanya merampas barang korban, tetapi juga melakukan kekerasan fisik terhadap korban yang diketahui telah lanjut usia. (www.beritasatu.com, 08/08/25).
Kasus kekerasan juga terjadi di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), Sumatera Selatan. Didapati siswa kelas empat sekolah dasar (SD), dengan inisial JN (9) menusuk pelajar MTs kelas dua, yakni RI (13) dengan gunting di bagian di leher, hingga menyebabkan korban tewas. Atas kejadian ini Syarkoni yang merupakan Psikolog Klinis di RSUD Siti Fatimah Sumatera Selatan, menyampaikan secara psikologis, kejadian tersebut bisa juga terjadi karena pola asuh. Dia menyebut pola asuh bersumber dari aktivitas lingkungan, keluarga hingga pertemanan (www.detik.com, 10/08/25).
Deretan kasus di atas menunjukkan kehidupan generasi dalam sistem Kapitalisme yang diliputi dengan berbagai kemaksiatan seperti, pembegalan, tawuran, narkoba dll . Selain itu, generasi juga lemah dalam mengendalikan dirinya dalam menghadapi persoalan termasuk kecemasan dan ketakutan. Atas rusaknya kondisi generasi negeri ini baik orang tua, masyarakat dan negara memiliki tanggung jawab terhadap masa depan generasi muda, diantaranya perlu evaluasi terkait kurikulum yang sudah ada, apakah mampu melahirkan generasi yang beriman dan bertakwa sesuai dengan tujuan pendidikan yang hendak diraih?
Sistem pendidikan yang diterapkan saat ini adalah sistem pendidikan sekuler-kapitalis yang telah gagal membentuk generasi berkepribadian Islam. Output pendidikan sekuler adalah generasi yang tidak tahu jati dirinya sebagai Muslim, sehingga tidak paham bagaimana harusnya berpikir dan bertindak yang benar sesuai misi penciptaan. Bahwa sesungguhnya manusia memiliki misi utama di dunia yaitu untuk beribadah kepada Allah SWT. Akan tetapi akibat sekularisme kapitalis menjadikan generasi saat ini tidak paham akan misi tersebut. Yang mereka pahami hanyalah bagaimana cara mendapatkan uang dan kesenangan semata. Hal ini wajar dikarenakan kurikulum saat ini lebih mengutamakan pada pencapaian nilai materi, sementara terkait ilmu akhirat (agama) tidak begitu dianggap penting.
Begitu pun,tidak adanya lingkungan sosial yang suportif untuk membentuk kepribadian generasi. Media hari ini pun bebas kontrol dan memuat berbagai pemikiran yang merusak generasi. Sehingga perbutan generasi hari ini lebih banyak dipengaruhi oleh media internet. Generasi minim pemahaman Islam,sehingga pola sikapnya sangat jauh dari tuntunan Islami. Gerasi tidak peduli dengan halal haram, terpuji atau tercela.
Berbagai persoalan generasi membutuhkan sistem yang mampu memberikan solusi komprehensif, yakni penerapan sistem Islam di bawah institusi negara Khilafah. Islam akan menjadikan negara sebagai penanggung jawab segala urusan umat, termasuk membentuk kepribadian mulia generasi. Negara akan memastikan setiap generasi paham dengan Islam, dan negara bertanggung jawab untuk menjamin pendidikan yang berkualitas sehingga output yang dihasilkan oleh sistem pendidikan Islam adalah generasi yang memiliki kepribadian Islam, yaitu seimbang antara ilmu dunia dan akhiratnya.
Karena sistem pendidikan Islam tidak hanya berfokus pada penanaman nilai akademis, tapi juga membentuk kepribadian Islam pada generasi. Yaitu kepribadian yang memiliki pola fikir dan pola sikap yang sesuai Islam. Dari sini, masyarakat pun akan memahami Islam dan mensuasanakan generasi dalam ketaatan. Orang tua juga memiliki kewajiban untuk memahamkan anak-anak mereka dengan pemahaman Islam dari sejak dini, sehingga tidak ada orang tua yang merasa bahwa tugas mendidik anak adalah tugas sekolah semata.
Khilafah juga akan mengontrol media sebagai sarana edukasi dan dakwah semata. Media menjadi sarana yang menjadikan generasi memiliki pemahaman Islam. Negara juga wajib menyediakan sarana dan prasarana yang terbaik untuk menunjang proses pendidikan di setiap wilayah yang ada. Semua ini akan terlaksana ketika umat hanya menjadikan Islam sebagai solusi satu-satunya untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang sedang melanda negeri ini. Waulahuaklam bisshawwab