Janji Manis Pejabat Aceh Besar: Satu Rumah Tak Dibangun, Nurani Yang Tertinggal di Bung Simek


author photo

11 Okt 2025 - 12.47 WIB


ACEH BESAR | 30 September 2025 Janji manis pemerintah Aceh Besar kepada korban bencana angin puting beliung di Desa Bung Simek, Kecamatan Cot Glie, kini terbukti hanya sebatas kata-kata. Dua tahun lebih setelah bencana pada 20 April 2023, satu keluarga korban masih belum merasakan bantuan yang dijanjikan. Sabtu (11 Oktober 2025).

Dalam kunjungan penelitian lapangan oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FKT) UIN Ar-Raniry, ditemukan fakta bahwa dari lima rumah warga yang rusak akibat bencana, hanya empat yang dibangun kembali oleh pemerintah. Satu rumah lainnya, milik Ibu Nur Khairan, hingga kini tak tersentuh bantuan.

Ibu Nur Khairan adalah seorang ibu tunggal yang sudah sepuluh tahun menjadi tulang punggung keluarga. Dua anaknya masih bersekolah di SMA dan SMP. Saat rumahnya hancur diterpa angin, ia berharap janji pemerintah untuk membangun kembali rumah korban segera ditepati. Namun, harapan itu tinggal kenangan.

“Pejabat datang waktu itu, mencatat nama, berfoto, dan bilang semua akan dibantu. Tapi setelah kamera pergi, mereka pun hilang,” ungkap seorang warga setempat.

Bencana Jadi Panggung Citra

Bagi warga Bung Simek, bencana justru menjadi ajang pencitraan. Para pejabat datang dengan wajah prihatin, disorot media, dan menyampaikan janji bantuan di depan publik. Namun setelah sorotan kamera padam, janji itu ikut padam.

Mahasiswa yang melakukan penelitian menyebut, temuan ini memperlihatkan bahwa penanganan bencana di tingkat lokal masih diwarnai ketidakadilan dan diskriminasi.

“Kalau empat rumah bisa dibangun, kenapa satu rumah tidak? Apakah karena faktor kedekatan sosial atau karena yang bersangkutan tak punya suara di meja rapat?” ujar salah satu mahasiswa peneliti.

Keringat Seorang Ibu, Bukan Bantuan Pemerintah

Meski tanpa bantuan, Ibu Nur Khairan tak menyerah. Dari hasil kerja kerasnya sebagai buruh harian, ia menabung sedikit demi sedikit untuk memperbaiki rumahnya yang roboh. Kini rumah itu berdiri kembali bukan karena uluran tangan pemerintah, melainkan karena keringat dan tekad seorang ibu.

Sementara itu, pejabat yang dulu berjanji kini entah di mana. “Mungkin sibuk menandatangani proyek baru atau berpidato tentang kesejahteraan rakyat,” kata mahasiswa dengan nada kritik.

Transparansi Dana Bantuan Dipertanyakan

Pemerintah Kabupaten Aceh Besar, terutama BPBD dan Dinas Sosial, didesak untuk segera melakukan evaluasi dan audit ulang terhadap penyaluran bantuan pascabencana 2023. Publik berhak tahu, mengapa satu rumah korban bisa terlewat.

Apakah karena kelalaian, salah data, atau ada unsur kesengajaan? Transparansi menjadi kunci untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah daerah.

Dari Fisika ke Nurani

Penelitian mahasiswa UIN Ar-Raniry itu awalnya bertujuan mempelajari fenomena fisika dari angin puting beliung pergerakan udara dan dampak ekologinya. Namun, di lapangan mereka justru menemukan pelajaran yang lebih besar: bahwa bencana bukan hanya soal alam, tapi soal nurani.

“Di balik rumah yang roboh, ada hati yang hancur. Dan di balik janji pejabat yang tak ditepati, ada rakyat yang kehilangan harapan,” ujar mereka dalam laporan akhir.

Ibu Nur Khairan telah membuktikan arti keteguhan dan kemandirian. Namun pemerintah Aceh Besar justru gagal membuktikan bahwa mereka layak disebut pelayan rakyat. Karena melayani bukan datang membawa janji tapi hadir untuk menepati.(**)
Bagikan:
KOMENTAR