Kubangan Memakan Korban, Islam Memberikan Keselamatan


author photo

19 Nov 2025 - 20.41 WIB




Oleh: Dinnar Fitriani Susanti 
Aktivis Muslimah Balikpapan 

Dalam insiden 6 anak tenggelam hingga meninggal dunia di kubangan air Kilometer (Km) 8, Kelurahan Graha Indah, Kecamatan Balikpapan Utara, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, seorang anak berusia sekitar lima tahun, anak pasangan La Ili Fan dan Pipit menjadi orang pertama yang memberi tahu keluarganya bahwa kakaknya dan teman-temannya tenggelam.

‎“Kalau anak itu tidak ikut hari itu, mungkin kita tidak tahu ada kejadian. Dia yang melapor ke ibunya,” ungkap Ketua RT 37 Graha Indah, Kecamatan Balikpapan Utara, Andi Firmansyah.
‎Seorang warga lain bernama Isur, menjadi orang pertama yang turun ke kubangan untuk mencari para korban.
Informasi yang diolah dari Polda Kaltim, disebutkan kronologi ‎peristiwa tenggelam ini terjadi sekitar pukul 17.00 Wita.

Para korban diketahui bermain di area kubangan yang terbentuk dari genangan air di lokasi pembukaan lahan.
Tidak ada pagar, rambu larangan, ataupun pengamanan di sekitar lokasi.

‎Setelah kejadian, petugas kepolisian langsung memasang police line di sekitar kubangan untuk mencegah warga mendekat dan mempermudah proses penyelidikan.

Melihat fenomena itu, Wawali Balikpapan, Bagus Susetyo, mengatakan, Pemkot telah meminta BPBD untuk berkoordinasi dengan pemilik lahan agar memasang pagar sementara demi mencegah masyarakat mendekati area berbahaya tersebut.
"Kami sudah minta dinas terkait untuk memasang pemberitahuan, lokasi itu juga bukan milik Sinar Mas. 

Namun karena berdekatan dengan kawasan pengembangan perusahaan, petugas keamanan Sinar Mas kerap memantau area sekitar, " katanya.
“Informasi dari BPBD, penjagaan dilakukan oleh security Sinar Mas. Mungkin saat kejadian mereka sedang istirahat atau pergantian shift,” beber Bagus Susetyo.
Bagus meminta pengembang perumahan besar di Balikpapan memasang pembatas atau pagar duri di titik-titik rawan, termasuk bozem dan bendali, agar tidak membahayakan warga. Menurutnya, larangan bermain dan berenang sudah terpasang di lokasi, namun pengawasan masih belum optimal.

Sementara itu, karena lahan tersebut milik perorangan, Pemkot memiliki keterbatasan dalam memberikan teguran langsung.
“Saya tidak ingin menyalahkan siapa pun. Ini musibah. Tapi harus menjadi pelajaran agar tidak terulang. Kami mengimbau camat, lurah, hingga RT untuk memantau area rawan genangan maupun potensi longsor,” ungkapnya.

Kubangan Menunjukkan Wajah Asli Kapitalis

Pro kontra terkait siapa yang bertanggung jawab atas tragedi yang menggemparkan kota Balikpapan, Kalimantan Timur, pada Selasa 18 November 2025, kemarin adalah sesuatu yang sangat memilukan. Bagaimana tidak korbannya berjumlah ada 6 orang. 

Fakta terkait kubangan adalah lubang di tanah yang berisi air atau lumpur. Ini sebenarnya sudah lama di khawatirkan oleh beberapa pihak. 

Dan akhirnya kondisi kekhawatiran ini menjadi kenyataan. Banyak yang berpendapat ini sudah musibah. Namun perlu di perhatikan terkait dengan kondisi ini. 

Ketika ada kubangan atau jalan berlubang atau berbagai hal yang menganggu keselamatan dan keamanan masyarakat adalah kewajiban penuh oleh pemimpin. 

Namun saat ini nampak lempar tanggung jawab. Dan bahkan terlihat sangat administratif. Misal memasang tulisan wilayah ini berbahaya, kemudian ini lahannya siapa dan kemana orang tuanya. 

Hal ini sebenarnya sangat wajar dalam sistem pelaksanaan urusan masyarakat dalam Kapitalis. Cara pandang manfaat atau materi sangat dominan dalam mengurusi urusan masyarakat. Ketika ada kubangan, ini tidak tiba-tiba ada. Maka ini butuh segera di atasi oleh pelaksana kebijakan. Tantangan ini tidak terselesaikan, adalah menutup kubangan membutuhkan biaya, di tengah berbagai efesiensi. Sehingga kasus ini, menjadi evaluasi bersama bahwa tidak cukup hanya sekedar administratif namun harus komprehensif. Hal ini sangat sulit di wujudkan dalam sistem pelaksanaan urusan masyarakat kapitalis.
Sungguh ironi, negeri yang begitu sumber daya alam, satu sisi menyelesaikan kubangan apakah harus menunggu korban jiwa seperti saat ini?

Islam Menjaga dan Menyelamatkan

Ini sangat berbeda ketika sistem Islam diterapkan di sebuah negara. Peran negara dalam sistem Islam adalah sebagai riayah (mengurusi) umat. Teringat kisah Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu tentang jalan berlubang di Irak. Amirul mukminin Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu yang terkenal tegas juga tegar dalam memimpin kaum muslimin tiba-tiba menangis dan terlihat sangat terpukul. Informasi dari salah seorang ajudannya tentang peristiwa yang terjadi di tanah Irak telah membuatnya sedih dan gelisah.

Seekor jepitan kakinya lalu jatuh ke jurang akibat jalan yang dilalui rusak dan berlobang. Melihat kesedihan khalifahnya, sang ajudan pun berkata: “Wahai Amirul Mukminin, bukankah yang mati hanya seekor seekor?” dengan nada serius dan wajah menahan amarah Umar bin Khattab bekata: “Apakah engkau sanggup menjawab di hadapan Allah ketika ditanya tentang apa yang telah engkau lakukan ketika memimpin rakyatmu?”

Dalam redaksi lain Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu berkata, “Seandainya seekor habitat terperosok di Kota Baghdad karena jalanan rusak, saya sangat khawatir karena pasti akan ditanya oleh Allah Ta'ala, “Mengapa kamu tidak meratakan jalan untuknya?”

MasyaAllah, Khalifah Umar ra. menangis karena khawatir akan melemahkan periayahan terhadap rakyatnya. Bukan malah senyum-senyum ketika membahas ada kebutuhan rakyat yang tak terpenuhi. Jika saja pemimpin negeri ini mau belajar dari sejarah. Umar ra. saja merasa takut jikalau hewan terluka, bagaimana dengan nyawa manusia yang di dalam Islam sangat berharga? Ingat! korban jiwa akibat jalan rusak dan kecelakaan saat ini adalah manusia, bukan hanya hewan. Hal ini seringkali terabaikan dan ini adalah kenyataan.

Hebatnya Umar bin Khattab ra. ini bukan tersebab oleh dirinya semata, akan tetapi karena keislamannya, dan yang terpenting adalah sistem Islam yang menaunginya.

Kisah Umar bukan dia hanya sekedar seorang sahabat terbaik Rasullullah, semata. Namun Umar sebagai Pemimpin Negara yang memahami bahwa setiap individu adalah tanggung jawab di hadapan umat dan pencipta Nya. Inilah yang menjadi cara pandang seorang pemimpin dalam peradaban Islam. 

Oleh karena itu, kewajiban menyegerakan kepemimpinan yang melaksanakan seluruh aturan Islam adalah tugas semua umat saat ini. Tidak menunggu banyak korban berjatuhan, namun karena dorongan iman dan takwa agar semua selamat dan aman, baik untuk anak-anak, orang tua dan pelaksana kebijakan. Dan itu hanya bisa terwujud optimal dalam Islam.
Bagikan:
KOMENTAR