Peran Pemuda dalam Menghadang Arus Pluralisme


author photo

20 Okt 2021 - 12.07 WIB




_Oleh : Novita Ekawati_

Kaltim ditetapkan sebagai IKN baru. Segenap elemen masyarakat di Kaltim berperan penting sebagai pendukung pembangunan daerah, terutama sebagai penengah perbedaan yang terjadi antar umat beragama.

Sejalan dengan itu, menghidupkan kembali pemahaman pluralisme menjadi perlu dilakukan. Pluralisme agama sebagai suatu pemahaman yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan kebenaran setiap agama adalah relatif.

Setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar, sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme agama juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan hidup berdampingan di surga.

Semua ini dilakukan demi menjaga keamanan dan ketertiban kehidupan umat beragama di Indonesia dan terhindar dari bahaya radikalisme. Terutama kaum muda milenial yang dianggap rawan untuk terpapar radikalisme melalui media sosial. Generasi milenial dianggap menjadi target utama penyebaran paham radikalisme, yakni berusia 17—24 tahun. Sehingga pemahaman pluralisme penting di opinikan di tengah para pemuda.

*Pluralisme Menyesatkan Umat*
Ide pluralisme agama telah lama dipropagandakan di Indonesia, dan tidak pernah berhenti hingga kini. Pada awalnya propaganda pluralisme agama ini dilakukan oleh kaum liberal, kemudian digencarkan kembali dalam arus moderasi beragama dengan dalih mewujudkan toleransi (kerukunan) antar umat beragama.

Untuk meyakinkan kaum muslim agar menerima pluralisme, kalangan liberal tidak segan-segan untuk memanipulasi makna ayat-ayat al-Quran dengan tujuan menunjukkan bahwa pluralisme berasal dari Islam, tidak bertentangan dengan aqidah Islam.

Tindakan kaum liberal ini menuai sikap tegas MUI. Pada tahun 2005 MUI mengeluarkan sebuah fatwa menentang pluralisme agama, liberalisme, dan sekularisme. MUI menganggap gagasan tersebut tak sejalan dengan ajaran Islam. Menegaskan bahwa pluralisme agama hukumnya haram. Pluralisme agama bertentangan dengan ajaran agama Islam (Lihat: Fatwa MUI nomor 7/Munas VII/MUI/11/2005).

Paham pluralisme agama adalah batil dan wajib ditolak. Ada 3 (tiga) alasan paham ini tertolak :

*Pertama,* secara normatif pluralisme agama bertentangan secara total dengan akidah Islam. Sebab, pluralisme agama menyatakan bahwa semua agama adalah benar. Ini jelas bertentangan dengan akidah Islam yang menyatakan hanya Islam yang benar _(QS Ali-Imran [3]: 19)._

*Kedua* , asal-usul paham pluralisme bukanlah dari Islam, tetapi dari sekularisme Barat. Barat menolak agama ikut campur dalam urusan kehidupan. Barat juga yang selalu berusaha menjauhkan umat Islam dari agamanya dengan mengaburkan ajaran-ajaran Islam.

*Ketiga,* Pluralisme diklaim bertujuan untuk menumbuhkan hidup berdampingan secara damai _(peacefull co-existence),_ toleransi dan saling menghormati antar umat beragama. Faktanya, justru rezim sekuler sering tidak toleran terhadap kaum Muslim.
Saat ini tampak begitu masif arus opini tentang intoleransi sehingga memunculkan radikalisme. Seakan-akan negeri ini darurat intoleransi. Dan anehnya, tudingan intoleransi sering ditujukan kepada Islam dan umatnya. Padahal jelas, Islam adalah agama yang menjunjung tinggi toleransi. 

Toleransi dalam pandangan Islam adalah membiarkan penganut agama lain beribadah sesuai agamanya, tidak memaksakan mereka untuk memeluk agama Islam dan tidak mengganggu ataupun menghalangi aktivitas ibadah mereka. Hal ini sebagaimana yang diatur dalam syariat Islam, diantaranya dalam _QS al Kafirun:1-6, QS ali Imran:19,_ dan lainnya. Prinsip keyakinan dan pengaturan ini tentu bertolak belakang dengan pluralisme yang menganggap semua agama sama benarnya.

*Milenial Muda Memperjuangkan Islam Kafah*
Menyikapi hal ini, generasi milenial harus kritis terhadap berbagai opini serta wacana yang muncul di tengah-tengah mereka. Bahkan, ada anggapan bahwa paham radikalisme menyasar milenial karena mereka masih dalam proses pencarian jati diri, juga menjadi korban kampanye hitam segelintir orang demi kepentingan politik praktis.

Belum lagi pluralisme, paham yang menyamakan semua agama itu sama, jika diadopsi kaum milenial akan menyebabkan mereka keluar dari akidah Islam dan mengikuti peribadatan agama lain.

Begitupun paham liberalisme, paham yang menjamin berbagai kebebasan, termasuk kebebasan berperilaku, berpendapat, dan beragama. Pemahaman ini bisa menjerumuskan generasi milenial ke dalam perbuatan bebas semaunya tak mau taat aturan Sang Pencipta, Allah Swt..

Sudah seharusnya generasi milenial berpikir kritis untuk mengambil Islam sebagai satu-satunya pemahaman yang benar. Paham pluralisme yang menyamakan semua agama, jelas-jelas bertentangan dengan ajaran Islam.

Firman Allah Swt.,
_"Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata, 'Sesungguhnya Allah itu ialah Almasih putra Maryam.' Katakanlah, 'Maka, siapakah yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Almasih putra Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi semuanya?' Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu." (QS Al-Maidah: 17)_

Penting bagi generasi milenial untuk memahami Islam sebagai sebuah ideologi. Mereka harus serius mengkaji ideologi Islam secara mendalam, juga mengetahui bahaya berbagai pemikiran kufur yang merusak aqidah dan syariat Islam.

Milenial juga wajib menyadari, sistem kapitalisme telah menjadikan potensi mereka sia-sia, bahkan diarahkan pada kehancuran. Mereka sekadar menjadi kaum pembebek yang berpikir pendek, acuh tak acuh terhadap kondisi umat di masa depan.

Maka, penting bagi mereka untuk melek politik, melakukan koreksi terhadap penguasa yang mengeluarkan berbagai kebijakan yang nyata menyusahkan rakyat, atau saat penguasa lalai terhadap tugas utamanya mengurusi kepentingan umat.

Generasi milenial harus berdiri tegak berbicara yang hak, dengan mengoptimalkan semua potensi, baik keimanan, kecerdasan, dan keberaniannya demi mewujudkan Islam kafah dalam naungan Khilafah. Inilah milenial yang menjadi harapan umat dan merupakan masa depan bagi peradaban Islam.

Allah SWT berfirman,
_"Janganlah kalian mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan. Jangan pula kalian menyembunyikan kebenaran itu, sedangkan kalian mengetahui." (QS al-Baqarah [2]: 42). Wallahu a'lamu bis-shawab.
Bagikan:
KOMENTAR