Ada apa Dibalik Program Moderasi Beragama?


author photo

21 Nov 2022 - 15.45 WIB



 
Oleh: Mila Nur Cahyani, S.Pd
Pendidik dan Pemerhati Masalah Sosial
 
Adanya program Moderasi Beragama merupakan salah satu kebijakan pemerintah yang masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024. Kementerian Agama sebagai institusi yang bertugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agama, secara proaktif melakukan serangkaian kebijakan guna mendukung penguatan Moderasi Beragama sebagai pelaksanaan amanat RPJMN Tahun 2020-2024 tersebut.
Pesan ini disampaikan Sekretaris Kelompok Kerja (Pokja) Moderasi Beragama Kemenag, Imam SafeĆ­ saat berbicara pada kegiatan Program Guru Master Pendidikan Agama Islam di Serpong, Rabu (15/6/2022). (https://www.kemenag.go.id/read/kemenag-dorong-guru-pai-susun-program-penguatan-moderasi-beragama-yang-inovatif-di-sekolah-9neqv

Kementerian Agama terus berkoordinasi dan mendiskusikan penguatan moderasi beragama di sekolah dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan dan Teknologi (Kemendikbudristek). 
Terbaru, diskusi itu dilakukan antara Direktur Pendidikan Agama Islam (PAI) Kemenag dan jajarannya dengan Staf Khusus Mendiskbudristek Bidang Kelembagaan dan Manajemen Pendidikan Paroma Dei Sudharma di Senayan, Selasa (7/11/2022).
Direktur PAI, Amrullah, mengatakan, proses diskusi terus dilakukan karena karakteristik sekolah dan perguruan tinggi umum lebih beragam, baik dari segi adat istiadat, bahasa maupun agama. Hal itu juga sejalan dengan Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 494 Tahun 2022 tentang Tahun Toleransi 2022. (https://kemenag.go.id/read/kemenag-dan-kemendikbudristek-bahas-penguatan-moderasi-beragama-di-sekolah-m7563
Dengan adanya program ini, maka seluruh guru Pendidikan Agama Islam (PAI) diminta untuk mengajarkan cara pandang moderat kepada peserta didik. Guru PAI pun diharapkan mengajarkan nilai moderasi beragama sejak dini kepada peserta didik. Mereka memiliki peran penting dalam mengajarkannya. 

Sebenarnya apa itu moderasi beragama? Moderasi beragama  adalah cara pandang kita dalam beragama secara moderat, yakni memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem, baik ekstrem kanan maupun ekstrem kiri. (kemenag.go.id, 13/9/2019). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ada dua pengertian kata moderasi, yakni: 1. pengurangan kekerasan, dan 2. penghindaran keekstreman. Jadi bisa dikatakan bahwa ketika seseorang bersikap moderat,  berarti orang itu bersikap wajar, biasa-biasa saja, dan tidak ekstrem.
Setelah memahami maknanya, maka jelas bahwa ide ini berbahaya dan dapat menyebabkan seseorang jauh dari ajaran agamanya. Dengan menerapkan ide ini, maka kita dituntun agar ketika semakin beragama, maka seharusnya semakin toleran dan bukan membid'ahkan, mengkafirkan atau mengutuk orang lain. Padahal dibalik slogan-slogan manis moderasi, terdapat pengrusakan pemikiran umat Islam dan generasi muslim yang diharapkan akan menerima budaya, gaya hidup, dan pemikiran diluar Islam.
Begitupun dengan adanya kearifan lokal yang memiliki daya dukung yang signifikan dalam memperkuat moderasi beragama. Semua harus menerima budaya yang ada. Padahal setiap budaya yang tidak sesuai dengan Islam, maka akan tertolak. Tapi faktanya pada saat ini, umat Islam malah harus menerima segala perbedaan yang tidak sesuai dengan Islam. Ketika seorang guru mengingatkan muridnya tentang kewajiban seorang muslimah untuk menutup aurat, maka bisa dianggap sebagai perbuatan intoleransi dan tidak mencerminkan nilai moderasi. 

Belum lagi ketika seorang muslim ingin berislam sempurna dalam seluruh kehidupannya, maka bisa dicap sebagai seorang radikal. Inilah fakta moderasi beragama yang diterapkan pada sistem kapitalis sekuler saat ini yang memisahkan agama dari ranah kehidupan. Jadi jika ingin menjalankan agama, maka diminta jangan terlalu fanatik. Harus biasa-biasa saja. 
Padahal ketika kita sudah memahami bahwa tujuan hidup ini hanya untuk beribadah kepada Allah Swt, maka sudah seharusnya kita menjalankan dan menerapkan Islam dalam seluruh kehidupan. Dan itu adalah suatu kewajiban. Jadi Islamlah yang seharusnya dijadikan tolak ukur perbuatan kita dalam kehidupan. 

Dalam Islam pun, keberagaman suku maupun agama bukanlah suatu masalah. Semua dapat hidup berdampingan, saling menghargai dengan penerapan hukum Islam dalam kehidupan. Toleransi pun dilakukan antar umat beragama, dimana toleransi adalah menghormati perbedaan antar agama. Ketika umat yang lain sedang merayakan perayaan agamanya, maka umat Islam menghormati perayaan mereka dengan membiarkan mereka merayakannya dan tidak mengganggunya. Tapi tidak boleh ikut serta dalam perayaan tersebut. Begitu pula sebaliknya. 

Umat  harus berhati-hati terjerumus dengan ide ini dan jangan sampai malah ikut-ikutan mengkampanyekan ide yang bukan berasal dari Islam. Sejatinya, umat Islam yang sudah tercekoki dengan ide ini haruslah sadar dan bersegera kembali pada penerapan Islam yang menyeluruh. Inilah saatnya untuk bersegera mengkaji Islam  agar terhindar dari ide-ide yang malah menjauhkan umat dari agamanya. 
Wallahu a'lam bisshowwab

Bagikan:
KOMENTAR