Kenaikan Harga Telur, Rakyat Dibuat Kelimpungan


author photo

27 Mei 2023 - 11.07 WIB



Oleh : Nur Ida Sannu (Pemerhati Sosial)

Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (DPP IKAPPI) menyayangkan harga telur di pasaran terus melonjak. IKAPPI menyebut harga telur di wilayah Jabodetabek berada di kisaran Rp 31.000 hingga Rp 34.000 per kg, sedangkan di luar Pulau Jawa atau wilayah Timur Indonesia tembus Rp 38.000 per kg, bahkan lebih dari Rp 40.000 per kg.

https://kumparan.com/kumparanbisnis/harga-telur-meroket 

Presiden Peternak Layer Indonesia sekaligus Wakil Ketua Umum HKTI Bidang Peternakan dan Perikanan Ki Musbar Mesdi mengatakan kenaikan harga salah satunya dipicu peningkatan kebutuhan dan pesanan nasi bungkus dan rames di masa pendaftaran bakal calon legislatif pada Mei ini.
Selain faktor itu, ia mengatakan harga telur naik karena posisi populasi ayam petelur nasional yang belum pulih 100 persen. Kenaikan juga dipicu harga pokok produksi telur yang meningkat seiring lonjakan harga pakan pabrik saat ini. 
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20230515191422-92-949932/alasan-harga 

Kenaikan harga telur ayam terus meningkat tiap tahunnya, hal ini dipengaruhi salah satunya adalah kelangkaan bahan baku pakan ternak ayam. Susahnya mencari makanan ternak membuat para peternak kelimpungan, ini yang mempengaruhi ketersediaan produksi telur ayam terus menurun.

Tidak hanya itu, di sisi lain proses distribusi telur tidak di lakukan sesuai dengan kebiasaannya. Di mana seharusnya disalurkan ke pasar, malah pendistribusian dilakukan di luar jalur pasar atau lebih  mengutamakan permintaan  di luar pasar. 


Akibat adanya permintaan di luar pasar ini, stok seharusnya dipasok ke pasar menjadi berkurang sehingga menjadi harga telur terus merangkak naik. Ditambah dengan biaya-biaya operasional yang lain menambah beban harga yang sudah ada.

Bila di tarik benang merahnya, meroketnya harga telur ini tidak terlepas dari arus besar liberalisasi pangan. Telur yang merupakan makanan yang sering ada dalam menu disajikan malah sulit di dapatkan.

Kesalahan penyaluran distribusi, di mana seharusnya telur di salurkan di pasar untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, ternyata stoknya tidak tersedia untuk mereka.
Namun, ini tidak bisa dipungkiri menjadi masalah yang berulang-ulang. Lambatnya antisipasi dan penanganan penguasa/ selaku penanggung jawab dalam mengatasi kenaikan harga menunjukkan lalainya amanah. Lagi-lagi
malah mencari solusi praktis dengan impor bahan baku pakan ternak menjadi jalan utama. Jika ini dibiarkan terus berkelanjutan akan mempengaruhi pada paradigma pengelolaan sumber daya pangan di Indonesia.

Ketergantungan impor jelas memandulkan tanggung jawab penguasa untuk mengelola pertanian dan peternakan dalam negeri ini.
Di tambah dengan adanya pihak korporasi besar yang berkekuatan multinasional selaku produsen pakan ternak. Hal ini jelas akan memainkan modal besar dalam menguasai pasar dalam negeri.

Di mulai dari sektor hulu hingga hilir, akhirnya membuka peluang untuk menghancurkan para peternak kecil/ lokal yang modalnya tidak sebanding dengan para konglomerasi.
Demikianlah paradigma sesat sistem kapitalisme yang membuahkan liberalisasi pangan. 

Padahal kita tau bersama bahwa sejatinya pangan adalah kebutuhan primer setiap individu yang menjadi bahan pokok setiap manusia.
Pangan merupakan kebutuhan jasmani setiap manusia, dari masalah stunting, kelaparan, dan kemiskinan merupakan ancaman serius dalam pemenuhan kebutuhan jasmani.

Oleh karena itu, urgen bagi kita semua masalah pengelolaan pangan berkaca pada kacamata Islam. Dalam pemerintahan Islam, penguasa akan amanah dan menjamin semua problematika kehidupan manusia termasuk pangan harus diselesaikan dengan syariat Islam.

Dalam pemerintahan Islam pula akan memberikan hal-hal yang menjadi hak warganya, apalagi itu berhubungan dengan kebutuhan primer seperti pangan.
Pemerintah Islam akan menjamin hajat hidup setiap rakyatnya, yakni berupa jaminan hidup rakyat (nyawa), harta (ekonomi), keamanan, pendidikan, kesehatan dan pekerjaan. Semua kebutuhan akan menjadi tanggung jawab penguasa dalam pemerintahan Islam.

Jika kita kaitkan dengan masalah di atas terkait persoalan mahalnya harga telur disebabkan oleh bahan baku pakan ternak yang masih impor serta masalah distribusi, maka pemerintah Islam akan mengembalikan semua itu dengan melihat skala prioritas kebutuhan hidup manusia. Pemerintah Islam akan serius dalam pengelolaan pertanian seperti jagung yang merupakan bahan baku pakan ternak ayam. Dengan memfasilitasi secara gratis, lengkap, serta modern itu semua menjadi tanggung jawab penuh bagi pemerintah Islam.

Pemerintahan Islam akan menutup semua celah monopoli oleh pihak korporasi sehingga tidak memberikan peluang bagi mereka menguasai bahan pokok masyarakat. Dengan aturan Islam maka akan menutup peluang kelangkaan telur ayam. Demikianlah aturan Islam jika diterapkan secara kaffah oleh negara.
Wallahu alam...
Bagikan:
KOMENTAR