"

Radikalisme di Kampus Hanya Islamophobia


author photo

23 Sep 2023 - 13.41 WIB


Oleh: Riya Septi Habibah, S.M

Brigjen. Pol. Tubagus Ami Prindani, S.I.K., Direktur Pencegahan Densus 88-AT Polri mengatakan bahwa mahasiswa adalah salah satu kelompok yang rawan disusupi paham radikalisme. Penyebaran paham radikalisme dapat disebarkan melalui kajian agama, hubungan keluarga, bahkan media sosial. Yang mana pihaknya mengungkapkan media sosial paling banyak dalam penyebaran isu radikalisme. 

Hal tersebut disampaikan pada Rabu 24 Agustus 2023 saat mengisi materi dalam Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB), Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Universitas Negeri Surabaya (UNESA). (unesa.ac.id, 27/08/2023)

Tak hanya itu pembahasan mengenai radikalisme juga diungkapkan oleh M. Yazid Hidayat selaku Wakil Presiden Mahasiswa IAIH Lombok Timur bahwa paham-paham radikalisme dan terorisme susah dicegah dan dihentikan maka  mahasiswa penting dilibatkan untuk menangkal paham-paham tersebut.  

Dikatakan pula oleh Kabag TU Kanwil Kemenag NTB bahwa peran mahasiswa sangat penting sebagai kaum intelektual dan contoh bagi masyarakat, maka mahasiswa perlu mendapatkan pemahaman dan wawasan yang lebih tentang ilmu agama sehingga sikap dan perilaku mahasiswa bisa mewujudkan kerukunan umat beragama, tutur Jaelani dalam pidato penutupan pada Jumat 25 Juni 2023 dalam workshop “Peranan Pelajar dan Mahasiswa dalam menangkal paham radikalisme” di Hotel Grand Legi, Mataram. (ntb.kemenag.go.id, 11/09/2023)

Radikalisme ancaman Negara

Dua kasus di atas hanya mewakili maraknya berita yang tersebar mengenai isu radikalisme.  Berbagai analisa menyebutkan bahwa radikalisme merupakan akar dari ancaman terorisme. Keduanya dinyatakan mengancam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 

Paham-paham radikalisme sendiri dinilai mudah mengancam kalangan yang pemahamannya rendah dan mereka yang memegang paham ini sering tidak menyadari dampak dari perbuatannya. 

Namun saat ini yang dituduh dan diancam adalah Islam. Umat islam diadu domba dengan adanya istilah tandingan yang kontra akan radikalisme, mereka menyebutnya sebagai islam moderat dan berkembang menjadi islam nusantara. Yang mana islam moderat lebih banyak menggaungkan nilai-nilai barat, jauh dari penyebaran mengenai islam washatiyah & kaffah yang bersumber dari Al-Qur'an dan As-sunah.

Penyebaran opini isu radikalisme yang senantiasa disematkan kepada umat islam yang ingin memahami agamanya dengan benar diberbagai lembaga, instansi pemerintah, kampus, sekolah, bahkan di masjid-masjid dinilai berbahaya. Berbagai pusat pertumbuhan dan kekuatan politik yang dimiliki umat dihapuskan, ormas-ormasnya dilenyapkan, tokoh-tokoh agamanya dikriminalisasi. Semua dilakukan untuk dalih menjaga keutuhan bangsa dan negara dari paham radikalisme yang mengancam. 

Ancaman dan bentuk kriminalisasi terhadap Islam dilakukan dengan cara mengopinikan bahwa Islam identik dengan kekerasan. Hak ini terlihat dari pemboman Menara Kembar World Trade Center (WTC) di New York City yang dipopulerkan oleh Amerika yang seolah-olah netral, dengan mengkampanyekan istilah ‘War on Terrorizm’ dan saat mereka sadar bahwa saat ini yang menguatkan umat Islam adalah pemikirannya makan yang mereka populerkan kembali adalah ‘War on Radicalism’.

Dengan menyebutkan radikalisme akar dari terorisme maka lengkap sudah ketakutan umat islam untuk mempelajari agamanya. Akibatnya mudah saja bagi mereka pembenci islam melanggengkan ideologi mereka yaitu kapitalisme sekuler. Dan biang kerok dari berbagai permasalahan sebenarnya adalah kapitalisme liberal. 

Pemuda Muslim Kunci Kebangkitan Umat 

Sesungguhnya barat melakukan ini karena paham bahwa pemuda muslim akan menjadi kunci kebangkitan umat jika pada akal mereka terinstal pemahaman tentang Islam sebagai Dien (ideologi) yang shahih. Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya agama di sisi Allah hanyalah Islam". (QS. Ali Imran: 19).

Kebangkitan Islam di bawah inisiasi para pemuda muslim adalah hal yang ditakuti sekaligus ancaman bagi Barat. Selama ini mereka bisa hidup karena menjajah dunia islam, sehingga mereka berusaha untuk membajak potensi pemuda muslim agar tidak mengancam eksistensi penjajahan mereka. 

Walhasil, demi untuk menjaga eksistensi penjajahannya, barat akan mencegah kebangkitan Islam dengan berbagai cara. Diantaranya dengan mencitraburukkan Islam melalui ide radikalisme.

Pemuda adalah tonggak perubahan, dengan idealisme yang tinggi ia mampu mengubah dunia. Jika kita mau menengok sejarah, jejak perjalanan Islam pada masa Rasulullah SAW, orang-orang yang berdiri di samping Rasulullah adalah para pemuda. Seperti Ali bin Abi Thalib, Mus'ab bin Umair, Sa'ad bin Abi Waqas, Umar bin Khattab, Zaid bin Haritsah, Zaid bin Tsabit dsb.

Mereka adalah para pemuda yang senantiasa turut membela dan memperjuangkan Islam bersama Rasulullah SAW. Mereka adalah para pemuda yang bertakwa, memegang teguh Islam dan rela berkorban untuk Islam. Mereka bisa melihat mana lawan mana kawan sehingga tidak mudah diadu domba. Dan mereka adalah para pemuda yang dirindukan surga.

Inilah pemuda idaman sesungguhnya, yakni pemuda muslim yang memahami agamanya dengan sempurna. Mereka meyakini dengan sepenuh hati apa yang disampaikan Allah SWT melalui kitab dan Rasul-Nya. Mereka taat beribadah dan paham ilmu agamanya. Mereka siap menjadi garda terdepan membela kebenaran jika umat terdzalimi.

Maka para mahasiswa - pemuda muslim khususnya, sebagai _agent of change_ harus sadar bahwa sesungguhnya agama Islam adalah agama yang cinta damai, yang tidak menyukai kekerasan dan agama yang paling toleran. Mahasiswa harus mau mempelajari agamanya secara menyeluruh agar sadar bahwa isu dan berbagai istilah dari barat hanya bentuk propaganda busuk untuk memecah belah umat Islam serta ingin menjauhkan mereka dari agamanya yaitu Islam sebagai rahmatan Lil 'alamin agar para pemuda tidak lagi memperjuangkannya.

Sudah saatnya para pemuda kembali kepada jati diri mereka yang sesungguhnya, yaitu sebagai seorang hamba yang tunduk dan patuh terhadap Allah Al Khaliqnya. Dan memperjuangkan Islam untuk mewujudkan penegakan aturan Allah dengan sempurna. Wallahualam bissawab.
Bagikan:
KOMENTAR