Pelecehan Seksual Terulang, Bukti Sistem Pendidikan Perlu Dikaji Ulang


author photo

14 Nov 2023 - 10.47 WIB



Oleh : Kurnia ( Pemerhati masalah Sosial )

Dunia pendidikan kembali tercoreng akibat terjadi lagi kasus pelecehan seksual di kalangan mahasiswa yang dilakukan oleh seorang aktivis mahasiswa dan kali Ini terjadi di universitas ternama di Kalimantan Timur (Kaltim). Universitas Mulawarman atau yang biasa kenal dengan sebutan Unmul, salah satu Universitas terbaik di Kaltim. 

Sungguh suatu fakta yang miris dan memalukan tentunya, bahkan sungguh sangat membuat masyarakat tidak habis pikir. Kenapa bisa seorang mahasiswa bahkan aktivis pula bisa melakukan perbuatan hina tersebut. Bukankah ini menggambarkan bahwa bobroknya moral generasi  saat ini. 

Kejadian itu semakin memperlihatkan bahwa kemuliaan dan derajat generasi menempati posisi yang rendah. kejahatan ini jelas menunjukkan orientasi kehidupan yang dangkal karena menjadikan kesenangan jasmani sebagai tujuan, bahkan dengan menghalalkan segala cara, melupakan kepatutan atau kemuliaan akhlak. Jelas sekali bahwa Inilah buah diabaikannya agama dalam kehidupan, kebebasan berperilaku menjadi pedoman hidup, inilah buah sekularisme. Yakni pemahaman pemisahan agama dari kehidupan. 

*Sistem Pendidikan Gagal*

Sebelum kasus pelecehan seksual dari aktivis mahasiswa, masih ingat kasus serupa pelecehan seksual dilakukan oleh seorang dosen. Satgas PPKS pun dibentuk di kampus dan berbagai progam sosialisasi untuk mencegah kasus serupa. Namun kasus pun berulang, hal ini menunjukkan gagalnya pendidikan, baik pendidikan formal maupun dalam keluarga.

Pendidikan adalah proses yang panjang, melibatkan banyak pihak, baik formal dalam lembaga pendidikan maupun keluarga. Sekularisme telah menjadikan proses pendidikan pada tingkat dasar, menengah dan tingkat atas bahkan sampai pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi sekalipun telah gagal memberikan pondasi yang kokoh dalam kepribadian peserta didiknya. Kurikulum pendidikan mengenyampingkan agama, merusak akhlak dengan mudah. Bahkan seruan revolusi mental pun gagal membangun generasi memiliki kepribadian mulia. 

Sungguh luar biasa sistem sekularisme yang menjadi ideologi bangsa saat ini, sangat berhasil menjiwai seluruh kebijakan-kebijakan negara, bahkan sampai ke sistem pendidikan. Andil media dengan bebas menampilkan segala sesuatu termasuk kemaksiatan lewat semua program mereka. Ajaran agama ditinggalkan, bahkan ketaatan kepada syariat dianggap sebagai pemicu keributan dan kegaduhan. 

Sistem liberalisme sekulerisme menyebabkan maraknya seks bebas hingga pelecehan seksual yang merupakan akar permasalahan, ditumbuhsuburkan oleh kapitalisme dengan asas kebebasan seks. Selanjutnya demokrasi melegitimasi hal itu.

Sungguh sangat miris dengan keadaan ini. Kondisi ini jelas sangat memprihatinkan. Nyatalah Indonesa berada dalam situasi darurat pelecehan seksual. Tentu harus ada tindakan cepat, solusi yang menyentuh sampai akar masalah, tidak bisa hanya membuat satgas PPKS dan hukuman sosial pelanggaran kode etik karena hal itu tak akan menyelesaikan masalah kekerasan seksual di kampus. 

Bisa dibayangkan betapa rusaknya Indonesia kelak, mengingat merekalah calon pembangun peradaban bangsa masa yang akan datang. Indonesia Emas 2045 yang digadang-gadang, hanya impian dan isapan jempol semata atau bisa dikatakan "jauh panggangan dari api".

 *Generasi Mulia dengan Sistem Islam* 

Bila kita bertanya, "akankah generasi penerus akan menemukan kemuliaan hidup?" Jawabnya sudah pasti iya, dengan penerapan sistem pendidikan yang memakai sistem yang shohih yaitu Islam. Islam mampu melahirkan sosok istimewa karena akidah Islam dijadikan sebagai landasan hidup, tidak hanya oleh individu, namun juga oleh masyarakat dan negara. 

Ketakwaan menjadi benteng seorang muslim untuk selalu patuh kepada Allah. Masyarakat yang hidup dalam atmosfer Islam menjadi pihak yang membangun kehidupan dalam budaya Islam yang sarat dengan kemuliaan. Penerapan Islam secara kafah oleh negara dalam semua aspek kehidupan, menjadikan umat hidup dalam kebaikan, terpelihara akalnya juga agamanya dan terjaga kehormatanya. 

Dengan penerapan Islam secara menyeluruh maka jadilah umat hidup dalam suasana Islam yang penuh keimanan dan senantiasa berorientasi kebaikan di dunia dan keselamatan akhirat. Jadilah generasi muda tumbuh dalam penjagaan yang optimal oleh negara sehingga mendorong optimaliasi potensi dalam semua bentuk kebaikan dan memberi manfaat kepada umat. 

Kita bisa melihat bukti sejarah kemuliaan generasi pada saat itu, ada beberapa di antaranya yang menjadi pemimpin atau pelopor kebaikan pada masanya. Seperti, Ali bin Abi Thalib kuncinya ilmu, Mushab bin Umair duta Islam pertama, Abdullah bin Abbas yang luas ilmunya. Mereka adalah generasi muda istimewa pada masa Rasulullah SAW. Juga ada Muhammad al-Fatih penakluk Konstantinopel, Shalahuddin al-Ayyubi penakluk Baitulmaqdis, juga Imam Syafi’i yang menjadi mufti saat berusia 15 tahun.

Islam pun mengenal muslimah terkemuka pada setiap zamannya, seperti Fatimah binti Muhammad yang salihah, Rufayda Binti Saad Al Aslamiyya yang menjadi perawat pertama, Asy-Syifa’ binti Abdullah guru muslimah pada masa awal Islam, Mariam al-Astrulabi penemu astrolabe, Sutayta al-Mahamali ahli matematika, Zaynab binti Ahmad ahli hadits dan masih banyak contoh lainnya. 

Generasi mulia itu disibukkan dengan berkarya dan berlomba dalam kebaikan dengan tetap memiliki kepribadian Islam yang kuat, bukan disibukkan dengan urusan dunia dan syahwat yang rendah. Tentunya semua ini hanya akan terwujud dengan tegaknya Khilafah Islamiah karena hanya Khilafah yang akan menerapkan Islam secara kafah dan menjadikan Al Qur’an dan Sunah sebagai sumber hukum dalam kehidupan.

Allah akan menurunkan keberkahan dari langit dan bumi hanya pada Khilafah Islamiah sebagaimana firman Allah dalam QS Al-A’raf ayat 96. “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya."
Wallahu'alam bishowab
Bagikan:
KOMENTAR