Oleh: Zakiyatul Fakhiroh, S.Pd
(Pendidik & Aktivis Dakwah)
Sejumlah aksi bertajuk Indonesia Gelap digelar di berbagai wilayah diantaranya Jakarta, Bandung, Lampung, Surabaya, Malang, Samarinda, Banjarmasin, Aceh, dan Bali bahkan luar negeri. Di Samarinda, aksi kian memanas dengan hadirnya pengamat politik, Rocky Gerung, yang baru saja menjadi narasumber di sebuah perguruan tinggi Samarinda. Dalam orasinya di depan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT), Rocky menegaskan bahwa mahasiswa memiliki hak untuk mengkritisi kebijakan pemerintah dan menentukan arah negeri. Aksi oleh mahasiswa ini menuntut pemerintah agar melakukan perbaikan dan perubahan kebijakan mulai dari mengevaluasi program Makan Bergizi Gratis (MBG), pembatalan efisiensi, dan pengambilan kebijakan yang harus dilakukan berbasis riset. (Kaltimpost, 17/02/2025)
Aksi Demonstrasi juga terjadi di Melbourne, Australia dan Berlin, Jerman yang melibatkan sejumlah mahasiswa, dosen, seniman, dan masyarakat Indonesia. Aksi Melbourne menyoroti tiga hal yaitu kemunduran demokrasi, kembalinya militerisme, dan ketimpangan ekonomi. Demonstran berorasi, membaca puisi, bernyanyi dan membawa poster-poster bernada protes. Masih dengan tajuk Indonesia Gelap, di Berlin demonstran menyorot banyak isu diantaranya penempatan purnawirawan dalam kabinet, penempatan tentara aktif di program food estate di Papua dan Makan Bergizi Gratis (MBG), meningkatnya peran Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam politik dan bisnis, menguatnya represi polisi terhadap masyarakat, pemborosan anggaran kabinet gemuk, dan perusakan lingkungan, serta menolak pembatasan kebebasan berekspresi seniman dan penyampaian pendapat. (Tempo, 2/03/2025)
Tagar “Indonesia Gelap” telah menjadi trending topik di media sosial. Berbagai aksi serentak ini mencerminkan keresahan publik terhadap kebijakan pemerintah saat ini. Muncul ketakutan di masyarakat akan nasib masa depan bangsa Indonesia. Pergantian pemimpin yang diharap membawa perubahan baik, justru sebaliknya, dalam 100 hari kepemimpinan terus bergulir kebijakan yang mengecewakan dan tak berpihak pada rakyat. Mulai dari rencana kenaikan PPN, kelangkaan LPG melon, polemik MBG, efisiensi anggaran yang banyak mengebiri layanan publik, kabinet gemoy, putusan ringan kasus korupsi timah, gurita korupsi Jiwasraya, pendirian Danantara, ormas dan kampus tarik tambang, dan masih banyak lagi kebijakan lain yang menyayat hati. Ironisnya, para pejabat dan penguasa justru memberikan respon tak bijak saat diberondong kritik masyarakat.
Pergerakan dari berbagai kampus ini menunjukkan bangkitnya kesadaran dan kekritisan mahasiswa yang patut diapresiasi. Memanfaatkan teknologi digital, mahasiswa mengkoordinir aksi serentak se-Indonesia dan gencar menyebarkan informasi melalui sosial media. Opini masyarakat turut bergulir mendukung aksi tersebut meskipun tak sedikit pula yang masih berdiri di garda terdepan membela kezaliman rezim yang jelas-jelas nampak di depan mata.
Namun, di balik aksi serentak ini timbul pertanyaan, mau dibawa kemana? Jika yang diharap adalah pergantian rezim, bukan tidak mungkin hasilnya tetap sama. Kesejahteraan yang diimpikan tak pernah terwujud. Jika yang diharap adalah berubahnya kebijakan, rasanya tetap akan berat. Sebab sistem yang digunakan tetaplah Sistem Kapitalisme Sekuler yang selalu melahirkan individu-individu serakah yang hanya memikirkan keuntungan pribadi.
Inilah fakta di depan mata yang kita hadapi. Korupsi makin parah dan membudaya, kemiskinan merajalela, mencari pekerjaan sulit, pajak mencekik, utang negara menumpuk, penguasa represif, kesejahteraan makin sulit diraih, kualitas generasi kian mencemaskan. Saking parahnya kondisi dalam negeri seolah-olah tidak ada harapan lagi untuk perubahan. Kaum muda pun kini ramai dengan trend #KaburAjaDulu ke luar negeri, berharap perubahan nasib yang lebih baik.
Melihat semua kekacauan ini, sebenarnya kita hanya bisa berharap pada Islam. Bertubi-tubi masalah mendera negeri. Ini bukan hanya tentang kezaliman melainkan sebuah kemungkaran yang harus dicegah bersama sesuai kemampuan terutama oleh umat Islam.
Dalam menghadapi kemungkaran Rasulullah saw. telah memerintahkan untuk melakukan perubahan sebagaimana sabda beliau, “Siapa saja yang melihat kemungkaran, ia wajib mengubah dengan tangannya. Jika ia tidak mampu, maka wajib dengan lisannya. Jika tidak mampu, maka wajib dengan hatinya. Itu merupakan selemah-lemah iman.” (HR Muslim).
Hadist ini mengisyaratkan kepada kaum muslimin untuk mengingkari kemungkaran sesuai kadar kemampuan. Tangan dapat dimaknai sebagai kekuatan dan kekuasaan. Dengan kekuasaan itu hendaknya kaum muslimin melenyapkan berbagai kemungkaran. Namun bila tak ada kekuasaan, barulah umat memaksimalkan cara lisan. Baik dengan cara menyampaikan nasihat, atau bahkan kritikan terhadap perilaku yang jelas-jelas menampakkan kemungkaran dan kezaliman sekalipun berasal dari sisi penguasa. Jika lisan juga kelu menyampaikan kebenaran, maka jalan terakhir ialah dengan hati yang minimal membenci kemungkaran dan mengirim doa-doa terbaik.
Allah juga telah mewajibkan ada segolongan kaum muslim yang menyeru kepada Islam, mengajak kepada ketaatan, dan melarang kemaksiatan sebagaimana firman-Nya dalam QS Ali Imran ayat 104, “Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Dengan demikian, ayat ini mengharuskan ada sebuah kelompok yang menyeru kepada Islam dan mengajak kepada syariat Islam. Inilah yang juga perlu dilakukan oleh mahasiswa, khususnya pemuda muslim yang tergerak untuk melakukan perubahan. Akan lebih baik jika mereka juga bergabung di dalam kelompok dakwah Islam agar semangat menyuarakan perubahan bisa terus konsisten dan tidak ditunggangi oleh pihak-pihak yang punya kepentingan mencuri kesempatan dalam kesempitan.
Kaum muda sungguh berpeluang besar menerima dakwah Islam. Ini karena Rasulullah saw. mengabarkan bahwa pengikut dakwah beliau banyak berasal dari kalangan pemuda. Rasulullah saw. bersabda, “Aku wasiatkan kepada kalian, ‘Perlakukanlah para pemuda dengan baik, sesungguhnya mereka tulus dan mudah disentuh (perasaannya), sesungguhnya Allah telah mengutusku dengan ketulusan dan kemudahan, (lihatlah) mereka yang mau berkumpul denganku adalah para pemuda, sedangkan orang-orang tua menentangku.’” (Imam Asy-Sya’rani, Tanbihul Mughtarrin).
Sejarah menunjukkan banyak contoh pemuda-pemuda muslim mengemban amanah di usia muda, membawa perubahan besar bagi kaum muslimin. Kita mengenal sosok Zaid bin Tsabit salah satu sahabat Rasulullah SAW yang dipercaya penuh menjadi penulis wahyu (Al Qur’an) dan surat-surat Nabi. Sejak Zaid berumur 11 tahun dan bertemu Rasulullah kala berhijrah ke Madinah. Ia adalah sosok yang pemberani dan cerdas. Zaid memiliki pemahaman di bidang kehakiman, fatwa, qira’ah dan fara’idh. Rasulullah SAW memintanya untuk mempelajari bahasa asing, termasuk aksara Yahudi, sebagai persiapan untuk menyebarkan Islam ke dunia luar (arab).
Ada pula sosok Usamah bin Zaid yang menjadi panglima perang hebat di masa hidupnya. Ia mendapatkan julukan terhormat, Hibbu Rasulullah, yang berarti orang yang dicintai Rasulullah SAW. Ia juga dipercaya menjadi pemimpin pasukan perang di usia yang masih muda. Kala umat Muslim akan menyerang wilayah kekaisaran Byzantium di Balqa, Usamah lah yang diberikan kepercayaan oleh Rasulullah sebagai pemimpin perang.
Kita juga tak lupa pada Muhammad Al-Fatih (1432-1481 M) atau Mehmed the Conqueror. Ia adalah pemimpin Utsmaniyah yang terkenal karena menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453 di usia 21 tahun. Penaklukan ini mengakhiri Kekaisaran Romawi Timur dan membuka jalan bagi kemunculan Kesultanan Utsmaniyah sebagai kekuatan dominan di wilayah tersebut.
Generasi muda sangat berpotensi menjadi pemimpin perubahan karena mereka memiliki keistimewaan berupa kekuatan di antara dua kelemahan, yaitu kelemahan anak-anak dan kelemahan masa tua. Kekuatan ini jika digunakan untuk kemuliaan Islam dan kaum muslim akan bisa mewujudkan kemenangan berupa tegaknya Islam di muka bumi. Maka di tengah carut marutnya kondisi negeri ini, peran kaum muda sangatlah diharapkan dan harus diarahkan ke arah yang benar. Mereka harus dibersihkan dari berbagai ide non-Islam yang menyusup dalam gerakan mahasiswa, seperti komunisme, sosialisme, marxisme, dan ide kiri lainnya. Serta harus dijaga agar tetap on the track sesuai dengan metode perubahan Rasulullah saw yang bersifat pemikiran, politis, dan tanpa kekerasan. Wallahualam bishshawab.