Refleksi Muharram: Mewujudkan Kebangkitan Umat Yang Hakiki


author photo

27 Jun 2025 - 19.12 WIB




Tanggal 1 Muharram adalah awal tahun dalam kalender Hijriah. Bagi umat Islam, ini bukan sekadar ganti tanggal, tapi momen penting untuk merenung dan memperbaiki diri. Di tahun 1447 Hijriah ini, yang bertepatan dengan 27 Juni 2025, kita punya alasan besar untuk merenung lebih dalam kondisi umat Islam hari ini sedang tidak baik-baik saja.

Muharram adalah salah satu bulan yang mulia. Dimana Allah melipatgandakan pahala begitu juga dengan dosa. Banyak keutamaan ibadah di bulan ini, seperti puasa sunnah Asyura (tanggal 10 Muharram) yang sangat dianjurkan.

Namun, Muharram bukan hanya soal puasa dan ibadah pribadi. Ada satu peristiwa besar yang membuat bulan ini begitu bermakna yakni Hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah. Hijrah ini menjadi titik balik sejarah, karena dari sinilah Islam mulai membangun peradaban yang menggetarkan dunia.

Namun kini, umat Islam Saat tertindas dan Tercerai berai. Sayangnya, jika kita melihat kondisi umat Islam hari ini, banyak yang justru sedang dalam penderitaan. Salah satu contohnya adalah saudara-saudara kita di Gaza, Palestina, yang sudah hampir dua tahun mengalami serangan brutal dari penjajah Zionis. Ribuan nyawa tak bersalah telah gugur, dan jutaan lainnya hidup dalam ketakutan dan penderitaan.

Yang lebih menyedihkan, umat Islam jumlahnya sangat besar, lebih dari dua miliar orang di dunia, tapi tidak mampu menghentikan kekejaman itu. Sebagian pemimpin negara-negara Islam justru diam atau memilih memikirkan kepentingan politik mereka sendiri.

Apa yang Salah?
Di sinilah kita perlu bertanya: Mengapa umat Islam yang begitu besar justru lemah?

Jawabannya bukan karena kurang pintar, kurang kaya, atau kurang jumlah. Tapi karena kita tidak lagi hidup dengan aturan Islam secara menyeluruh. Islam kini hanya dianggap agama ritual: shalat, puasa, haji, dan akhlak pribadi. Padahal Islam adalah sistem hidup yang lengkap yang juga mengatur politik, ekonomi, pendidikan, bahkan hubungan antarnegara.

Dulu, umat Islam punya sistem itu. Disebut Khilafah, yaitu sistem pemerintahan Islam yang menerapkan hukum Allah secara penuh. Dalam sistem ini, umat bersatu, dilindungi, dan dihormati oleh dunia. Tapi sejak sistem ini diruntuhkan pada tahun 1924, umat Islam kehilangan arah. Kini kita hidup dalam sistem buatan manusia, yang terbukti tidak bisa menyelesaikan masalah.

Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW bukan sekadar pindah tempat, tapi pindah cara hidup. Dari lingkungan yang menindas Islam menuju masyarakat yang menerapkan Islam secara nyata. 

Hijrah adalah simbol perubahan besar dari kelemahan menuju kekuatan, dari perpecahan menuju persatuan.

Maka, Tahun Baru Islam ini seharusnya menjadi momen hijrah bagi kita semua. Hijrah dari ketidakpedulian menuju kepedulian. Dari hidup individualis menuju perjuangan bersama untuk menegakkan kembali aturan Allah dalam kehidupan nyata.

Umat Butuh Solusi Nyata
Perubahan tidak bisa hanya dilakukan secara pribadi. Kita butuh perubahan besar yang menyentuh sistem kehidupan. Itu artinya kita harus kembali kepada aturan Islam secara menyeluruh (kaffah). Dan untuk menerapkannya, kita butuh institusi kepemimpinan Islam yakni Khilafah yang menjadi pelindung umat dan penjaga ajaran Islam.

Tentu perjuangan ini tidak mudah. Tapi tidak mustahil. Kita hanya perlu memulai dari kesadaran. Mari kita mulai dari diri sendiri, lalu mengajak keluarga dan lingkungan untuk memahami Islam sebagai solusi hidup, bukan hanya ajaran ibadah semata.

Tahun Baru Islam bukan hanya soal doa dan harapan. Ia adalah panggilan untuk perubahan. Mari kita jadikan Muharram ini bukan hanya sebagai momen seremonial, tapi sebagai langkah awal untuk kembali menjadi umat terbaik, yang memimpin dunia dengan keadilan, kasih sayang, dan petunjuk dari Allah SWT.
Bagikan:
KOMENTAR