Akibat Kebebasan Berekspresi: "Grup Pelangi" Dinormalisasi


author photo

25 Jul 2025 - 18.39 WIB


Oleh: Annisa Nurul (Pemerhati Remaja)

Media sosial di Kalimantan Timur dihebohkan dengan ramainya grup penyuka sesama jenis di Facebook. Diantara lain yang paling banyak pengikutnya adalah Grup Gay Balikpapan dengan jumlah 4.500 followers, Grup Gay Kaltim dengan jumlah 2.600 followers, dan Grup Gay Samarinda dengan jumlah 1.500 followers. Isi dari grup tersebut dipenuhi dengan postingan tidak wajar yang berisikan ajakan untuk berhubungan seks sesama jenis, juga disertai dengan gambar-gambar tak senonoh. Tentunya netizen dibuat resah dengan adanya grup ini karena dapat mempengaruhi generasi muda ke arah negatif.

Beredarnya grup yang berisikan penyimpangan di facebook ini bukanlah hal baru. Beberapa waktu ke belakang netizen juga dikejutkan dengan Grup Fantasi Sedarah, Grup Psikopat, dan grup sejenis lainnya. Mirisnya, grup aneh tersebut diikuti oleh banyak followers yang ikut meramaikan dengan mengirim postingan-postingan tidak senonoh.

Kejadian-kejadian di luar nalar yang kerap terjadi akhir-akhir ini, tentu menyisakan pertanyaan besar. Mengapa ini semua terus berulang? Mengapa lingkaran kemaksiatan ini seakan tidak pernah putus?

Untuk mengetahui persoalan ini, kita harus memahami dulu akar masalah terjadinya kemaksiatan seperti LGBT yang kian marak terjadi.

Fenomena "pelangi" di kalangan generasi muda bukanlah hal baru. Fenomena ini memiliki rekam jejak panjang sejak awal mula kemunculannya sekitar tahun 1950. Di waktu tersebut, narasi kebebasan seksual mulai digaungkan. Mereka mengaruskan opini gender di semua lini. Mulai dari literatur, film, musik, dan karya seni lainnya. Kini, bahkan media mainstream pun sudah berani mengangkat topik ini secara terbuka. Menggambarkan betapa derasnya arus informasi yang bisa dengan mudah kita terima saat ini.

Arus digitalisasi kian deras menyapa generasi muda. Kita bisa mencari dan mengakses apapun di internet. Bahkan, topik-topik yang dulu dianggap tabu, kini ramai diperbincangkan di berbagai media sosial. Salah satunya adalah topik tentang orientasi seksual seseorang. Dulu, umumnya laki-laki hanya dipasangkan dengan perempuan. Begitupun sebaliknya. Kini, kita kerap melihat tulisan, foto, sampai tayangan yang menggambarkan kisah cinta sesama jenis. Banyak pula public figure atau influencer yang senantiasa mendukung bahkan menyebarkan kampanye gerakan mendukung hubungan sesama jenis. Mereka menggunakan simbol pelangi sebagai bentuk keberagaman. Tentunya ini disambut baik oleh netizen khususnya Gen Z, karena mereka memberi label untuk orang-orang yang senantiasa menerima "perbedaan" dengan sebutan open minded. Selama tidak merugikan secara materi dan atas dasar HAM, maka penyimpangan dan kemaksiatan akan dibiarkan terjadi. Begitulah pemikiran yang dihasilkan ideologi kapitalisme.

Ideologi kapitalisme melahirkan liberalisme. Segala bentuk kebebasan diperbolehkan dalam ideologi ini. Bagi generasi muda, aspek kebebasan yang paling dominan adalah kebebasan berperilaku/berekspresi. Sehingga, perilaku-perilaku menyimpang seperti ini kian tumbuh subur di tengah masyarakat. Grup-grup aneh selalu ada di medsos karna memang tidak pernah ditindak tegas oleh negara. Padahal, dengan banyaknya grup tersebut mencerminkan bobroknya kualitas generasi muda hari ini. Sistem kapitalis cenderung membiarkan kemaksiatan. Fenomena LGBT mencerminkan lemahnya pegangan iman, minimnya pemahaman agama, serta kaburnya batas halal-haram.

Dalam Islam, hubungan sesama jenis dipandang sebagai perilaku yang bertentangan dengan fitrah penciptaan manusia. Islam menegaskan hubungan yang sah hanyalah hubungan antara laki-laki dan perempuan, yang bertujuan menjaga keturunan. Sebagaimana yang difirmankan Allah dalam QS. An-Najm: 45-46 yang artinya, "dan sesungguhnya Dialah yang menciptakan pasangan laki-laki dan perempuan. dari mani, apabila dipancarkan". Islam sama sekali tidak memperbolehkan hubungan sesama jenis, atas alasan apapun. Sebagaimana yang terkandung dalam QS. An-Naml; 54 yang artinya, "Dan (ingatlah kisah) Lut, ketika dia berkata kepada kaumnya, “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah (keji), padahal kamu melihatnya (kekejian perbuatan maksiat itu)?”.

Islam mengingatkan agar umat berhati-hati terhadap arus budaya global yang bertentangan dengan nilai-nilai agama. Tentunya, Islam juga memiliki upaya pencegahan yang dapat melindungi generasi dari perilaku kebebasan yang kebablasan. Islam sangat menjaga kualitas generasi agar selalu bersyakshsiyah islam. Dengan penguatan iman yang kokoh dan aqidah yang shohih yang dapat menjaga umat agar selalu bertaqwa kepada Allah SWT. Jika keimanannya sudah kuat, maka seseorang akan berusaha menjauhi hal-hal yang diharamkan. Dalam Islam, masyarakat sebagai komunitas sosial juga mempunyai peranan yang sangat penting. Amar ma'ruf nahi munkar senantiasa terjadi di masyarakat islami. Sehingga, satu sama lain bisa saling menasihati jika dianggap perilakunya sudah mulai melenceng. Hal tersebut diperkuat dengan penerapan syariat Islam oleh negara.

Islam sebagai agama yang sempurna, tidak hanya mengatur urusan ibadah, tapi juga mengatur dan menerapkan aturan dalam interaksi sosial. Sehingga, negara akan menjamin perilaku masyarakatnya agar tidak melenceng dari syariat. Negara Islam juga memberikan sanksi tegas bagi para pelaku penyimpangan seksual, sehingga menimbulkan efek jera bagi para pelakunya, sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an dan Hadits. Negara dengan sistem pendidikan islam juga akan mendidik dan mengajarkan ilmu agama sejak dini — mulai dari akidah, fiqh, hingga tata cara mengontrol syahwat. Sehingga terbentuklah generasi khoiru ummah (umat terbaik) yang pola pikir dan pola sikapnya sesuai dengan tuntunan Allah SWT.

Maka, dalam kapasitas negara, perlu ada regulasi yang jelas dan pembatasan yang tegas dalam penyaringan konten, baik di media cetak maupun media digital. Negara tidak boleh mengabaikan itu semua dengan dalih kebebasan berekspresi dan demi mendapat keuntungan secara materi. Sebagaimana yang terjadi di sistem kapitalisme hari ini.

Kapasitas kita sebagai seorang muslim, maka sudah seharusnya kita merangkul saudara dan teman sekitar untuk kembali kepada Islam Kaffah yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Hadirlah di tengah umat untuk menjadi wadah yang aman dan nyaman untuk mereka bercerita dan berbagi, dan bantulah mereka untuk menemukan solusi hakiki dari setiap problematika hari ini. Semoga syariat Islam sebagai rahmatan lil'alamin dapat diterapkan di muka bumi, agar kita bisa kembali merajut kemenangan sejati.

Wallahualam bishowwab.
Bagikan:
KOMENTAR
 
Copyright @ 2014-2019 - Radar Informasi Indonesia, PT