Dokumen APBK terbaru membuka fakta mencolok Rp 30 juta dianggarkan hanya untuk pemeliharaan kendaraan dinas staf ahli. Tak berhenti di situ, Rp 525,8 juta digelontorkan untuk bahan bakar, Rp 130 juta lebih Rp 100 juta lebih Rp 70 juta untuk sewa rumah negara berbagai golongan, dan Rp 80 juta lagi dihabiskan untuk sewa hotel dan penginapan.
Deretan angka ini menampar akal sehat. Di tengah jeritan masyarakat kecil, uang rakyat justru dihamburkan untuk kenyamanan segelintir elite. Pertanyaannya di mana hati nurani para penguasa kota? Apakah fasilitas mewah pejabat lebih penting ketimbang sekolah anak-anak miskin, obat di puskesmas, dan jalan yang tak kunjung diperbaiki?
Ironisnya, ketika dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp kepada Kepala Bagian Umum (KBU) Kota Lhokseumawe, Mulkan alias Bobby, pesan yang sudah dibaca tak berbalas. Bungkam seribu bahasa.
Sementara rakyat terus dipaksa bertahan dengan penderitaan, APBK Lhokseumawe makin menyerupai dompet pribadi elite birokrasi. Kota ini kian terang benderang menunjukkan wajah ketidakadilan fiskal yang mencoreng logika dan rasa keadilan publik.(A1)
