Sampah, Cermin Kegagalan Sistem


author photo

12 Jul 2025 - 19.23 WIB


Oleh: Zakiyatul Fakhiroh, S.Pd
(Pendidik dan Aktivis)

Persoalan sampah tak kunjung usai. Kali ini Kota Samarinda yang kembali jadi sorotan. Kota yang dijuluki "Kota Tepian" itu masuk lima besar daerah dengan pengelolaan limbah domestik terburuk di Kaltim. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kaltim, Anwar Sanusi mengungkapkan selain Samarinda, ada Kutai Kartanegara, Berau, Kutai Timur, dan Kutai Barat yang sama-sama belum memenuhi standar nasional dalam sistem pengelolaan sampah.  Kelima daerah ini masih menggunakan metode open dumping (pembuangan sampah secara terbuka). Cara ini kuno dan sudah dilarang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).  (Kaltimpost, 24/06/2025)

Persoalan sampah sejatinya bukan hanya masalah daerah saja, tapi masalah dunia. Menumpuknya sampah dan buruknya pengelolaan menunjukkan perilaku hedonisme masyarakat. Pola hidup konsumtif mendorong masyarakat  mengonsumsi barang dan makanan di luar batas kebutuhan. Baik pakaian, tas, sepatu, barang rumah tangga, hingga makanan-makanan berkemasan plastik. Demi mengejar trend, bergonta-ganti barang dianggap hal biasa yang lumrah.

Ada sebagian masyarakat yang sudah mulai sadar buruknya perilaku konsumtif dan hedonis. Gerakan-gerakan semisal diet kantong plastik mulai digalakkan. Seruan untuk reduce, reuse, dan recycle kembali digaungkan. Ajakan membawa Tumbler juga semakin masif disuarakan melalui sosial media. Hanya saja jika kita perhatikan, aksi-aksi ini tak cukup kuat menghentikan laju sampah sebab pola konsumerisme telah merasuk dan menjadi gaya hidup baru di era modern.

Inilah hasil penerapan sistem Kapitalisme, melahirkan manusia-manusia yang tak pernah puas dan kian serakah. Meskipun banyak individu masyarakat yang sadar dan giat mengurangi sampah, jumlahnya masih kalah dibanding mayoritas yang tidak peduli urusan sampah.

Persoalan sampah perlu ditangani lebih serius dengan cara pandang dan tata kelola yang benar. Masalah sampah yang menggunung, menutupi aliran sungai, berserakan di pinggir jalan, serta sampah berbahaya yang bercampur aduk menunjukkan rendahnya kesadaran masyarakat dan ada kelalaian negara.

Sebagai negara mayoritas muslim, seharusnya masalah sampah tidak sekacau ini. Dalil menjaga kebersihan banyak dijumpai dalam Al-Qur'an dan hadist. Allah SWT. Berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 222:
"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri." 
Sebagai seorang muslim, cinta kebersihan seharusnya terbangun menjadi kebiasaan. Apalagi muslim diwajibkan untuk shalat lima waktu dimana ia wajib berwudhu. Rutinitas membersihkan diri mestinya membangun kesadaran untuk turut menjaga kebersihan lingkungan. 
Rasulullah SAW. bersabda:
"Sesungguhnya Allah Swt itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Maha Mulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu." (HR. Tirmizi).

Dalam hadist lain dikatakan,
"Kesucian adalah setengah dari iman."
(HR. Muslim).
Hadist ini semakin memperkuat pentingnya menjaga kebersihan bagi seorang muslim Sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan melaksanakan Sunnah Rasulullah SAW.

Hanya saja mengandalkan kesadaran individu tentu tak cukup. Masyarakat harus bergerak bersama dan kompak dalam menjaga kebersihan, mengamalkan amar makruf nahi mungkar. Misal berani menegur ketika ada yang membuang sampah sembarangan. Tak cukup disitu, peran negara juga harus dominan. Rakyat harus terus diedukasi tentang bahaya sampah terutama yang sulit terurai seperti sampah plastik dan sampah berbahaya. Negara juga hendaknya memfasilitasi riset untuk menemukan teknologi pengolahan sampah yang mumpuni. Beberapa penemuan kemasan alternatif ramah lingkungan juga sebaiknya diapresiasi agar terus berkembang dan dapat dijangkau semua kalangan. Selain itu sampah-sampah pabrik juga perlu perhatian khusus agar tak dibuang sembarangan serta membahayakan lingkungan dan masyarakat. Sanksi tegas perlu ditegakkan untuk menimbulkan efek jera bagi pelaku buang sampah sembarangan. Bukan hanya ke skala individu, tapi juga perusahaan swasta yang kerap "nakal" membuang sampah.

Bumi ini adalah milik Allah dan sudah sewajarnya manusia menjaga kelestarian  alam dan kebersihan lingkungan. Tumpukan sampah yang berlebihan akan mengancam keselamatan jiwa dan keberlangsungan alam. Salah satu bencana yang paling sering terjadi akibat sampah adalah banjir yang menjadi langganan saat hujan. Allah telah mengingatkan dalam Surat Ar-Rum ayat 41:
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” 
 
Akar masalah sampah adalah hedonisme dan konsumerisme yang membudaya akibat penerapan sistem kapitalisme. Pakaian, makanan kemasan, tas, dan produk-produk yang berpotensi menjadi sampah akan terus diproduksi dalam skala besar oleh perusahaan demi mengejar keuntungan. Apalagi dengan tingginya tingkat permintaan masyarakat.

Hanya dengan pemahaman Islam, seorang akan merasa cukup dengan karunia Allah apapun bentuknya tanpa harus berlebihan. Hanya dengan pemahaman Islam, seorang dapat menundukkan hawa nafsunya. Hanya dengan Islam, permasalahan sampah dapat diselesaikan hingga ke akar masalah. Wallahu a'lam bishshawab.
Bagikan:
KOMENTAR