Oleh: Ummu Aiman (Bogor)
Penjajahan Palestina sudah berlangsung puluhan tahun lamanya, tapi dunia masih saja diam, hanya mengutuk dan mengecam. Tak ada satupun pemimpin dari negeri-negeri muslim mengirimkan tentara terbaiknya untuk membantu Palestina. Kebisuan yang begitu nyata, hanya kecaman saja tanpa melakukan pergerakan, membuat Israel tidak ada rasa takut sedikitpun.
Menghadapi zionis Israel tak cukup dengan kecaman, boikot bahkan perundingan, tapi harus dengan Jihad Islam. Seharusnya kaum muslim tidak menjadikan soal Palestina sebagai persoalan internal atau hanya gerakan nasionalisme, hal itu akan sama saja membiarkan tanah Palestina dirampas Yahudi. Sementara itu, pemerintahan Mesir dilaporkan mendeportasi puluhan aktivis yang berencana mengikuti konvoi kemanusiaan dengan tujuan melawan blokade Israel di jalur Gaza, padahal Mesir merupakan negara terdekat dengan Palestina. Aksi global March to Gaza dimulai pada Minggu (15/06/25) bertujuan untuk menekan pihak terkait agar membuka blokade Gaza yang digempur Israel sejak 2023 (kompas.id).
Tanah Palestina harus dikembalikan kepada kaum muslim. Dan umat muslim pun harusnya menyadari bahwa rakyat Palestina adalah saudara muslim seakidah. Jika hanya dengan bantuan sosial saja, maka tidak akan efektif untuk menghentikan Israel. Besarnya rasa nasionalisme sudah memberikan sekat kepada sesama muslim untuk membantu sesamanya.
Satu satunya jalan membebaskan Palestina adalah dengan pengiriman militer dari negeri-negeri muslim di bawah satu kepemimpinan. Sayangnya, tak ada satupun pemimpin muslim yang melakukannya karena adanya rasa nasionalis yang tinggi. Negara Palestina butuh Khilafah untuk menyatukan kekuatan Islam, membangkitkan kesadaran kaum muslim akan pentingnya syariah Islam sebagai aturan dalam setiap kehidupan, juga memberikan kesadaran politik kepada kaum muslim bahwa kehidupan umat Islam akan aman dalam ikatan aqidah Islam. Maka solusi terbesar masalah Palestina adalah Khilafah, yang keberadaannya juga sekaligus sebagai pelindung bagi orang-orang kafir.